RUMITNYA SEMAK IBARAT RUMITNYA HIDUP |
“ Allah telah
mengabulkan doa dan permohonan saya...” kata perempuan cantik itu dengan wajah
berhias senyum. Tubuhnya kurus menyiratkan beban hidupnya yang sangat berat.
Namun tak ada kilau resah dimatanya, atau raut
galau di wajahnya, yang ada hanyalah senyum manis yang mengembang.
“ Selama ini saya kurang bisa menerima orang tua saya, lantaran masa lalu mereka. Kemudian saya selalu berdoa : Ya Allah mudahkanlah bagi saya untuk memaafkan dan berbakti pada mereka ...dekatkan mereka dengan saya....dan Allah jadikan kondisi sekarang ini sebagai jawaban do’a saya....”
Saya perlu terangkan pada anda yang berminat membaca status ini. Ibu muda yang saya ceritakan ini, kini merawat ayahnya dan ayah mertuanya yang sedang sakit, di rumahnya.
Ayahnya sakit stroke, sempat tak bisa melakukan apapun, sehingga hanya terdiam saja di tempat tidur, dengan perawatan mereka, sekarang ayahnya bisa berjalan perlahan.
Ayah mertuanya sakit jantung, maag, asma dan entah apalagi...lantaran selalu menolak untuk dibawa ke dokter. Seolah tanpa memiliki harapan untuk melanjutkan hidup, ayah mertua menahan semua penderitaannya dalam diam.
Akhirnya dengan ketelatenan dan kesabaran, ia dan suaminya bisa meyakinkan ayah mertua untuk tinggal bersama mereka dan menjalani perawatan dokter.
“Saya tiga malam ini kurang tidur karena ayah mertua selalu kesakitan dan gelisah. Saya bersihkan air seninya yang berceceran lantaran tak mau ditolong pakai pispot. Padahal untuk bangkit saja beliau kesulitan, padahal memapah ke kamar mandi adalah pekerjaan yang tidak ringan...’
“ Alhamdulillah sekarang sudah mau pakai pispot lantaran kemarin BABnya berceceran dan suami saya semalaman harus mengepel dan mencuci....subhanallah dari suami saya saya belajar keikhlashan...”
“ Saya sedang berusaha mengajak ayah mertua untuk sholat, seumur hidupnya mungkin beliau tidak sholat...” katanya dengan getir. Itulah saat saya melihat matanya berkaca-kaca. Bukan untuk beban merawat yang ditanggungnya, namun beban untuk menyadarkan bapak mertuanya pada keimanan dan ibadah.
“Ibu kandung saya juga sakit-sakitan, jadi saya bolak-balik juga ke rumah ibu untuk merawatnya...” Ibunya sudah berpisah lama dengan ayahnya, jadi tinggal terpisah jauh dari rumah mereka dalam jarak tempuh sekitar 45 menit.
“Ibu hidup sendirian setelah ayah tiri saya meninggal dan beliau ditolak oleh anak-anak tirinya. Saya ingin merawat ibu di rumah ini, namun tidak mungkin lantaran ayah saya sudah bukan suaminya lagi....”
Kubaca dimatanya kerinduan seorang anak perempuan pada ibu yang tak pernah membesarkannya.
“Apakah ibu mertua tidak merawat ayah mertua ?”
“Hmm itu juga cerita tersendiri, lantaran selama ini walau tinggal berdekatan, tidak ada komunikasi diantara mereka...”
Biarlah saya tidak tahu masalah mereka, pikir saya tidak bertanya lebih lanjut.
“ Apa yang saya alami sekarang, saya syukuri dan saya nikmati. Kami bangun rumah ini, sejak awal kami niatkan untuk menampung orang tua kami, mengumpulkan mereka dalam perawatan kami. Saudara-saudara berjauhan dan sibuk dengan urusan masing-masing...jadi Allah berikan kesempatan berbakti ini pada kami...” Matanya kembali bersinar.
Perlu anda ketahui, ibu muda ini seorang PNS pendidik yang setiap hari harus berangkat pagi dan pulang menjelang sore. Kadang di sela waktu kerjanya, beliau menyempatkan pulang untuk merawat para orang tuanya dan menjenguk putri bungsunya yang sudah berusia hampir 1,5 tahun, tapi belum bisa bangkit dari tempat tidur. Putri bungsunya menderita hidrocephalus sejak dalam kandungan dan harus mendapatkan perawatan khusus setiap harinya dengan makanan yang khusus pula.
Subhanallah dua putranya yang lain tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat dan selalu ceria...juga sholih dan sholihah Insya Allah. Yang sulung insya Allah lulus SMP tahun ini dan hafal 15 juz Al-Qur’an.
Ia juga menampung satu kemenakan yang dititipkan padanya untuk melanjutkan studi di kota ini.
Senja meredup dan aku tetap melihat wajahnya yang cerah saat aku berpamitan...
“Doakan saya selalu sehat agar bisa merawat semua orang...!” Senyumnya mengembang saat memeluk saya yang justru terharu.
Jadi apapun berat kesulitan yang kualami, belum ada apa-apanya dibandingnkan beban keluarga yang sedang dinikmati ibu muda yang juga aktivis beberapa organisasi ini.
Sore itu aku belajar banyak padanya
Tentang arti memaafkan
Tentang arti ketulusan
Tentang berbakti yang sesungguhnya
Tentang husnudzon pada Allah
Tentang sabar
Dan tentang kerja keras
Semoga Allah limpahkan pahala yang besar kepada keluarganya. Semoga beliau selalu sehat, bahagia, terjaga iman dan keikhlasannya Serta diberi kemudahan dalam rizki dan semua urusannya.
Cerita ini adalah nasehat untuk diriku sendiri.
Nasihat untuk aku juga mbak. Mendoakan yang terbaik untuk semua
ReplyDeleteamin, makasih kunjungannya mama Cal-Vin.
DeleteWah luar biasa kesabaran ... ketelatenan ... dan juga kekuatan Ibu Muda itu ...
ReplyDeletesemoga terus diberikan keikhlasan
dan semoga semua baik-baik saja
Salam saya Bu Ida
(24/2 : 7)
ya mak saya juga kagum padanya...
DeleteMasya Allah .. bersyukur skali membaca kisah2 itu mak .. alhamdulillah kedua orangtua saya, walaupun memiliki masalah kesehatan tapi mash sehat, masih bisa berjalan sendiri dan beraktivitas ke mana2 sendiri ... alhamdulillaah ya Allah .. terimakasih sharingnya mak :)
ReplyDeletesama-sama mak...sering kita jumpai 'guru' yang bertebaran di sekitar kita...
Deletenasihan untuk saya juga, Mbak. Terima kasih sudah berbagi, ya :)
ReplyDeletemakasih mak Myra...senang dikunjungi senior nih
Delete