Pages

Sunday, November 29, 2015

ISTIGHFAR SI TUKANG ROTI & DOA YANG MAKBUL

Dalam Kitab Shifatus Shafwah karangan Ibnul Jauzi, dikisahkan tentang pengembaraan Imam Ahmad bin Hambal ke suatu negeri untuk suatu keperluan. Dalam perjalanan, beliau kemalaman dan menemukan sebuah masjid, beliau ingin menghabiskan malam di dalam masjid itu. Namun penjaga masjid tidak memperbolehkannya beristirahat di dalam masjid.
Sang penjaga tidak mengetahui bahwa yang dihadapinya adalah seorang ulama besar. Sementara Imam Ahmad juga tidak ingin memperkenalkan diri kepadanya. Kendati ketenaran Imam Ahmad sudah sampai di seluruh pelosok negeri, namun tak banyak orang mengenal sosok dan rupanya.
Untunglah, ketika itu melintas seorang pembuat dan penjual roti. Akhirnya tukang roti itu mengajak beliau untuk menginap di tempatnya, juga tanpa tahu bahwa tamunya ini adalah Imam Ahmad bin Hambal.
Ketika sampai di rumahnya, sang lelaki baik hati itu segera mempersiapkan tempat bermalam untuk Imam Ahmad dan mempersilahkan beliau istirahat. Sedangkan dia sendiri justru mulai bekerja dengan menyiapkan bahan-bahan pembuatan roti yang akan dijualnya esok hari.
Ternyata Imam Ahmad tidak langsung tidur, Ia malah memperhatikan segala gerak-gerik sang pembuat roti. Ada satu hal yang menarik perhatian beliau. Yakni, Ia senantiasa beristighfar dalam setiap aktivitas yang ia lakukan. Lidahnya selalu basah dengan istighfar.
Imam Ahmad merasa penasaran lalu bertanya, “Sejak kapan Anda selalu beristighfar tanpa henti seperti ini?”
Ia menjawab “Sejak lama sekali. ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya, hampir dalam segala kondisi.”
“Wahai tuan, apa fadhilah (keutamaan) yang tuan dapatkan dari amalan (selalu beristighfar) tersebut?” tanya Imam Ahmad penasaran.


Sang Tukang roti tersenyum. “Fadhilahnya, setiap do’a yang saya panjatkan kepada Allah selalu dikabulkan-Nya,” jawabnya.
“Tapi, ada satu do’a saya yang hingga saat ini belum dikabulkan Allah,” sambungnya.
Sang Imam semakin penasaran dan bertanya, “Apa gerangan doa yang satu itu?” Si lelaki saleh ini pun melanjutkan jawabannya dan berkata,
“Dari dahulu, saya berdo’a kepada Allah agar dipertemukan dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Namun hingga saat ini, saya belum juga dipertemukan dengan beliau,” tutur Tukang roti itu.
Lalu, dengan takjub Imam Ahmad berkata, “Aku adalah Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, aku benar-benar didatangkan oleh Allah kepadamu.”
Ternyata semua yang dialami Imam Ahmad hari itu, mulai dari kemalaman di kampung, diusir sang penjaga masjid, kemudian bertemu dengan tukang roti dijalanan, sampai menginap di rumahnya, rupanya itu semua hanya merupakan cara Allah untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang saleh.
Demikian dahsyatnya kekuatan istighfar, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala enggan untuk menolak do’a tukang roti yang dipanjatkan kepada-Nya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan baginya pada setiap kesedihannya jalan keluar dan pada setiap kesempitan ada kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Wallahu’alam bish shawab…

4 comments: