“Saya sedang
puasa, bu Ida...” begitu tolaknya halus saat saya menawarinya bekal makanan.
Saya selalu membawa sesuatu untuk camilan saat kerja.
“Puasa apa
bu? Ini kan hari Selasa?” tanyaku sambil memanggil ingatan, apakah ini ayyamul
bidh atau beliau sedang menyahur hutang puasa Ramadhan. Namun tak perlu menunggu
lama, beliau menjelaskan alasan puasanya.
“Si Miske
sedang ujian tengah semester.Saya biasa puasa saat anak testing. Biar doanya
lebih maqbul....”
Saya
meneliti perempuan bertubuh padat berisi dengan penampilan yang ‘biasa-biasa’
saja ini.
Tak
kelihatan bahwa beliau seorang yang religius. Memakai kerudung hanya jika
mengikuti acara resmi, itupun kerudung sampir. Namun siapa sangka, beliau
sangat ‘religius’?
Setidaknya keyakinannya
pada kekuatan doa ibu.
Putri
terkecilnya yang duduk di bangku kelas 6 SD ini adalah harapannya. Anak pertama
lelaki, sudah lama bekerja tapi masih melajang juga. Anak kedua memiliki
keterbatasan dalam berfikir sehingga pendidikan hanya berhenti sampai SMP saja.
Anak ketiga kuliah dan sedang menyelesaikan skripsi.
Ibu ini
seperti kebanyakan perempuan lain. Beliau bekerja membesarkan anak-anaknya
sendirian semenjak suaminya meninggal. Si kecil saat itu baru berusia 3 tahun.
Oleh karenanya sang ibu benar-benar mencurahkan cintanya pada si bungsu
mengingat ia tak lagi mendapat kasih sayang seorang ayah.
Setiap habis
maghrib, beliau menyempatkan menunggui putrinya membaca Alqur’an. Sejak ia
masih belajar a-ba-ta hingga kini
sudah fasih membaca Alqur’an. Ibunya sendiri kurang fasih, namun selalu
menyimak bacaan anaknya.
Setelahnya
menemani belajar, walaupun dengan terkantuk-kantuk setelah lelah seharian bekerja.
Yang lebih
istimewa adalah sholat malam.
Beliau
nyaris jarang melewatkan munajat untuk anak-anaknya, apalagi jika sedang musim
ujian. Munajatnya menjadi lebih lama.
Seolah
berjawab, Miske tumbuh menjadi gadis pintar dan gembira. Nilai akademisnya
membanggakan dan selalu bersemangat belajar. Semoga demikian seterusnya.
Sudah lama
saya tak berkabar lagi, namun dua tahun yang lalu kami mengunjungi beliau dan
mendapat kabar putri bungsu ini sudah kuliah dan hampir lulus. Beliau masih
saja ceria dan ramah.
Diam-diam
saya belajar banyak pada ibu sederhana ini tentang bagaimana bersabar dan memberi
dukungan membersamai anak menuntut ilmu. Setelahnya saya berusaha rajin puasa
setiap kali anak ujian...namuun duuh beratnya karena saya lebih sering dalam
keadaan hamil dan menyusui.
Di hari ibu
ini, saya mengenangnya. Mengingat semua pesan kebaikannya yang pernah
dicontohkannya. Mengingat semua resep masakan yang pernah diajarkannya: sate
ayam, bolu kukus, bakwan dan pisang goreng kelapa parut....
Saya mendoakan
seorang guru kehidupan yang Allah kirimkan pada saya dalam kurun waktu saya
bekerja bersamanya. Semoga beliau diberi keberkahan dalam hidup dan
anak-anaknya menjadi jalan surga untuknya.
Oya, semoga
Allah karuniakan kemudahan hidup untuknya, seperti namanya: Yusrah.
Semoga
menginspirasi untuk kita menjadi ibu yang lebih
baik.
Selamat hari
ibu.
Ket: Ayyamul bidh : puasa senah tengah bulan pada tanggal 13, 14, 15 menurut kalender Hijriyah.
Umrah bersama ibu ada di sini
Postingan yang bikin ibuku menangis ada di sini.
Umrah bersama ibu ada di sini
Postingan yang bikin ibuku menangis ada di sini.
Barakallah, bu Yusrah.
ReplyDeleteKisah yang sangat menginspirasi, Mak :')
iya mak alhamdulillah. allah kirimkan banyak guru kehidupan untukku.
DeleteSelamat hari ibu...
ReplyDeleteselamat hari ibu juga
DeleteSelamat Hari ibu Mak Ida :)
ReplyDeleteselamat hari ibu juga mak
Deletesubhanallah, tergambar sekali kalau doa dan kasih ibu sepanjang masa :)
ReplyDeleteSelamat hari ibu bunda.. :D
ReplyDelete