Friday, December 30, 2011

Yang Kualami di Tanah Suci (13) EPISODE MINA


Oleh : Ida Nur Laila

Menuju Mina ada 4 bus rombongan kami. Rupanya agak siang bus baru datang, karena faktor stiker yang agak telat untuk mendapatkannya. Kawasan Mina pada musim haji, ditutup dari angkutan umum. Hanya bus resmi berstiker yang mengangkut jamaah haji yang diijinkan memasuki kawasan Mina. Stiker itu memuat nama maktab dan asal jamaah haji.
Menjelang dhuhur kami sampai di Mina. Maktab kami sungguh beruntung, atas izin Allah mendapat lokasi yang sangat dekat dengan jamarat. Hanya sekitar 200 m. Persis di samping apartemen Mina yang menjulang di lereng bukit. Konon nantinya akan dibangun lebih banyak lagi apartemen untuk menampung jamaah haji selama di Mina. Jadi kelak  tidak lagi di tenda-tenda yang tersebar hingga jarak yang lumayan jauh dari jamarat. Tenda yang lokasinya jauh sampai belasan km. Kasihan jamaah yang akan melempar jamarat harus berjalan kaki sejauh itu, selama 4 hari berturut-turut.
Aparteman Mina yang ada sekarang baru 4 unit. Ini baru unit percontohan, dan tarifnya cukup mahal. Berapa saya tidak tahu persis.

