Oleh : Ida Nur Laila
Setiap
pagi, ibuku bangun untuk melaksanakan sholat malam. Lalu beliau duduk bersimpuh
lama memanjatkan doa. Demikian pula yang kusaksikan setiap selepas sholat
wajib. Beliau tak lepas selalu berdoa berlama-lama.
“ Aku
doakan kamu sekeluarga selalu sehat, murah rejeki dan bahagia dunia akhirat.
Aku doakan semua anak-anakku dan juga almarhum bapakmu...” katanya suatu
ketika.
Terimasih
ibu yang tak pernah lelah mendoakanku. Entah berapa juta doa yang telah engkau
panjatkan kepada Allah, untukku. sejak aku masih dalam kandunganmu, aku kecil
hingga kita aku memiliki 4 orang anak. Jika sehari 5x saja engkau berdoa
untukku’ sepanjang 45 tahun usiaku, maka 45 x 365 x 5 = 82.125.
Belum
terhitung doa saat aku mengalami peristiwa penting sepeti ujian, kenaikan
kelas, mengikuti loma, atau pementasan, ketika aku sakit atau ketika aku akan
berkemah, piknik, bepergian jauh. Ketika aku menikah, hamil dan
melahirkan....tentu tak terhitung doa ibu untukku. Belum lagi doa untuk anak-anakku.
Setiap hari dan saat anakku mengalami peristiwa penting. Saat anakku sakit atau
pulang telat dari waktu yang seharusnya.
Namun
apa balasanku...? kadang aku hanya mengucapkan satu doa andalan :
“
Robbighfirlii, waliwalidayya, warhamhumma kamaa robbayaanii shoghiiroo” selepas
aku sholat wajib.
Ya
Allah , ampunillah dosaku. Terimalah doa ibuku. Terimalah amal ibadah ibuku.
Muliakanlah ibuku.
Demikian
pula ibu mertuaku. Tentu seperti itu pula memberikan doa restu untuk suamiku
dan untukku.
Kuingat
setiap lebaran, saat kami sungkeman...
“ Tak
dongakke kowe iso dadi wong kang minulyo, tansah pinaringan bagas kawarasan,
keturutan apa kang dadi panuwunmu, keluwargamu sakinah mawadah warahmah,
diparingi gampang anggone nggulowentah bocah-bocah, diparingi lancar anggonmu
nyambut gawe, pinaringan rejeki kang kathah malimpah-limpah, iso kanggo nyukupi
butuhmu, lan iso ngayomi kanggo para sedulur...”
Kuterjemahkan
dalam bahasa Indonesia kira-kira demikian :
( “
kudoakan engkau menjadi anak yang mulia, selalu dikarunia kesehatan, tercapai
apa yang menjadi cita-citamu, rumah
tanggamu sakinah, mawaddah warohmah, dimudahkan dalam merawat dan mendidik
anak-anak, diberi kelancaran dalam pekerjaanmu, mendapatkan rejeki yang banyak
berlimpah, bisa mencukupi kebutuhanmu, dan dapat mengayomi
saudara-saudaramu....”)
Aku
selalu berlinang ari mata mendengarnya. Tak ada yang bisa kuucapkan atas doa
restu yang sangat utuh untuk seluruh kehidupanku.
Terimakasih
ibu mertua.Semoga Allah memuliakanmu dunia akhirat, amin.
No comments:
Post a Comment