Mertuaku sayang |
Diantara pemicu konflik suami istri adalah persoalan dengan
keluarga besar.
Awal Ramadhan kemarin,
seorang teman mengeluh bahwa ia terpaksa membawa tiga anaknya sambil
kuliah S2 jauh dari suami lantaran adanya konflik ibunya dengan suaminya. Pada
mulanya ibu muda ini hanya akan kuliah
sambil mengasuh bayi yang baru dilahirkannya. Dua anaknya yang usia SD dan TK
dalam asuhan suaminya. Namun karena persoalan itulah maka tiba-tiba ia harus
membawa seluruh anaknya.
Tak tega aku melihat bagaimana ia jumpalitan mencarikan
pindahan sekolah untuk anaknya dan juga mencari kontrakan.
Itu baru satu kasus, beberapa yang lain adalah kisah konflik
menantu perempuan dengan ibu mertuanya.
baktiku untukkmu |
Setiap kali aku mendapat keluhan dan pertanyaan tentang
masalah ini, aku memulai dengan mengajak untuk melihat pada sisi yang lain.
Menurutku, semestinya para menantu memulai hubungan dengan
berterimakasih pada para mertua. Karena jasa merekalah kita memiliki suami.
Kita tak pernah membesarkan suami kita, mendidik apalagi menyekolahkan. Saat
menikah, kita dapati suami dalam kedewasaan dan kemampuan finansial, nyaris
tanpa campur tangan kita. Air susu, air
mata dan darah ibu mertua menyertai keberadaan suami kita. Tak terbayangkan
jasa para mertua.
Demikian pula suami kita, hendaknya memulai hubungan dengan
orang tua kita dengan rasa terimakasih atas semua jasa mereka.
Tak ada mertua yang sempurna, demikian pula tak ada menantu
yang sempurna. Maka kemaafan atas salah dan khilaf satu sama lain menjadi
keniscayaan untuk saling menautkan cinta.
***
Sakit demi sakit |
Tiap kali kupandang
tubuh renta mertuaku, dan keriput di wajahnya, yang ada hanyalah rasa haru dan
belas kasih yang memenuhi hatiku.
Kemudaannya telah dikorbankan untuk delapan putra-putrinya
termasuk suamiku. Masa mudanya adalah perjuangan membesarkan anak-anak . Kerja
keras untuk membekali anak-anak dengan pendidikan terbaik.
Setiap guratan di wajahnya seolah prasasti atas jatuh
bangunnya melakoni garis hidup.
Kini saat usianya mendekati 80, berbagai penyakit menjadi
teman sehari hari. Sesak nafas, batuk, darah tinggi, jantung, maag dan keropos
tulang di seluruh tubuhnya adalah ‘jejak’ dari perjuangannya.
bersama para menantu |
Tak ada bagiku kekurangannya.
Tiap kali kulihat kebaikan suamiku, selalu kuingat, ada andil
mertuaku di sana.
Tiap kali kulihat limpahan rizki Allah kepada kami, selalu
kuanggap ada saham mertuaku di sana.
Jika sesekali beliau menegurku, tak lain didasari kecintaannya
pada kami.
Jika sesekali beliau menginginkan sesuatu dariku, aku merasa
tersanjung lantaran memiliki arti bagi mertuaku. Apa yang kukorbankan tak
pernah sebanding dengan cinta dan pengorbanannya untuk suamiku dulu.
Jika sesekali beliau menghendaki sesuatu dari suamiku, waktu,
perhatian dan biaya, maka kulihat sebagai cara Allah memberi kesempatan suamiku
berbakti pada sang ibu. Tak pernah aku cemburu.
Saat mertuaku memilih menghabiskan masa tuanya di rumah salah
seorang iparku, kami mendukungnya. Yang penting beliau merasakan nyaman dan tenang menjalani hari tuanya.
Setiap bulan kami sempatkan menengoknya. Memberi warna gembira
dalam penantiannya.
Guratan perjuangan |
Tiap kali kuingatkan suamiku untuk menyisihkan sebagian
rizkinya untuk ibundanya. Dan tiap kali suamiku meminta aku yang menghaturkan
pada ibu mertuaku.
