Berikut tips
10 prinsip spiritual parenting untuk merawat
dan mengasah sukma anak-anak, yang
saya modifikasi dari tulisan Mimi Doe dan Marsha Walch.
1. Memahami
bahwa Allah selalu memperhatikan kita
Telah saya
ceritakan tentang Sahal bin Abdullah dan pesan spiritual pamannya :”Allah
bersamaku, Allah menjagaku, Allah
memperhatikan aku.” Tanamkan pada anak agar selalu diyakininya. Kata-kata ajaib
ini akan menumbuhkan keberanian, keteguhan, keshabaran dan kejujuran serta
konsistensi atau istiqomah.
2. Meyakini
kehidupan dunia berlanjut dalam kehidupan akhirat
Ajaklah anak
mencerna sebab akibat dari fenomena alam. Yang demikian juga berlaku untuk
perbuatan manusia. Setiap kebaikan akan berbuah kebaikan, maka ajaklah anak
berbuat kebaikan setiap hari, sekalipun sesuatu yang kecil. Biasakan anak untuk
mudah memberi ma’af kepada yang bersalah. Ajaklah untuk bersyiar menggunakan kata-kata positif dan menghargai kebaikan
orang lain.
3. Mendengarkan
anak anda
Mendengarkan
adalah pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tersendiri. Mendengarkan dengan
empati, mampu membangkitkan banyak hal yang penting seperti : menyayangi,
memperhatikan, peduli, menyemangati, menghibur, lebih membuka diri, merasa diakui dan dihargai.
Mendengarkan
suara kemurnian jiwa anak akan membuat kita memperoleh banyak celah untuk mengajari anak tentang
filosofi kehidupan. Dari mana kita, akan ke mana, untuk apa kita hidup, siapa
itu Tuhan, apa itu kasih sayang, kesetiaan, pengorbanan kesedihan dsb. Anak
sering menampilkan perasaan dan pemahaman tentang hal-hal tersebut tanpa
mengetahui nama dan ma’nanya.
Sediakan
waktu khusus setiap harinya atau dua hari sekali untuk mendengarkan anak-anak.
Misal percakapan di atas bantal, setiap malam sebelum tidur yang anda lakukan
berdua di keheningan malam. Atau selepas sholat shubuh dan sholat maghrib. Anak
akan merasa bahwa orang tua selalu punya waktu untuk mendengarkan. Disamping
anda memanfaatkan saat beraktivitas bersama untuk juga mendengarkan, seperti
dalam perjalanan, menanti bus, saat makan, saat memandikan dsb.
4. Kata-kata
itu penting, gunakan dengan hati-hati
Tentang
kekuatan kata-kata ini saya akan membahas lebih panjang pada kesempatan lain.
5. Izinkan
serta doronglah impian, keinginan dan harapan
Anak-anak
memiliki berbagai keinginan, kadang cepat berubah dari waktu ke waktu. Ketika
muncul harapan, keinginan dan impian tentang kebaikan, segeralah memberi
dukungan dan mengabadikannya. Ketika usia 7 tahun, anak saya membicarakan
tentang hidup sesudah mati. Percakapan ini membuat ia berjanji untuk selalu berbuat
baik dan rajin beribadah. Saya memintanya untuk menuliskan niat tersebut, dan
membacakannya untuknya saat dia lalai.
6. Beri
sentuhan keajaiban pada hal-hal biasa
Aktivitas
harian dapat menjadi istimewa jika kita ‘sedikit menatanya’. Misal ketika anak
sulit mandi, ajaklah untuk menerangi kamar mandi dengan cahaya lilin. Mandi
dengan diterangi cahaya lilin membuat suasana lebih indah. ketika anak bangun
tidur, berilah kejutan dengan segelas susu hangat kesukaanya dan sapalah dengan
kata-kata istimewa. “Alhamdulillah, pahlawan sudah bangun. Ayo minum susu dan
bersiap menumpas kejahatan !”
Sediakan
kotak khusus yang anda isi sesuatu, sebagai kejutan pulang sekolah. Mungkin
secarik memo ungkapan sayang yang indah atau sepotong kue coklat .
