Pages

Monday, April 6, 2015

Taqdir Perjalanan 24 jam Jogja–Padang


Beberapa waktu yang lalu saya dihubungi salah seorang dari Pemprof Sumbar, meminta suamiku mengisi Jambore PKK se Propinsi Sumbar yang berlangsung Ahad hingga Senin 5-6 April 2015. Kami pun menyanggupi. Memang Ahad ini sengaja off tidak menerima order, karena ada undangan pernikahan putri sahabat kami.

“Bapak mengisi jam 8.00-10.00, sebelum pengarahan oleh bapak Gubernur,” pesan panitia.

Segeralah suamiku memesan tiket ke agen langganan, rencana berangkat Ahad jam 12.50 dengan L*on Air, transit di Batam. Pulangnya Senin dengan pesawat Garuda.
Malam Ahad suamiku sudah packing. Beliau memang selalu melakukan persiapan dengan rapi jika akan bepergian. Enggak seperti saya yang suka tergesa-gesa...sssttt.

Acara akad nikah putri teman itu jam 05.30 selepas sholat shubuh berjamaah di masjid dekat rumah mereka. Unik ya? Alasannya biar disaksikan orang-orang solih yang ahli solat malam dan berjamaah subuh. Subhanallah!

Suamiku berniat menghadiri acara akad nikah itu. Saya akan hadir menyusul pada acara walimahnya.
“Nanti bawakan ransel merah ini ya, Abi mau langsung ke Padang,” begitu pesan yang kudengar sebelum beliau berangkat pada jam 05.00 itu. Aku mengiyakan sambil mencium tangannya.

Singkat cerita saya menyusul ke acara walimah dan menikmati prosesinya yang unik dan menarik. Walimah ini dirancang membawa humor, seni dan keseriusan. Suamiku kebagian memandu acara talk show keluarga dengan melibatkan tamu undangan sebagai para pembicara dadakan berbagi kisah rahasia keluarga samara. Setiap yang bersedia berpartisipasi mendapat hadiah buku Seri Wonderful.

Usai walimah, kami berangkat ke bandara. Sampai di bandara pukul 10.45 seperti yang kami perkirakan. Sepulang dari mengantar suami, saya melanjutkan hidup hehe. Maksudnya, karena kepala pusing saya tidur siang sembari menyiapkan stamina untuk acara sarasehan sore nanti.

Kupikir jam 12.50 tadi suamiku sudah terbang ke Padang, tenyata...


“Umi bawa modem?” Pesan masuk muncul di ponsel, di sela saya bicara di sarasehan Pendidikan Seksual di Pendopo Kecamatan Ngampilan. Pertanyaan itu artinya suamiku sedang di rumah.
“Abi belum jadi terbang?”
“Belum, delay. Katanya nanti jam 18.50 dijanjikan terbang”

Oo, kasihan benar. Menunggu di bandara dari jam 11.00, tak ada kejelasan keberangkatan. Akhirnya jam 16.00 baru mendapat kabar kalau pesawat akan terbang jam 18.50. Makanya suamiku pulang lagi sekedar mandi dan ganti baju.
“Panitia sudah kontak Abi? Dari tadi panitia panik kontak-kontak Umi,” tanyaku sesampai di rumah.

Yaah, saya agak terganggu karena telepon masuk saat sedang presentasi.
“Bukan hanya nelpon, sudah marah-marah juga haha. Lha yang salah pesawatnya, kok aku yang dimarahi” katanya santai. Itulah hari-hari yang kami alami. Delay, dimarahi panitia, dan kami tak perlu marah pada siapapun.

Begitulah, sepulang menjemput saya, gantian supir mengantar suamiku kembali ke bandara dengan harapan segera take off jam 18.50 menuju Padang. Namun apa pula kelanjutan ceritanya?

Jam 20.10 baru berangkat. Mendarat di Batam dan sudah tak ada pesawat menuju Padang, jadi menginap dadakan di Batam. Tidak enak lho menginap dadakan itu, karena bagasi semua ada di pesawat, dan kita turun hanya dengan tas tenteng tanpa persiapan menginap. Sudah kami alami sewaktu tertahan di Balikpapan menuju Berau.
Baru saja saya mendapat kabar, pesawat mendarat di Padang jam 10.45 hari Senin ini. Panitia sudah menelepon saya, dengan nada menyerah. Jadi perjalanan ini persis 24 jam, sejak kemarin pagi menjelang siang.

