Revo dan Ibu Yani guru favoritnya. |
Revo
pulang sekolah sangat ceria.
" Umi, akhirnya
bu guruku senang lho sama aku...!" kuperhatikan penekannya saat
mengucapkan kata akhirnya...
Aku penasaran, menurut saya sejak dulu gurunya
sayang sama Revo.
" Memang bu guru tadi bilang apa ?"
" Tadi waktu sholat, bu Yani bilang : Mas
Revo hebat !"
" Oya, memangnya Revo sholatnya tertib ya...?"
" Kata bu Yani, tadi aku sholatnya semangat...sebenarnya tadinya aku
kurang semangat, trus aku pengin semangat, jadi aku semangat. aku hebat kan
mi...?"
" Iya Revo hebat..."
Revo masih senyum-senyum
" Bu Guru senang sama aku..." gumannya bahagia.
Subhanallah...betapa besar pengaruh sikap seorang guru. Sungguh komentar
positif akan terpatri kuat dalam ingatan anak.
Jadi
kubayangkan saat itu anakku sedang enggan sholat dan bu gurunya memotivasi
sehingga ia bersemangat.
Tentang
apresiasi guru kepada murid ini juga dialami teman saya, yang putranya sangat
lelet dalam mengerjakan tugas harian. Saat penerimaan raport dan banyak murid
mendapat hadiah untuk berbagai prestasinya seperti yang rajin sekolah, rajin
mengerjakan PR, penyayang, suka menolong dan sebagainya, rekan saya berfikir
keras, kira-kira putranya akan mendapat gelar apa. Menurut perkiraannya, di
sekolah anaknya kurang begitu menonjol. Agak tegang ia menanti giliran.
Ternyata
ia mendapat hadiah dengan gelar...anak yang ulet.
“
Mas ini adalah anak yang ulet dan pantang menyerah. Meskipun teman-temannya
telah selesai mengerjakan LKS dan meninggalkan kelas, namun mas ini terus
berusaha menyelesaikan LKSnya ...jadi ia adalah anak yang ulet dan selalu
berusaha...”
Sang
anak senyum-senyum gembira mendapat penghargaan.
Ceria bersama para Guru |
Teman
saya juga tersenyum. Betapa luar biasa
sang guru menemukan kata-kata motivasi dalam leletnya sang anak.
Sebenarnya
yang terjadi adalah ia selalu paling akhir menyelesaikan LKSnya. Namun yang
dilihat dan dihargai sang guru adalah kesungguhnannya dalam menyelesaikan
tugas...walaupun paling akhir.
Semoga para guru dan kita orang tua selalu ingat untuk bersikap positif pada
anak, karena sikap positif itu akan membangun kepribadian positif pada anak.
***
Pagi
ini Revo terbangun di waktu sahur.
" Umi, ada yang kulupakan..." katanya
sambil duduk.
" Apa sayang...?" kufikir ia terbawa
oleh mimpinya.
" Aku belum sholat..."
Waah...
" Revo sholat di kasur saja..." kataku
sambil membaringkan kembali badannya. Kufikir jika ia bangun sekarang
dan nanti akan sulit berangkat pagi ke sekolah, lantaran mestinya akan tertidur
lagi.
" Nggak mau. Aku maunya sholat di sana !" ia menunjuk ruang tengah
yang juga mushola kami.
" Ok ayo ke sana..." kataku sambil bangkit mendahului dan menyalakan
lampu.
Revopun mengikuti. Namun ia segera berbalik
" Nggak jadi, aku sholat di kasur saja..." Ia pun kembali naik ke
tempat tidur lantas merebahkan diri.
Dalam hitungan menit, ia telah terlelap kembali.....tanpa sempat melakukan
sholat. Waah...rupanya hanya ngelindur saja. Tapi alhamdulillah , ngelindurpun
pada sesuatu yang baik, sholat.
Karena ia selalu
ingat janji pulang sekolah yang diucapkannya setiap hari :
“...janji pulang
sekolah, insya Allah sampai di rumah mengucapkan salam, cuci tangan cuci kaki
lalu ganti baju sendiri.lalu tidur siang. Malam hari tidak lupa belajar. Sholat
lima waktu kukerjakan...”
jadi ingat pas masa2 kanak2 , klo dipuji guru pasti senang banget, berpengaruh banyak terhadap semangat sekolah bandingkan bila gurunya killer duh..pelajaran mudah pun jadi enggan untuk masuk
ReplyDeleteBetul Nathalia Cornelis, guru sangat membekas bagi anak...
ReplyDeleteterimaksih telah berkunjung...