Diary Perjalanan
Ahad, 4 maret 2012.
Hari ini kumulai dengan gembira dan baik-baik saja. Aku
terbangun jam 3 pagi, mandi dan bersiap-siap.
Sempat ada kejadian tak terduga, seekor ular sawah kecil
tersesat masuk dapur dan bertengger di rak gelas. Ular itupun dibunuh oleh
karyawanku.
Jam 04.15 kami berangkat menembus dingin pagi. Sejak kemarin
sore kami telah persiapkan keberangkatan ini. Adapun rencana kepergian ini
sudah fix sejak sebulan yang lalu. Sidoarjo, tujuan kami hari ini.
Sengaja memang kami berangkat pagi dan pulang malam hari itu
juga, karena pada hari sabtu sore masih ada aktivitas kajian permata di rumah.
Sejak Sabtu anak-anak sudah dipesan untuk membantu mengawasi
adiknya selama kami tinggal pergi. Semoga semua berjalan lancar.
Bandara selepas subuh sudah mulai sibuk. Kami check in
dengan lancar. Menunggu sebentar di lounge, segera ada panggilan, kamipun
menaiki pesawat.
Menikmati pagi di bandara, bahkan aku sempat membuat puisi
yang indah, menurutku. Aku terpesona pada warna pagi pemandangan sekitar
Bandara. Kumanjakan mataku sebelum menjejakkan kaki di tangga. Kucoba menangkap
segala keindahan dengan kamera. Namun aku tidak yakin akan hasilnya. Kamera
memiliki keterbatasan untuk merangkum semua keindahan. Maka kutulis puisi dalam pesawat dibalik kertas
seadanya yang kumiliki. Aku meminjam pulpen suamiku. Memang saat jiwa ingin
berkata-kata, tak dapat kita tunda untuk menuangkannya.
Inilah puisiku selengkapnya :
warna pagi Bandara |
Warna
pagi, dari Bandara Adisucipto
05.45.14.03.2012
Nuansa
putih kehijauan
Kabut
tipis mengambang
Di
wajah rerumputan
Mozaik
abu-abu
Silhuet
pepohonan berlatar
di
batas pandang
Mengukir
elok rupawan
Diatas
kabut
Pegunungan
menjaga
Keheningan
pagi
Sinar
kuning mentari
Menyapa
malu-malu
Merona
awan-awan
Kelabu
semburat
Lembayung
Pagi
di bandara Adisucipto
Anugerah
keindahan
Memanjakan
mata
Nirwana
dunia
Tak mampu terlukis kuas pelukis
Ataupun
Lensa kamera
tak
sanggup
tak
sanggup
Menangkap
semua keindahan
Apalagi
hanya
sepotong
puisi
tak
mampu merangkum selaksa ekspresi
tak
perlu lagi kata-kata
kecuali
sepenggal
dzikr
untuk Nya
Subhanallah...!
Jogjakarta,
04.03.12
(saat
perjalanan menuju acara DKS Sidoarjo,
Sebelum
naik wings air,
aku
terpana dengan sajian alam,
mencoba
memotret,
namun
gagal merangkum semua,
maka
kutuang bait-bait
mewakili
warga pagi hatiku)
Penulis bersama bu Andi |
Pesawat wing air kecil berbaling-baling. Penumpang hanya
sekitar 80 orang, sebagian besar kursi terisi. Bahkan nyaris tak ada kursi
kosong.
Sebenarnya enak juga naik pesawat kecil, pemandangan di
bawah terlihat sangat jelas. Bahkan aku bisa memperkirakan kota-kota yang kami
lewati, entah tepat atau tidak.
Singkat cerita, kami pun mendarat tepat pukul 07.00.
Alhamdulillah di bandara Djuanda kami mendapat sambutan yang hangat dari bu Andi dan pak Taufiq,
bu Atin dan suaminya, serta pak Budi dan istrinya. Bu andi mengingatkanku bahwa
kami pernah bertemu di Aceh, bahkan beliau dan suaminya yang mengantar jemput
kami selama kami di Aceh. Mula-mula bagiku agak sukar memanggil ingatan kunjungan
kami ke Aceh pasca tsunami. Namun setelah melihat pak Taufiq, aku jadi ingat
bagaimana perjalanan kami dengan mobil sahabat anak, sumbangan dari DPP. Pak
Taufiq yang menyetir dan selalu memakai gigi 2 , walaupun mobil baru mulai
berjalan atau sudah kenceng jalannya...
