Pagi tadi jam
05.00 saat mengantri sarapan ke ibu penjual bubur (ketahuan emak lagi malas
masak), terjadi diskusi yang seru ala emak-emak belum mandi.
“Anak saya
tidak mau sekolah...takuut. sudah berkali-kali dipukul sama si fulan...”
“Itu yang
suka memalak ya...?”
“Iya, sudah
15 kali anak saya dimintai uang, kalau nggak bawa uang dipukul...!”
“Laporin
saja sama gurunya...”
“Sudah, saya
juga sudah menemui orang tuanya...malah saya mau diclurit...”
“Haduh
ngeri...”
“Itulah
bu...gurunya juga angkat tangan. Sampai anak saya maunya pindah sekolah...tapi
kemana wong sekolah ini yang
terdekat...”
Gambar dari sini. |
Percakapan masih
berlanjut diantara emak-emak yang masih mengantri. Saya sudah kabur membawa belanjaan
pagi demi sarapan pagi serombongan cowok teman si nomer 3 yang menginap belajar
bersama menyambut try out Unas SMA.
Kasus bullying masih saja terjadi, setiap hari
mungkin.
Bahkan di
sekolah SD di sebelah rumahku. SD kampung di pinggiran Jogjakarta. Pelakunya
siswa klas lima yang sudah beberapa kali tinggal kelas. Korbannya adik kelas.
Orang tua pelaku tidak terima atas tuduhan bahwa anaknya sering melakukan
pemalakan dan pemukulan. Bullying bahkan
berulang 15 x kali kepada salah seorang anak. Orang tuanya justrumenyiapkan
clurit untuk orang yang menuduh anaknya. Waah...
Beberapa
tahun terjun menjadi pengurus POMG, saya menandai bahwa seringkali anak yang melakukan
kekerasan di sekolah, dan perlu mendapat konseling khusus, ternyata memiliki
klien bayangan. Orang tuanya. Ah maaf jika pengamatan saya keliru.
Kebetulan mungkin
yang saya amati demikian.
Anaknya
pemarah, pernah melempar kursi ke guru. Untuk anak usia klas 1 atau 2 SD tentu
ini bukan hal yang biasa. Kalau melempar penghapus mungkin banyak yang
melakukan. Melempar kursi menurut saya adalah ‘sesuatu’ yang besar. Saat orang
tuanya dipanggil diajak berdialog dengan persuasif, justru marah-marah.
Hmm like father like son kali. Like mother like son juga terjadi.
Bagaimana mensikapi
orang tua yang anaknya menjadi pelaku bullying
tapi bersikap demikian?
Sekolah dan
perwakilan pengurus POMG musti membicarakan langkah yang terencana dengan
melibatkan konselor ahli seperti psikolog atau guru BK. Anak-anak pelaku bullying tidak akan dapat diselesaikan tuntas jika pokok masalah
berasal dari keluarganya.
Memang bukan
tugas dan tanggungjawab sekolah untuk menyelesaikan problem keluarga siswa. Namun
harus dilakukan intervensi dan pelibatan orang tua dalam langkah ‘menolong’
pelaku bullying.
Berikut penanganan buat anak yang menjadi
pelaku bullying:
1. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.
2. Mencari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab akan menjadi penentu pilihan penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban. Demikian juga bila prilaku disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.
3. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.
Jika kasus
terus berlanjut...?
1. Lakukan terus pendekatan persuasive, personal, melalui
teman (peer coaching).
2. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi, lebih ditekankan pada penegakan sanksi humanis dan pengabdian kepada masyarakat (student service).
3. Dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban, serta orangtua.
4. Ekspose media yang memberikan penekanan munculnya efek negatif terhadap perbuatan bullying sehingga menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak melakukan perbuatan serupa.
2. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi, lebih ditekankan pada penegakan sanksi humanis dan pengabdian kepada masyarakat (student service).
3. Dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban, serta orangtua.
4. Ekspose media yang memberikan penekanan munculnya efek negatif terhadap perbuatan bullying sehingga menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak melakukan perbuatan serupa.
Upaya preventif perlu dilakukan dengan
membekali anak secara klasikal agar tidak melakukan kekerasan. Menumbuhkan
kepedulian dan keberanian pada siswa untuk melaporkan kepada yang berwenang jika
terjadi, mengalami, melihat bullying
di sekitarnya.
Sekolah
dapat mengadakan parenting school
untuk menyamakan paradigma tentang pendidikan anak bagi para orang tua dan
guru, serta membina sinergi orang tua-sekolah dalam mendidik anak. Peran komite
sekolah dan komite kelas diantaranya dengan mengadakan pertemuan atau kegiatan
rutin semi formal POMG untuk menjalin hubungan yang baik antar ortu siswa. Serta
saling berbagi pengalaman dan dukungan untuk suasana belajar yang kondusif di
sekolah dan di rumah.