Saya
menyebut acara keramas sebagai ‘perawatan rambut’. Sejenak saya menjadi kapster
salon, mengeramasi, memasage, mengeringkan, menyisir dan menata rambut anak. Anak gadis saya suka sekali
dengan acara ‘perawatan rambut’, sekalipun saya melakukannya setiap hari. Acara
keramas menjadi istimewa dan mudah.
7. Antara
keteraturan, kelenturan dan keluwesan
Kita harus
merancang struktur keluarga dengan pemikiran serius seperti membangun rumah yang
kuat, indah dan layak huni, serta tidak secara sembarangan, seakan mendirikan
tenda hanya untuk semalam. Tiang-tiang penyangga keluarga memberi anak-anak
kita landasan yang aman, dan konsisten sehingga mereka dapat datang dan pergi
dari rumah dengan perasaan aman dan
tertambat.
Struktur
yang dimaksud adalah keyakinan, peraturan, prinsip, sistem dan kebiasaan yang
diterapkan dalam keluarga. Struktur ini akan mengalami tekanan, tarikan dan
guncangan.; maka dia harus luwes. Jika sistem keluarga teratur tetapi lentur,
anak-anak akan dapat berayun ketika menemui kejutan, keberhasilan, kegagalan,
kedukaan, kegembiraan, dan kekecewaan hidup.
Merupakan hak istimewa anda kepada
orang tua untuk membuat diri sendiri sebagai pusat struktur keluarga- yang
tersusun dari nilai- nilai dan peraturan anda serta digerakkan oleh anda dengan
tehnik anda , tetapi dapat meliuk dan bergerak sesuai dengan kebutuhan dan
perubahan keluarga.
8. Jadilah
cermin positif bagi anak anda
Sebagai
peniru ulung, anak akan segera mencengangkan anda lantaran anda melihat ia
melakukan banyak hal yang persis dengan yang anda lakukan. Maka berusaha
menjagai ucapan, perbuatan dan ekspresi diri agar hanya mencontohkan kebaikan.
9. Lepaskan pergulatan
yang menekan
Hari-hari
yang kita lewati, penuh dengan kesibukan problema dan masalah. Keinginan,
harapan dan kenyataan kadang menghadirkan stres tersendiri, mendatangkan
kekhawatiran dan ketakutan. Menyadari taqdir Allah akan berlaku setelah kita berusaha
dan berdo’a, akan membuat kita bertawakal. Ketika orang tua menyederhanakan
luapan emosi dalam setiap riak kehidupan, anak akan mencerna : bagaimana
mengambil ketenangan dan sikap bijaksana.
Kata-kata
ajaib ini ditemukan Mimi Doe di meja kakeknya, entah dari siapa :
‘Rasa takut datang mengetuk pintu.
Keyakinan
menjawab : “ Tak ada orang di sana”'
10. Jadilah
setiap hari suatu awal yang baru
Secara
biologis, setiap hari kita adalah manusia baru lantaran bertambah panjang kuku,
rambut, pergantian kulit, tumbuhnya gigi dsb. Secara kejiwaan, kita dapat
memancangkan dalam fikiran bahwa setiap hari baru akan ada hal-hal baru yang
menyenangkan. Demikian pula di akhir malam, menjelang tidur, kita luruhkan
semua pengalaman negatif, beristighfar dan bertaubat. Sehingga esoknya, do’a bangun tidur adalah rasa syukur atas
kedasaran terlahir baru lagi. “ Alhamdulillahiladzi ahyana ba’dama amatana
wailahinusyur..”
Ajak anak
melakukan kebaikan baru, memulai hal yang baru dan membuat kebiasaan baru,
setiap hari.
Dengan
menjadi orang tua spiritual , harapan kita, anak menjadi makhluq spiritual sepanjang
kehidupannya.
Koq jdi pingin di keramasin Ibu Ida, ya.
ReplyDeleteGratis kan, Bu. :D
iya enak dong dikeramasin...sini mana kepalanya.
ReplyDeleteselalu berpatokan pada Allah selalu memperhatikan kita ya mbak
ReplyDeleteiya mak Lidya, makasih ya kunjungannya
Delete