Pages

Saturday, October 31, 2015

Melbourne, I Am Coming!

Menginap di pesawat, bagaimanapun terasa kurang nyaman. Sekalipun pramugari ramah dan makanan juga berlimpah. 

Bolak-balik tak ada posisi yang bikin pulas. Yaah kelas ekonomi...haha.
Pesawat ini cukup luas. Kursi penumpang berjajar 3 kursi dalam 3 lajur. Terkadang harus antri toilet juga. Alhamdulillah apapun rasanya, pagi ini kami mendarat dengan penuh semangat 
Antrian mengular pada pemeriksaan imigrasi, tak menyurutkan semangat kami. Hampir 1 jam, dan berujung pada beberapa pertanyaan klise.

"How long will stay?"
"Holiday? Visit friend?"


Alhamdulillah tak banyak pertanyaan. Tipsnya, mengantrilah di bagian belakang. Mungkin petugasnya sudah capek dan tak mau reseh.
Keluar bandara, matahari summer menyengat kulit. Secerah senyum mbak Pudak Nayati, teman yang menjemput kami. Kami berkendara menuju rumah yang akan menampung kami selama di Melbourne. Langit biru nampak luas dan bersih menaungi.

Sederet mawar cantik pun tersenyum ramah menyambut kami. Ah rumah yang cantik. Saya langsung suka. Musim semi baru beranjak pergi. Bunga-bunga bermekaran di mana-mana.
"Melbourne adalah negeri 4 musim dalam sehari"
Itu kelakar teman-teman karena ketidakpastian cuaca. Dalam hitungan jam, suhu bisa turun drastis beberapa derajat. Kami menukmatinya dengan gembira, apalagi saya: wong mBantul ke Ustralia.
Pak Hamim dan mbak Lia, tuan rumah ini telah dua puluh tahun di Melbourne. Sang suami dari Lamongan dan istrinya dari Jogja. Nah klop kan ketemu orang Jogja.

Setelah sarapan dan ngobrol, kami mandi lalu mebayar hutang ngantuk semalam. Sorenya seorang teman menjemput kami untuk city tour. Berkendara hingga ke ...lalu naik trams menuju pusat kota. Flinders street tempat stasiun tertua dan tak lupa berjalan ke seputar kota.
Seorang nenek yang ramah dan licah, menawari untuk memotret kami. Dengan senang hati kami menuruti permintaannya. Sekalipun beberapa kali ia harus bertanya bagaimana menggunakan camera android kami. Dan hasilnya...blurr!

Lelah berjalan kami pulang kembali naik trams gratis. Dan segera pulas saat merebahkan punggung di kasur empuk jam 24.00 waktu setempat.
Hari ke dua, Jumat 30 Oktober 2015.
Mbak Pudak menjemput kami untuk berkendara ke Ballarat. Rencana kami mengunjungi Sovereign Hill dan juga menengok Kanguru.
Pandainya mereka mengemas kota lama ini menjadi kawasan bersejarah yang menarik wisatawan. Karcis masuk lumayan mahal, tapi sepadan dengan luasnya kawasan yang dapat dijelajahi.
Sejak datang telah disambut oleh seorang nenek tua cantik dengan pakaian gaun ungu yang besar. Ia menyodorkan leaflet dan mempersilahkan untuk membeli tiket.

Dahulunya kawasan ini adalah tambang emas. Maka lokasi Sovereign Hill ini ditata menjadi miniatur kota pada masa itu. orang-orang berdandan ala penduduk masa lalu dengan baju-baju masa lalu.
Saya teringat film masa lalu, Little house in the Prairi. Seolah yang berlarian itu Laura, Marry, Nelly lengkap dengan pakaian mereka yang cantik. Anda yang suka melihat gaya busana mereka, tengoklah di sini.

Kami memasuki salah satu rumah setelah  live drama keluarga dan pertengkaran antara dua tetangga. Rumah mungil yang cantik dengan bunga-bunga yang indah. Gambar-gambar cantiknya bisa ditengok di sini.

ada juga miniatur area kumuh para pekerja tambang yang banyak diantaranya adalah dari etnis china. Maka juga terdapat kuil merah dengan berbagai kelengkapannya. Bisa dilihat di sini.
Sempat juga ada pertunjukan patroli tentara dan upacara bendera serta tembakan yang baunya seperti mercon haha. Setelahnya, pengunjung berfoto dengan mereka. Sayapun ikut-ikutan.
Begitulah penat menyapa, namun kami puas dan meninggalkan kawasan Sovereign hill dengan segudang cerita.

2 comments:

  1. Mengantri di paling belakang? Okeelaah. . . :D

    ReplyDelete
  2. Haa, ballarat..ternyata emang ada tho #teringat salah satu cerita sherlock holmes.

    ReplyDelete