Dengan semakin
banyak orang tua ‘sadar’ dan peduli untuk terlibat dalam proses pendidikan,
semoga kasus bullying dapat ditekan
atau bahkan dituntaskan. Amiin.
Bahan bacaan
di sini.
"Like father like son kali. Like mother like son" true Mak, beberapa kali mendengar kasus seperti ini. Anaknya yang menggangu, saat orang tua diajak diskusi malah mengamuk, tidak rela anaknya ditegur. Ada teman yang dulu hobi membully, keluarganya ya begitulah, guru-guru SD saya yang sudah emak-emak tidak berhasil menyentuh hati anak dan orang tuanya. Terakhir saya dengan kabar soal si teman itu saat saya kuliah, teman saya yang lain bilang ia pernah dipenjara :(
ReplyDeleteya mak, maka masih banyak PR kita yang peduli ya...makasih sudah berkunjung
DeleteMasyaAllah... seperti bullying sedang naik daun ya mba... miris saya.
ReplyDeleteiya, ketika besar menjadi anarkhis. orang mencuri sandal saja dipukuli habis-habisan
Deleteeh... putri bungsuku yang kelas 3 sd juga mengalami buliying di sekolahnya. tapi tidak parah sih. dan aku bisa mengatasinya alhamdulillah. kapan2 aku mau tulis juga ah.. eh.. tapi gak enak sama ortu anak yang melakukan bulliying itu ya? karna ceritanya dah damai anakku dan anak dia. hmm... dilema.
ReplyDeletedisamarkan saja mak ceritanya...
Deletesaya pernah mengalami punya siswa yg suka mem'bully' teman2nya, bahkan berani memukul guru2nya. Waktu itu puncak2x kelas 2. Banyak cara sdh dilakukan, tentu saja cara yg mendidik tanpa kekerasan. Tapi ga mempan. Malah makin menjadi. Bbrp ortu yg anakx jadi korban sdh meminta anak tsb u dikeluarkan. Tp itu bukan penyelesaian masalah yg terbaik. Bbrp kali ortu pelaku dipanggil. Dan mmg selalu membela anakx, seolah2 anakx ga mungkin melakukan hal tsb kl ga ada yg memulai duluan. Maklum anak pejabat, jd ga mau disalahkan. Iqob / sanksi jg sdh dijalankan tp ga mempan. Terakhir kejadian dia memukul temannya sampai hidungx berdarah. Wah....habis jg kesabaran, krn ortux ttp membela anakx. Akhirnya saya skorsing selama seminggu dg harapan ortunya menyadari 'ada sesuatu' pd anaknya. Ditambah pendampingan penuh selama sebulan di sekolah oleh Ibux. Krn anak tsb cuma takut sama Ibux. Kami mensyaratkan apabila dlm kurun waktu tsb msh terulang kejadian 'bullying' lagi, mk kami akan menyetujui tuntutan bbrp ortu yg menginginkan anak tsb dikeluarkan. Alhmd akhirx Ibux 'terpaksa' mengikuti aturan kami. Sjk saat itu scr bertahap anak tsb sdh bs mengendalikan dirix. Skrg sdh kelas 5 , dan sy tdk pernah lagi mendengar anak tsb mem'bully' teman2x lagi.
ReplyDeletemakasih sharingnya hajar. Subhanallah kejadiannya tentu sangat menyita waktu dan perhatian. namun alhamdulillah sudah membaik ya...memang benar tanpa melibatkan ortu, akan sulit terapinya ya.
ReplyDeleteparenting school sangat membantu mbak, tapi jika si orang tu amalas mengikuti acara tersebut jadi tidak tahu apa yang salah dengan anakknya ya mbak. Ini pernah terjadi di sekolah anak saya mbak orang tua selalu menganggap anaknya manis, padahal bertolak belakang kalau disekolah. Sudah banyak laporan dari orang tua murid mengenai anak ini
ReplyDeletebetul mak, sesekali orang tua diminta mengintip perilaku anaknya di sekolah, tanpa setahu anaknya...biar nyadar nih.
Deletekalau temanku yang suka membully itu memang dah gak bisa diomongin palagi dinasehati, mak. hadeuh, ortunya saja sampe udah nyerah, itu anak saking nakal n bandelnya. sekrang entah gimana nasibnya...:(
ReplyDeletehehe semoga sekarang sudah tobat mak...makasih kunjungannya.
Delete