Bagaimana kelanjutan Acara Jambore PKK? Biarlah panitia yang memikirkan.

Entah ada berapa cerita serupa. Kalau penumpang pesawat itu ada 150 orang, kira-kira sebanyak itu pula cerita jengkel, marah dan sekian urusan yang tertunda. Dan entah berapa kali akan terulang.

Bulan kemarin kami ke Bandung. Hanya ada satu penerbangan dari jogja, jam 13.00 dengan W*ngs Air.
Jam 11 suamiku sudah berangkat. Tapi jam 14 pulang lagi karena konon pesawat baru ada nanti jam 18.00. Padahal acara pelatihan forum pertama jam 16.00-18.00. Bisa kebayang stressnya pihak EO. Sudah menyewa hotel, menghadapi ratusan peserta yang kecewa. Yah, kami juga kecewa.
Malam itu suamiku tetap berangkat ke Bandung, karena esok pagi ada forum berbeda.

Trus mengapa saya curhat di sini? Haha.

Maksudnya, hati-hati saja memilih moda transportasi, memilih maskapai dan mengatur waktu keberangkatan untuk memperkecil resiko. Jangan lupa banyak berdoa. Manusia punya rencana, tapi taqdir bisa bicara berbeda. Ah nasehatnya seharusnya buat kami sendiri juga.




15 comments:

  1. paling sebel kalau pesawat delay ya mbak, apalagi kalau ada acara mepet waktunya. Harus bisa memilih angkutan yang minim delay.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak. kadang hanya ada satu maskapai...nah!

      Delete
  2. Jog-bth n sbaliknya dgn maskapai itu emang sering delay mak.. begitu kata para pelanggan tiket saya. Tp bagi kami di propinsi kepri klo mau terbang ga pk transit ya cuma maskapai itu. Ga ada pilihan lain. Itupun klo dr tj.pinang hr lwt jalur laut dl hmpr 1 jam. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih mak, belum pernah jadi enggak tahu kalau delay parah sudah kebiasaan.

      Delete
  3. agak ribet c ya berhadapan ama delay transportasi udara, pdhal mode trans udara paling diminati krn cepat hmmm.....

    mampir2 ya Mba :)

    ReplyDelete
  4. Kalau aku sih heran sama ama maskapainya. Kok bisa ya jadwal gak teratur gitu dan terus-terusaan. :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. hiks terpaksa soalnya maskapai langganan enggak kebagian tiket hehe

      Delete
  5. Ya Allah... duuuhhh berapa banyak nasib penumpang yang terlantar dan banyak kepentingan yang terganggu gara2 delay itu ya Mak.
    Bener2 merugikan penumpang itu Mak, terus ada kompensasi gak dari maskapai?

    ReplyDelete
    Replies
    1. enggak mak. ya dapat fasilitas hotel menginap di batam itu hehe.

      Delete
  6. saya pernah batal ke acara reuni karena delay. Emang harus pinter-pinter atur waktu, ya, Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sedih juga yang mak Myra. benar banget harus pintar atur waktu

      Delete
  7. Minggu lalu suami diminta dadakan ke Jakarta. Paling awal pesawat L itu. Eh, gara2 uang tiket nggak segera ditransfer (biasanya suami nggak mikir ini, tapi berhubung lagi liburan di Jogja jadi cari2 alasan hehehee), akibatnya tiket jam itu habis. Setelah uang tiket ditransfer, barulah ambil Garuda, penerbangan selanjutnya. Eh, smp di Adi Sucipto, malah Garuda terbang duluan, L yg tiketnya habis tadi belum terbang. delay :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi...tapi kemarin saya ke Surabaya naik wings sore hari Alhamdulillah on time.

      Delete
  8. frankly mak, aku udah ngg pernah mau pakai maskapai itu hehehe..ngg pernah jelaas...dan tidak ada solusi apa2 selain minta maaf dan delay! not for me...

    ReplyDelete