Kami sempatkan mampir sarapan pagi di rumah makan Ayam
goreng Kalasan. Sekalipun namanya ayam goreng Kalasan, namun menu yang
ditawarkan beragam. Ada menu Suroboyo seperti sop buntut dan rawon. Ada nasi
pecel Madiun dan ada juga menu standar seperti soto. Tentu ada ayam goreng Kalasan
sesuai brand RMnya.
Sarapan yang lumayan, kamipun melanjutkan perjalanan menuju
lokasi. Melalui jalan tol, alhamdulillah sekitar 30 menit sudah sampai di
lokasi acara.
Ada spanduk ungu Salima terbentang di parkiran menuju tangga
naik ke lantai dua tempat acara berlangsung. Adapun background acara walaupun
berwarna ungu nuansa salima, namun spanduk peyelenggara menjadi yayasan Manarul
Ilmi dan LMI... yah sama saja. Yang penting acara berjalan baik dan memberi
kemanfaatan.
Gedung yang indah ini lumayan penuh peserta. Kader, suami
istri, duduk berpasangan. Ada beberapa kali penampilan anak kader membuka dan
menyelingi acara dengan tilawah, puisi dan lagu. Sungguh anak-anak yang menjadi
harapan masa depan.
Aku sungguh menikmati acara ini, bahkan sempat membuat
puisi.
Sekeranjang buah di atas meja di
hadapanku
Sekeranjang buah |
Dalam
acara training keluarga
Di Sidoarjo
Hanya
sekeranjang
Tapi
lihatlah
Warna
warni macamnya
Ada
sebutir buah peer
Kuning
ranum
Sebutir
hijau apel malang
Manis
segar
Dua
kuning pisang cavendis
Gurih
lezat
Dua
ungu tua buah manggis
Manis
masam
tiga
oranye jeruk mandarin
manis
asam segar
empat
coklat salak
manis
sepat
lima
butir krem duku palembang
manis
enam
butir coklat muda kelengkeng
super
manis
Segerombol
merah anggur
Mak
nyus
Sembilan
macam rasa
Dalam
satu keranjang
Tak
ada yang sama
Melihat
saja
Aku
bisa membayangkan rasanya
Manis
asam gurih segar
Karunia
Allah
Nikmat
mata memandang bentuk warnanya
Nikmat
lidah mencecap kekayaan rasa
Nikmat
proses mengupasnya
Nikmat
sehat melahapnya
Semua
nikmat
Dalam
satu keranjang saja
Keranjang
plastik hijau muda
Di
sebuah meja
Yang
disediakan panitia
( Dks
sidoarjo,ahad 6 maret 2012)
Peserta DKS |
Acara mengalir dengan lancar. Peserta nampak menikmati dan
kami pun menikmati. Semula kami ingin mampir ke beberapa tempat seperti sentra
kerajinan, lumpur Lapindo dan silaturahmi ke rumah saudara, tapi kami urungkan lantaran kami khawatir tertinggal
pesawat.
Acara selesai menjelang jam 16.00. Setelah foto-foto dan
berbagai aktivitas lain, kamipun
bergegas menuju bandara yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan. Alhamdulillah, sekalipun
perjalanan kadang macet, kami segera check in untuk penerbangan jam 19.00.
Menanti 2 jam, kami sempatkan berjalan-jalan di area
bandara. Makan dan minum serta sholat, barulah kami menunggu untuk boarding.
Tunggu punya tunggu, tidak juga ada pemberitahuan kami akan segera boarding.
Semua penumpang gelisah. Hingga 1 jam terlambat, belum ada kejelasan.
Sekitar jam 20.15, tiba-tiba ada perintah untuk boarding,
kamipun bergegas menuju pesawat yang ditunggu-tunggu. Setelah pemeriksaan
tiket, kami masuk lorong, kirain dari belalai langsung ke pesawat; ternyata
tidak. Kami harus turun dan tetep berjalan menuju bus yang mengangkut kami ke
pesawat.
Pesawat WINGS AIR itu Nampak sedikit aneh menurutku. Suara
mesinnya sangat keras. kami bahkan harus
berlari dan bergegas saat menaiki tangga. Asap
knalpot menderu-deru dan sangat panas bau khas pembakaran yang tidak
sempurna.
