Kasih
ibu kepada beta
Tak
terhingga sepanjang masa
Hanya
memberi tak harap kembali
Bagai
sang surya menyinari dunia
Lagu itu sangat indah menurutku. Cocok menggambarkan kasih
sayang ibuku padaku. Kuceritakan ya
tentang ibuku.
Nama ibuku Lasmiati, itu adalah nama pemberian kakekku. Ibu
adalah anak ke dua dari lima bersaudara. Masa kecil hingga sekolah dan menikah,
ibu tinggal menjadi anak asuh mbah Bun yang sebenarnya adalah kakak sepupunya.
Mbah bun tak punya anak perempuan, hanya dua anak laki-laki, jadi ibu memiliki 2 adik laki-laki dari ibu
angkatnya.
Ibu lahir pada tanggal
13 Agustus 1945. Tanggal lahir ibu ada
2, aku sendiri tidak tahu asal-muasalnya. Namun mungkin begitulah pada masa
dahulu, administrasi kurang bagus, dimana situasi keamanan masih belum stabil.
Ibu bersekolah SD di Slahung, kota kecamatan tempat tinggal
ibu. Lalu sekolah SMP di SMP Muhamadiyah Ponorogo. Setelah lulus SMP, ibu
menikah dengan ayahku dan diboyong ke jogjakarta. Saat itu ayahku sedang
menempuh kuluah S1 di IAIN Jogjakarta. Sekarang kampus itu telah berganti nama
menjadi UIN.
Kehidupan yang berat telah dilalui ibu sejak kecil. Ibu
angkatnya adalah seorang pedagang kelontong yang sangat ulet. Maka ibukupun
harus bekerja keras disetiap hari disela-sela waktu sekolahnya. Juga mengasuh
dua adik angkatnya.
Setelah menikah dengan bapak yang masih mahasiswa, ibu
membuka warung kelontong kecil untuk penghidupan rumah tangga barunya. Bapak
tinggal di Jogja cukup lama, hingga ibu melahirkan empat anak dan dua kali
keguguran. Saat itu bapak tugas belajar. Jadi mendapat beasiswa. Akibat kuliah
sambil berkeluarga, bapak studi menempuh dalam waktu yang cukup lama. Bapak ibu
dikarunia 4 anak, aku adalah anak kedua. Kakakku perempuan dan dua adikku
laki-laki.
Aneka cobaan hidup pernah dialami ibu. Saat hamil anak
pertama, atau kakakku, ibu mengalami kecelakaan. Akibatnya kakinya patah di
paha, giginya rompol tujuh dan rahangnya bergeser sendinya. Ibu melahirkan anak
pertama dalam keadaan masih opname akibat kecelakaan. Hingga kini, dampak dari
kecelakaan tersebut masih terasa. Ibu menjadi mudah pusing sepanjang hidupnya,
dan menderita sinusitis. Kakinya juga terasa nyeri jika berjalan lama atau naik
tangga. Dalam keadaan demikian, ibuku tetap pekerja keras. Ketika kami pindah
ke Wonogiri setelah penempatan bapak, ibu membuka lagi warung kelontong.
Rumah kontrakan orang tuaku pernah terbakar. Aku tidak bisa
mengingatnya, karena aku masih terlalu kecil. Ibu pernah mengalami saat-saat
sulit mendampingi kakakku yang sering sakit. Pernah jatuh dan patah tangannya.
Sepertinya semua jenis mushibah pernah dialaminya.
Terakhir selama sekitar 5 bulan, ibu mendampingi bapak yang
terkena kanker mesenterium pada masa pensiunnya. Bapak harus dirawat di rumah
sakit, dan ibu selalu setia mendampingi, tak pernah semalampun ibu meninggalkan
bapak. Ibu selalu tidur di RS, disamping bapak.
Setelah bapak meninggal, ibu berjuang menyekolahkan dua
adikku yang belum lulus S1. Kami bahu membahu mencari biaya pendidikan yang
tidak sedikit.
Sekarang ibu memilih tinggal bersamaku. Inilah rejeki bagiku,
dan anak-anakku. Ibu masih giat beraktifitas dan jarang mengeluh walaupun
kadang tengah menderita sakit.Ibu membantuku mengelola rumah daat aku harus
keluar kota. Ibu sangat menyayangi anak-anakku
bahkan tanpa syarat.
Semoga Allah menerima semua amal ibadah ibuku. Semoga Allah
menjadikan kami anak yang berbakti kepada orang tua.
No comments:
Post a Comment