Monday, December 12, 2011

Yang Kualami di Tanah Suci (8)

Khusnul Khatimah
Oleh : Ida Nur Laila

Yang khas dari sholat lima waktu di masjid Nabawi maupun di Masjidil Haram adalah hampir selalu diikuti oleh sholat jenazah. Di masjid Nabawi jenazah tidak terlalu banyak. Muadzin mengumumkan kadang perempuan 1, 2 atau dengan anak-anak. Kadang laki-laki 1, 2 dst. Jadi kita membaca doa bisa disesuaikan untuk siapa.  Namun jika di Masjidil Harom, hanya diumumkan  :  “Assholaatu ‘ala amwati rahimakimullah...” karena jenazahnya selalu, hampir selalu banyak.
Biasanya ada jeda waktu antar sholat jenazah dengan sholat wajib, sekitar 5 menit. Menurut ustadz, jeda waktu itu bukan untuk memberi kita waktu sholat rawatib. Karena saya banyak melihat jamaah yang tergesa-gesa sholat rawatib, khawatir nanti ketinggalan sholat jenazah.
Masih menurut ustadz, sholat jenazah tidaklah menghalangi kita dari mengerjakan sholat rawatib. Jadi jeda waktu tadi adalah karena imam sholat berpindah posisi dari depan pintu Ka’bah, beralih ke belakang jenazah. Sementara posisi jenazah ada di lantai 2, di arah  belakang Maqom Ibrahim. Jenazah diletakkan di ruangan khusus, yang berjendela tertutup kaca.  Anda dapat melihat lokasinya karenasaatu-satunya bagian lantai 2 yang berjendela. Yang lainnya hanya berpagar biasa.

Hotel tempat kami menginap di Mekkah bersebelahan dengan RS, jadi jika beruntung dapat menyaksikan jenazah yang dibawa dari RS ke masjid, atau dari masjid ke ambulan. Sekalian bisa dzikrul maut. Karena Rasulullah pernah bersabda yang artinya...cukuplah mati sebagai peringatan.
Dengan menyaksikan dan menyolatkan jenazah, kita akan ingat bahwa nantinya semua orang akan sampai pada batas umurnya, cepat atau lambat. Dan semua itu adalah misteri sepanjang umur manusia. Maka kita yang harus mempersiapkan bekal kematian.
Teman saya yang rajin sholat berjama’ah di masjidil haram, dan melalu memilih posisi dimana nanti bisa menyaksikan jenazah yang dibawa keluar masuk untuk disholatkan, kadang berpamitan begini :
“ Aku ke masjid ya, mau takziyah, melayat...”. Semoga beliau dapat pahala menunaikan hak sesama muslim.
Meninggal di tanah suci, konon adalah salah satu tujuan jamaah yang berangkat berhaji pada usia lanjut. Namun malaikat maut tidak pilih-pilih, jika ajal sudah ditentukan, berapapun usianya, dimanapun akan dijemput juga.
Sewaktu kami di Mina, sepulang dari wukuf di Arofah dan mabit di Muzdalifah, ada jamaah haji, wanita muda dari Makassar. Usianya belum ada 40 tahun, ia berangkat berhaji mendampingi ibunya yang telah berumur. Sepulang dari Muzdalifah, rombongann hajinya melempar jumrah pada lewat malam. Paginya thowaf ifadhoh dan sa’i. Siang beliau mengantar mandi ibundanya, saat itulah merasa pusing dan pamit istirahat ke tenda. Dititipkannya ibunya kepada jamaah lain yang juga mengantri. Beliau kembali ke kamar, berbaring, pakai minyak angin, dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Mudah sekali.
Semua meneteskan air mata mendengar kisahnya. Haru, bahagia dan juga sedih. Haru karena peristiwa itu begitu mengejutkan dan terjadi di depan mata. Bahagia karena insya Allah ybs khusnul khatimah, lantaran selesai melaksanakan prosesi haji. Insya Allah telah diampuni dosa-dosanya. Ia tengah menjadi anak sholihah, melakukan birrul walidain. Semoga syurga wajib untuknya.
Sedih, karena menyaksikan  Ibunya menjadi bingung atas kematian anaknya. Anak yang mendampingi dan melayaninya selama berhaji.
Begitulah malaikat maut tidak pilih tempat ataupun usia.
Saat berjamaah sholat maghrib di masjid nabawi, dari arah shoft belakang, ada sedikit keributan. Ternyata seorang jamaah meninggal saat melaksanakan sholat maghrib. Subhanallah.
Dalam do’aku saat di Roudhah, jika  Allah mengizinkan, aku ingin dicabut nyawaku saat bersujud di masjid Nabawi.  Namun jika tidak, saat aku sujud sholat dimanapun tempatnya. Jika tidak, yang penting saat aku melakukan ketaatan, apapun bentuknya. Apakah saat aku sholat, tilawah al-Qur’an, berbakti pada ortu, berdzikir , ceramah, berdakwah...amin.
Ablah Tsurayya menceritakan, suatu hari ada jamaah yang meninggal di masjid Nabawi. Saat disucikan, digosok giginya dengan kapas, muncul bau yang sangat harum dari mulutnya. Petugas meminta izin pada ahli warisnya untuk menyimpan kapas yang telah dipakai untuk membersihkan gigi dan justru berbau harum tersebut. Oleh keluarganya diijinkan. Ternyata kapas itu masih saja berbau wangi sampai beberapa hari kemudian.
Mereka bertanya amalan apa yang kira-kira menyebabkan ibu tersebut mengeluarkan bau wangi dari mulutnya. Menurut keluarganya, almarhumah banyak mengucapkan dzikir : “ Subhanallah, wal hamdulillah, walaailaha illallah wallahu akbar....”
Subhanallah !
Tentang sholat jenazah, kadang ada yang keliru cara melaksanakannya. Penjelasan ini kami  dapat dari Ablah Tsurayya, karena beliau sering mengamati, banyak jamaah dari Indonesia yang sholat jenazah di masjid Nabawi.
Sholat jenazah dimulai dengan takbiratul ihram, lalu membaca surat Al-Fatihah. Takbir kedua, kemudian membaca sholawat atas nabi. Takbir ketiga lalu membaca doa untuk jenazah. Takbir keempat kemudian salam. Tanpa ruku’, tanpa sujud dan salam hanya satu kali, ke kanan saja, tanpa ke kiri. Di Indonesia biasanya kita melakukan salam dua kali.
Bagi jama’ah yang pernah mengikuti ceramah dan arahan Ablah Tsurayya saat menanti giliran memasuki Roudhoh, tentu akan menyimak penjelasan ini dan mempraktekkannya. Itu bagi yang  memperhtaikan ceramahnya.

2 comments:

  1. subhanallaah...
    jadi ingat pengalaman kami 3 th yll Bu...ingin meninggal di haramain juga,tapi semua-Nya terserah kpd takdir Allah,yang pasti kita sll berdo'a semoga khusnul khatimah...:)

    ReplyDelete
  2. Insya Allah ummu Azizah...Allah maha mengabulkan do'a

    ReplyDelete