Lelaki tua di ujung senja
Lelaki tua meniti pematang di bawah langit senja menjingga, menjinjing ketela dan dedaunan entah apa.
Siapakah dia?
Mungkin tak penting bagi kami, para penumpang KA Wijaya Kusuma dalam sepenggal episode melintas kota dan desa sepanjang Cilacap-Jogja. Namun aku mencoba mengarang cerita, tentang sang bapak tua.
Tentulah ia seseorang yang berharga, kakek dari para cucunya, ayah dari anak-anaknya dan suami dari seorang istri, jika masih ada. Ia juga tetangga dan warga sebuah desa, seorang kerabat, mungkin pakde atau pamanda.
"Apakah ia orang baik?" tanya anakku.
"ya, ia orang baik" jawabku bukan tanpa sebab.
Sesore itu dan ia baru pulang dari ladang, membawa seikat cinta lewat dedaunan dan ketela. Untuk siapa kalau bukan keluarga. Bukankah ia lelaki yang bertanggungjawab. Kepulangannya pastilah dinanti, ketiadaannya tentu dicari, sebab ia berarti.
"Lelaki sejati... " desisku nyaris untuk diri sendiri.
Ia memikul beban dengan pundaknya sendiri. Memastikan anak istri bisa kenyang dengan yang halal, semurni hasil kebun sendiri.
Ia hanya seorang lelaki tua yang meniti pematang di ujung senja. Beberapa detik saja aku menangkap sosoknya di kejauhan. Jika engkau berjumpa tolong sampaikan salam padanya, dari seorang penyintas yang tak dikenalnya.
No comments:
Post a Comment