Setelah
memaknai jejak cinta, kita berlanjut pada topik rumah sayang.
"Tanyakan pada anak, apa pendapatnya tentang keluarga dan rumahnya?"
Bisa jadi ada anak yang menganggap rumahnya menyeramkan, atau rumahnya penuh tata tertib. Mungkin juga
sebuah rumah kebebasan dimana ia
boleh melakukan apa saja. Tanpa dilarang atau tanpa ada yang berani melarang.
Apa saja.
Sungguh mengagumkan jika ia
menganggap baiti jannati. Rumahku
syurgaku. Rumahnya sebagai rumah cinta dan sayang. Rumah yang memancarkan kasih
sayang dan kehangatan antar penghuninya. Yang memancarkan rahmah untuk
lingkungannya. Persepsi orang tua belum tentu sama dengan persepsi anak. Maka sekali
lagi, tanyalah anak anda: Apakah ia suka tinggal di rumah? Apakah ia suka bergaul
dan ekat dengan orang tuanya? Apakah …?
Jika anda
belum beruntung mendapatkan kesan yang demikian. Tidak pernah ada kata terlambat,
kita mulai sekarang. Menjadikan suasana rumah menyejukkan, menentramkan.
Sehingga selalu memanggil penghuninya
untuk menyempatkan pulang dan rehat
di rumah, bukan di tempat lain.
Bukan
luasnya rumah semata-mata yang menjadikan penghuninya tidak merasa kesempitan.
Kelapangan hati dan kasih sayang diantara penghuni yang lebih menentukan.
Sempitnya hati lantaran konflik dalam rumahtangga akan membuat rumah selapang
apapun menjadi sempit. Dan sebaliknya. Sempit dan lapang kadang menjadi relatif.
Saya ingin mengulang
cerita tentang rumah sempit dari dr. Indah dari Surabaya, ketika kami
berbincang seusai pertemuan POMG di SMPIT Jogjakarta. Beliau mendapat cerita
ini dari ustadzah Yoyoh Yusroh. Tak sepenuhnya persis, mohon dimaafkan.
Sebuah keluarga mengeluhkan rumahnya yang
sempit dengan putra-putranya yang banyak. Maka disampaikan nasehat kepada
mereka :
“Masukkanlah ke dalam rumahmu dua ekor unta.”
Lalu ditanyalah pendapat mereka.
“Bagaimana sekarang rasanya?”
Semua mengeluh kesempitan. Maka diperintahkan
lagi.
“Sekarang masukkan ke dalam rumahmu empat
ekor kambing. Bagaimana sekarang keadaanmu?”
Semua mengeluh semakin sesak.
“Kalau begitu tambahkan sepuluh ekor ayam”
Wow! Semua makin mengeluh, betapa sesaknya . Tentu juga heboh dan bau!
“Sekarang keluarkan ayamnya, bagaimana
keadaan sekarang?” Semua merasa sedikit lega.
“Keluarkan kambingnya, bagaimana keadaanmu
sekarang?”
Semua makin merasa lega.
“Sekarang keluarkan juga untanya. bagaimana?”
Hmm, tanpa unta, kambing dan ayam, semua
merasa sungguh jauh lebih lapang.
Begitulah, rumahnya tetap, penghuninya juga
seperti semula, tapi seluruh perasaan sudah berubah. Relatif bukan?
Semoga dapat
memetik pelajarannya.
Libatkan
anak untuk membangun rumah sayang. Izinkan mereka membuat aturan main, mengatur
perabot dan mengatur jadwal-jadwal. Berikan ruang ekspresi untuk anak-anak
menampilkan ‘karya besarnya’. Berikan
sarana eksplorasi agar mereka memuaskan keingintahuannya yang positif. Berikan ruang psikologis agar mereka
mampu mengembangkan kepribadian dan ketrampilam sosialnya. Berikan aktivitas
dan suasana ruhiyah agar mereka tumbuh
menjadi makhluq spiritual.
Rumah adalah
miniatur peradaban. Dari rumah kita
berharap terlahir jiwa-jiwa yang siap membangun peradaban. Orang tua yang
menyayangi anaknya, tidak akan semata-mata memenuhi kebutuhan lahiriyah anak
berupa materi. Namun juga mewariskan nilai-nilai kehidupan dan peradaban,
utamanya berlandaskan Islam sebagai agama sempurna. Pembawa rahmat (kasih
sayang) bagi seluruh alam.
(Saya nukil
dari buku saya Menyayangi Anak Sepenuh Hati)
terima kasih mak.. buat pencerahannya..
ReplyDeletesering baca2 di sini, baru sekali meninggalkan jejak..
salam kenal dari surabaya ;)
salam kenal juga mak, makasih udah berkunjung
DeleteSalam kenal, MAk, ikut belajar yaa :)
ReplyDeletehehehe beruntungnya aku, anak-anak merasa nyaman di rumah, bahkan kalau diajak pergi, selalu saja bilang, "Bun ayo pulang, mau bobok di kamar," heheh
home sweet home...
duuh senengnya, semoga hingga kelak semua merindukan rumah amin
Deletepengetahuan saya nambah terus klo sinuwun ke rumah maya mak ida.. :) makasih sharingnya maak \o/
ReplyDeletesama-sama belajar mak
Deleteumm menarik mak ida, alhamdulillah. menarik juga foto kucingnya, si adek akrab sekali sama kucing kawaii itu. namanya sushi ya hehehe
ReplyDeleteIya Sushi kucing kesayangan Revo. di rumah kami ada beberapa binatang piaraan. bersahabat dengan binatang termasuk mengasah 'rasa' anak-anak.
DeleteEntah berapa tahun lagi saya bertanya kepada anak saya pendapatnya tentang rumah dan keluarga. Hmmm... Tapi saya mau bukunya, Mak Ida. *eh
ReplyDeletehihi silahkan mas Luthfi semoga segera bisa ada yang ditanyai...
Deleteterima asih sudah diingatkan mbak ida. Anak-anak juga memiliki hak ya dirumah untuk membuat aturan
ReplyDeletebetul mama CalVin
Deletepostingannya benar-benar mencerahkan..
ReplyDeleteterimakasih diingatkan untuk selalu melibatkan anak dalam pengaturan rumah
salam dari sleman
btw, saya tinggal di jalan kaliurang km 13, kapan2 singgah ;)
ayuuk. btw sabtu besok ada acara dari mak Ges, sekalian kopdaran. ikutan yuuk
DeleteIya bu, rumah sayang, cantik sekali namanya ya bu.
ReplyDeleteDoakan saya dan keluarga juga mampu membangun rumah sayang ya bu.
amiin saya doakan Putri
Delete