Kenangan
Aku pergi ke warung, tempat kita biasa jajan pada masa putih abu, hendak membeli masa muda. Namun ibu penjaga sudah menua dan menjawab gemetar:
"Masa muda sudah sold out!"
Ia menyodorkan kenangan, tentang semangkuk kolak nenas, mie acar dan es lilin yang dulu kita perebutkan setiap istirahat.
Tetapi aku memilih keranjang basket setengah jebol yang membuat kita berjingkrakan dibawah hujan. Kala itu.
"Kau ingat pisang kepok yang kita peram di sudut kelas?"
Gelakmu seakan membelah rimbun kebun belakang sekolah.
"Dan mangga mengkal yang tidak sempat tua?"
Gelakmu makin menjadi hingga ubanmu memutih tak dapat berhenti.
"Atau hukuman lari keliling sekolah karena terlambat upacara bendera?"
Cerita pahit pun kecut kini telah menjadi kegembiraan. Begitulah hidup saat menua.
Pertemuan telah mengundang pulang semua kenangan. Sekalipun kita menjerit menolaknya, bertubi-tubi dan terus memonopoli. Tetapi tidak pernah menyakiti, selama kita tak mengizinkan labirin rasa berpihak pada kebencian.
"Ayo ke atas jembatan, menitipkan sisa mimpi yang belum sempat kita peluk. Membiarkannya mengalir bersama keruh air Bengawan Solo yang tinggal separuh, bergegas ke muara bersama sampah peristiwa."
Hoak kini adalah nyata dan tetap saja membuat gembira.
Sungguh aneh kembali muda setelah setelah sekian lama.
Untuk reuni IPA3
No comments:
Post a Comment