Sejak naik pesawat, terasa ketidaknyamanan yang tak dapat
kudefinisikan. Namun karena badan lelah, aku segera tidur tanpa menunggu
pesawat take off. Toh tak kan ada pramugari yang membangunkanku untuk menawari
makanan, minuman ataupun sekedar permen.
Baru beberapa saat terlelap, aku terbangun oleh kegaduhan. Kok
cepat sekali pesawat ini sudah mendarat. Apakah aku tertidur begitu lelap?
“Selamat datang di bandara Internasional Djuanda,
Surabaya….bla…bla…”
Lho ?
“Abi, apa pramugari gak salah ngomong tuh? Kok kita di
Surabaya lagi? “ tanyaku pada suamiku.
Aku sungguh bingung karena barusan terbangun dengan posisi
kaget. Kulihat di luar, cahaya yang berlarian makin membuatku bingung. Apa kami
mendarat darurat di jalan raya….?
“Memang kita kembali ke Surabaya…”
“Kenapa ?”
“Ada alasan teknis katanya…”
Aku bersungut-sungut. Beberapa orang bercanda mengejek para
kru pesawat.
“Selamat datang kembali di Bandara Internasional Djuanda…. dari
Djuanda ke Djuanda… hahaha…”
“Ha…ha…ha…”
Banyak penumpang yang sibuk menelepon keluarganya, suaminya,
istrinya, anaknya, pakdenya, orang tuanya, untuk mengabarkan peristiwa
itu. Aku tidak menelepon siapapun
lantaran suamiku sudah meng-sms supir yang akan menjemput kami. Setelah semua
keramaian telepon di atas pesawat yang turun dengan terpaksa, kami dipersilakan
turun. Aku pun turun tanpa berkomentar.
Kami kembali ke ruang tunggu dengan tanda tanya besar :
kapan kami akan diterbangkan ke Jogjakarta. Terdengar kegaduhan para penumpang
dengan petugas maskapai .
“Bagaimana ini mbak? Apa tidak ada pesawat lain? “
“Apa kami minta
kembali saja uang kami ?”
“Huh kalau kita yang telat, tiket hangus. Kalau pesawat
delay dan gak jadi terbang, mana ganti ruginya?”
Berbagai ungkapan kejengkelan orang-orang yang lelah dan
emosional. Aku duduk saja, lesu, mengantuk dan lapar. Tak ada penjelasan resmi
kecuali alasan kerusakan teknis. Para penumpang membuat analisa dan kesimpulan
sendiri. Bagiku lebih baik kami kembali dan tidak jadi terbang dan kembali
pulang daripada terbang dan entah apa yang akan terjadi.
Kami mendapat snack untuk kompensasi penundaan.
Aku pamit ke toilet lantaran tidak jelas kapan kami akan terbang .
Ternyata tidak lama kemudian, kami sudah diminta boarding.
Kamipun bergegas menuju ke pesawat dan memasuki pesawat WINGS. Hatiku
dag-dig-dug. Apakah ini pesawat yang sama atau pesawat lain….?
Alhamdulillah ternyata pesawat lain. Jadi semoga tidak
terulang kegagalan penerbangan.
Semua prosedur dijalankan, kami naik. Pintu ditutup,
Pramugari memperagakan prosedur keselamatan. Pesawat perlahan bergerak menuju
landasan. Dengan doa dan dzikir panjang, pesawat take off. Walaupun kesulitan,
aku segera berusaha tidur lagi dan menganggap tak pernah terjadi apa-apa
sebelumnya.
Alhamdulillah, setelah semua itu, satu jam kemudian, kami
mendarat di Bandara Adisucipto. Tepat jam 22.00. Mestinya kami telah mendarat
tadi jam 20.00.
Perjalanan yang cukup panjang untuk Jogja- Surabaya.
Dan tentu tak terlupakan.
***
Sekarang ketika mendengar tragedi penerbangan, aku teringat
kembali pengalaman itu. Pengalaman dekat dengan maut saat sedang di udara.
Tapi dimanapun jika memang telah menjadi taqdir ajal tiba,
maka kematian pasti datang menjemput kita.
Saat itu, pilot memilih taqdir yang lain, kembali ke
Djuanda, dan kami semua selamat. Alhamdulillah.
Inilah perjalanan yang kumulai dengan kegembiraan, dan
pulang dengan berbagai perasaan.
No comments:
Post a Comment