Maktab 114, dihuni hampir 3000 jamah haji dari kawasan Asia Tenggara. Seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Thailand. Menu makan juga menyesuaikan dengan lidah kita, masakan Asia.
Pada tgl 8 Dzulhijjah ini, tidak semua travel melakukan tarwiyah. Ada juga yang langsung dari apartemen atau pondokan menuju ke Arafah.
 Alasan kepraktisan. Pertama, tarwiyah bersifat sunnah. Kedua, khawatir dengan kemacetan yang luar biasa, jika tarwiyah dulu, akan bisa terlambat sampai di Arafah. Padahal wukuf di Arafah adalah prosesi yang paling utama yang waktu dan tempat tidak bisa tergantikan dengan tempat dan waktu yang lain. Bahkan juga tidak bisa diwakilkan. Wukuf merupakan rukun dan wajib haji, jadi tidak bisa ditinggalkan.
Selain itu jika tidak tarwiyah, juga lebih irit, dan praktis karena memotong proses dan jalur. Saat tarwiyah di Mina melaksanakan sholat dhuhur, ashar, maghrib dan isya’ dengan cara qoshor tanpa jama’.
Nama (Hari Tarwiyah) bila ditelusuri kembali ke kenyataan bahwa para peziarah dulu biasa minum air untuk menghilangkan dahaga mereka saat Mekah dan kemudian mereka melanjutkan ke Mina, saat itu tidak ada air di Mina
Menurut Dr. Salih bin Ghanim Assadlan, kita harus memperhatikan pentingnya Hari Tarwiyah meskipun itu Sunnah. Hari Tarwiyah merupakan hari terbesar Haji, merupakan hari selama jamaah mengulang kembali apa yang pernah dilakukan oleh Rasul untuk memulai prosesi haji.
Diriwayatkan oleh 'Abdul 'Aziz bin Rufai: Aku bertanya pada Anas bin Malik, "Katakan apa yang mengingatkan engkau akan Rasul Allah' (sehubungan dengan pertanyaan ini): Dimana beliau mengerjakan sholat Dhuhur dan Ashar pada hari tarwiya (hari kedelapan 8 Dhul-Hajja)?" Beliau menjawab, "(beliau melakukan sholat ini) di Mina." Aku bertanya, "Dimana beliau melakukan sholat Ashar pada hari Nafr (misal. keberangkatan dari Mina pada 12 atau13 Dhul-Hijjah)?" Belia menjawab, "Di Al-Abtah," dan kemudian menambahkan, "Anda seharusnya melakukan sebagaimana pemimpinmu melakukannya."  (Bukhari)
Diantara peraturan hari ini bahwa Jamaah Haji meningkatkan Talbiyah dan melakukan sholat tepat waktu.  Harap dicatat bahwa tidak ada doa khusus atau ucapan yang akan dibaca saat hari Tarwiyah atau ritual tertentu yang akan dilakukan. Para Jamaah hanya harus meningkatkan doa-do’a  mereka  dan mohon pengampunan dari Yang Maha Kuasa.
Alhamdulillah untuk kesempurnaan ibadah, travel kami memilih tetap melakukan tarwiyah. Hari jumat itu ada sekitar sepertiga dari penghuni maktab yang telah hadir. Urusan makan belum ramai antrinya, demikian juga urusan antri toilet.
Tenda di Mina sungguh besar2. Saya tidak bisa memperkirakan besarnya. Mungkin menampung 500-700  jamaah dalam satu tenda. Namun disekat-sekat sesuai kebutuhan jumlah jamaah masing2 negara atau travel. Kami hanya bersebelahan dinding dengan jamaah dari Brunai dan Malaysia.
Jamaah laki-laki langsung ditempatkan pada sisi kiblat agar jika sholat jamaah, sekalian menempati shof depan. Di tenda inilah kami menghabiskan waktu pada tgl 8, 10,11,12,13. Kami makan, minum, istirahat, sholat jamaah,pengajian dan tidur, ditempat yang sama. Lorong-lorong diantara tenda di seluruh maktab telah diplester semen. Dalam tenda dilapisi karpet warna merah. Ada kasur setebal 15 cm yang telah tersedia lengkap dengan selimutnya. Walaupun jumlahnya kadang kurang dibanding jumlah jamaah yang ada. Tenda dilengkapi AC central yang kalau malam terasa sangat dingin. Di siang hari tidak mampu mendinginkan ruangan lantaran panasnya suhu udara dan berjubelnya jamaah.
Ada 4 bufet makan untuk para jamaah. Kami harus mengantri setiap kali waktu makan, karena penyajiannya prasmanan. Yang paling berat adalah antri makan siang, karena harus berbaris di  bawah terik matahari  di lorong tenda yang sempit.
Ada 3 lokasi area toilet. Kira2 ada 10 kamar mandi untuk putra dan 10 untuk putri di masing2 area. Tempat wudhu juga tersedia. Semua sangat sederhana bahkan terkesan kumuh. Ada toilet yang rusak tak dapat lagi dipakai.
Tidak ada fasilitas untuk mencuci dan menjemur pakaian. Namun ada saja jamaah yang nekat mencuci dan menjemurnya di pagar Maktab. Bahkan ada yang menggunakan baki alas makan untuk tempat mencuci pakaian dalam . Mencucinya di tempat wudhu....wah.
Lokasi buffet makan ada di pojok masing-masing tenda. Dalam area berukuran 3x 4 meter , ditatalah makanan dan minuman di atas meja-meja. Ada juga kulkas tempat minuman dingin, air mineral dan jus dalam kaleng. Satu bufet melayani lebih dari 500 jamaah. Biasanya di jaga oleh 2 atau 3 orang petugas. Mereka sangat sigap mengambilkan jatah makan. Kalau tidak di rem, banyak sekali yang dituang dalam piring kita.
Dapur juga terletak di maktab. Persis di sisi kanan pintu masuk. Menempati areal seluas kira-kita 8 x 8 meter persegi, saya kadang memperhatikan kesibukan para juru masak saat menyiapkan makanan. Panci masaknya besar sekali. diameternya lebih dari 1 meter. Saya jadi maklum, mengapa rasa masakannya selalu tidak pernah tepat. Biasanya sangat asin. Kira-kira kalau saya di suruh memasak untuk 3000 orang, akan kesulitan menentukan berapa kg garam yang dituang.
Disisi kiri pintu masuk, ada ruang sekretariat dan informasi. Ada televisi yang hidup 24 jam. Memberitakan suasana Masjidil Haram dan informasi kegiatan haji. Pintu masuk maktab selalu tertutup dan dijaga. Hanya yang memiliki tanda pengenal sebagai penghuni maktab yang diijinkan keluar masuk.
Saya tidak tahu kondisi maktab di kawasan haji reguler. Karena lokasinya cukup jauh.
Maktab 114 adalah salah satu yang disediakan untuk haji khusus. Diatasnya masih ada maktab VIP. Diseberang dan sebelah maktab kami. Saya bisa melihat bedanya, di lorong masuk saja telah terhampar karpet. Pintu masuk juga berlapis, bukan hanya satu pintu. Sayang saya juga tidak memiliki kesempatan berkunjung dan menengok bagaimana keadaan tenda di maktab VIP. Pertama saya memang tidak ingin, ke dua tidak memiliki akses atau kenalan ke sana yang bisa saya kunjungi. Seorang teman yang sempat mengintip di maktab VIP melibat shofa-shofa yang ditempatkan di atas karpet merah untuk bercengkarama atau bersantai para jama’ah. Yah ada harga ada nasib. Eh dalam berhaji juga.
Itulah gambaran tinggal di Mina. Bagaimanapun saya sangat bersyukur dengan letaknya yang mudah, strategis dan semua fasilitas yang ada. Saya pernah mengalami kondisi perkemahan yang jauh lebih sulit dan berat. Jadi perkemahan di Mina, cukup menyenangkan bagi saya.
Tgl 8 malam, sekitar jam 24.00 waktu setempat, kami berangkat ke Muzdalifah. Berharap saat fajar telah sampai di sana. Selamat tinggal Mina, sampai bertemu di tgl 10 dzulhijjah saat kami kembali dari Muzdalifah.
Beberapa barang dan ransel kami tinggalkan di tenda Mina. Untuk keamanan masing-masing  kami gembok dan dikumpulkan ditengah ruangan. Beronggok-onggok, kemudian ditutupi selimut.
Alhamdulillah rasa syukur kupanjatkan pada Allah lantaran kami dapat memenuhi kesempurnaan sunnah tarwiyah, yakni tinggal di Mina, sholat Dhuhur, ‘Asyar, Maghrib dan ‘Isya sebelum berangkat ke Arafah.
Bismillah, Arafah kami datang padamu.

No comments:

Post a Comment