Ahmad dari Ciamis
Oleh : Ida Nur Laila
Buffet makan di apartemen Syauqiyah ada dua lokasi. Satu dilantai 2, diurusi oleh mas Ahmad. Dan satu dilantai 3 diurusi oleh seorang dari Indonesia juga tapi aku tidak sempat mengenalnya. Ahmad dari Ciamis, bahasanya masih medok. Sudah 6 tahun ia bertugas di Mekkah, dan akan pulang ke Indonesia bulan Februari. Katanya ingin berusaha di tanah air dan capek jadi TKI. Katanya juga ia sudah memiliki cukup tabungan untuk bekal usaha.
Ahmad ini orangnya berperawaan kecil. Tingginya sekitar 160 cm. Atau malah kurang. Badannya juga kurusan. Ia seperti tidak kenal lelah. Tugasnya menyiapkan makanan prasmanan. Makanan ini telah dimasak di Aziziyah. Dibungkus dalam kantung plastik dan dimasukkan ke dalam koper. Mas Ahmad tinggal membuka dan menatanya. Nasi, lauk, sayur, buah, kerupuk, roti, selai dan sebagainya. Makan pagi siang maupun malam. Lalu ia mencuci piring sendok dan segera mengeringkannya untuk dipakai lagi. Air minum panas dingin dan orange juice juga menjadi tanggung jawabnya.
Ia juga menggelar dagangan sederhana di ruang makan. Entah miliknya atau milik temannya yang dititipkan padanya, aku tidak tahu. Dan tidak bertanya.
Kuperhatikan barang dagangan yang digelarnya. Hati onta yang sudah dikeringkan, madu, jintan atau habatussauda, cincin, gelang, tasbih, al Quran, minyak wangi, dan beberapa jenis obat lagi. Ada juga satu dua yang tertarik membeli. Namun sepertinya kurang laku.
Setiap orang yang antri makan, menyempatkan untuk melihat-lihat dan bertanya ini itu, namun jarang yang membeli. Beberapa ibu-ibu tertarik membeli cincin. Ada yang bermata, ada yang berakik.
Selain usaha sampingan dagang. Ahmad juga menerima jasa loundry. Satu baju panjang atau pakaian ihram atau mukena, dihargai 10 riyal perpotong. Diterima dalam keadaan bersih sudah terseterika dalam kemasan plastik per orang. Ada banyak juga order loundry. Saya yakin, ia membuat sub tender untuk jasa mencuci ini, lantaran tidak mungkin dikerjakannya sendiri.
Ahmad juga jualan pulsa. Harganya agak terpaut tinggi dengan yang berjualan di pinggir jalan atau di konter resmi. Misal pulsa 30 riyal dia jual 37 riyal. Jika di pinggir jalan harganya 33 riyal. Di konter resmi harganya 30 riyal. Namun banyak jamaah yang senang membeli darinya, termasuk aku, lantaran tidak perlu berpanas-panas keluar Apartemen. Bahkan Ahmad langsung memandu meng-isikan ke HP. Ada saja jamaah yang bahkan melebihkan pembayaran sebagai shodaqoh. Jadi banyak yang senang dengan Ahmad.
Memang orangnya bawaannya gembira, tidak banyak mengeluh dan terlihat suka bekerja keras. Allah Maha Adil, kerja keras Ahmad, dihargai oleh banyak orang.
No comments:
Post a Comment