Demikianlah memang yang kami fahami. Untuk memberi pada fihak
suami, semestinya istrilah yang menyerahkan, dan sebaliknya saat memberi pada
fihak istri, suami yang memberikan. Agar tak ada prasangka dan menjadi sarana
pertautan dua keluarga besar.
Diantara resep menguak rizki yang kami dapati dari guru-guru
kami, adalah dengan berbakti pada orang tua, menyampaikan hadiah serta
menyisihkan sebagian dari rizki kita untuk menyenangkan hatinya. Kami telah
membuktikannya selama bertahun-tahun. Kami memulainya justru disaat kami
kesulitan secara finansial. Pada titik terendah kemampuan ekonomi kami. Saat
itu justru menjadi titik balik untuk terbukanya banyak pintu-pintu rizki. Kami
yakini diantaranya karena ridlo mertua.
Kupanjatkan doa selalu untuk mertuaku, setelah aku mendoakan
ibuku, agar diberi umur panjang yang berkah dalam kesehatan. Jika diberi sakit
agar diringankan sakitnya dan menjadi penghapus dosa-dosanya.
Kucintai mertuaku seperti aku mencintai ibuku. Kucium
tangannya seperti aku mencium tangan ibuku. Aku menantikan setiap nasehatnya
seperti aku menantikan nasehat ibuku.
Ya Allah limpahkanlah pahala amal jariyah untuk mertuaku, pada
setiap kebaikan yang dilakukan oleh suamiku.
Amin.
trims postingannya bu ida. jadi banyak belajar nih..
ReplyDeletealhamdulillah...Istiq Ps, makasih sudah mampir...
ReplyDeleteBersyukurlah mba, mendapatkan mertya yang baik, tapi tidak semuanya beruntung. We cant judge a person as we are not in her shoe. Ada yg sdh berusaha sebaik mungkin sampai keluarga inti terbengkalai, tapi keluarga besar mertua dan ipar ga peduli tetap menyalahkan. What we should do? Kalau sampai ada yg memutus persaudaraan hanya karena meminta sedikit pengertian untuk menyangga keluarga besar?
ReplyDeleteMemang kami sering mendengar berbagai kasus menantu mertua. semoga semua mendapat pencerahan.Terimasih sudah berkunjung. jika ada yang ingin dibagi ceritanya bisa ke email : lailacahyadi@yahoo.com
ReplyDeletesaluuuut mak...alhamdulillah ya, di antara beribu kisah mertua vs menantu, kita bisa menjadi bagian yang menikmati hubungan mertua dan menantu dengan baik...makasih sudha sharing maaak...
ReplyDeleteiya mah Indah...terimakasih kunjungannya
ReplyDeleteAdeeemmm bener bacanya ini Mak Ida. Thks for share :)
ReplyDeleteya mak, hutang budi pada mertua tak ada habisnya.
DeleteBu Ida,
ReplyDeleteNderek bela sungkawa sedalam-dalamnya.. Semoga amal bakti beliau diterima dan diberikan tepat terbaik di sisiNya. Aminn.. :)
Innalillah wa innailaihi rojiun
ReplyDeletesmoga amal ibadah beliau diterima dan diberikan tempat terindah di sisiNya amiinn...
Innalillah wa innailaihi rojiun
ReplyDeletesmoga amal ibadah beliau diterima dan diberikan tempat terindah di sisiNya amiinn...
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun..
ReplyDeleteSemoga dilapangkan jalan kuburnya untuk mertua mak ida..
Cerita yang terus saya pelajari sebagai menantu, karena kadang masih dalam tahap egois :(
Saya setiap hari berusaha untuk mendoakan orang tuaku maupun mertua. Saya sadar bahwa Surganya suamiku di ridlo ibunya, saya sll busaha dengan tulus silaturrohim kepadanya dengan busaha mbawa kesukaan beliau atau buah tangan yang lain, tapi apa yang terjadi ketika di sana kami sll di cuekin/di tinggal pergi diam -diam oleh beliau, dan sindiran - sindiran pedas yang di capkan. pemberian dari kami pun tak di hargai dengan cara dibuang/dikasihkan ke orang lain.padahal itu dari uang yang memang kita usahakan untuk beliau.saya sampai takut dan trauma untuk mendatangi beliau mau diapain lagi saya dan anak 2 saya. Mohon masukannya
ReplyDelete