Dalam
sebuah arisan keluarga besar, saat pengundian door prize, terdengar sorakan
riuh jika ada nama yang keluar. Siapa saja bergembira, kakek, tante, pakde
hingga cucu-cucunya. Padahal hadiahnya cuma piring atau gelas biasa. Begitulah,
hadiah selalu menarik dan menggembirakan, bagi orang dewasa yang mampu
sekalipun. Bukan nilainya, tetapi suasananya. Apalagi jika dibungkus indah.
Kemarin sore pulang dari pengajian, saya mampir ke warung tetangga saya yang grosiran jajanan anak. Tertarik melihat kado-kado mungil ini, saya membelinya. Harganya hanya Rp.4500 untuk 1 pak isi 10. Anak-anak SD suka sekali membeli satuan seharga Rp.500. Sungguh menarik ya menmbeli mainan dengan bentuk kado dan menebak apa isinya. Kado murah yang menggembirakan anak-anak.
Rasulullah
berwashiyat : “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai
“. Hadiah akan menarik rasa simpati dan cinta dengan cepat. Ustad Said Mursi
dalam bukunya ‘ Melahirkan Anak :Masya
Allah ‘ mengupas mengapa Rasul tidak bersabda : ‘ Saling memberi
hadiahlah kalian, niscaya kalian akan
saling mencintai’ . Tanpa kata akan, disebabkan cepatnya dampak memberi hadiah.
Hadiah
tidak harus berupa materi, uang atau barang. Pujian, belaian, ciuman, sambutan
yang hangat, cerita, perlakuan yang adil, memberi perhatian khusus, memberi
panggilan yang disukai, menelepon atau menyapa secara khusus, memandang dengan
sayang, senyum, pelukan, candaan, semua itu dapat merupakan hadiah jika anda
menyampaikannya dengan tulus dan penuh cinta pada kesempatan yang tepat.
Anda
dapat juga memberinya barang, memperbaiki mainannya yang rusak, membantunya
dalam tugas sekolah, membebaskannya dari beberapa kewajiban, mengajaknya
bepergian, membacakan cerita, mentraktir jajan atau makan, atau menambah uang
sakunya.
Yang
penting anda peka dan menghargai prestasinya.
Apa
sih prestasi anak ?
Tidak
hanya ketika ia menang kejuaraan, menjadi bintang kelas atau khatam Al-Qur’an
untuk pertama kali. Mungkin ia merapikan tempat tidur, menolong adiknya memakai
sepatu, berlaku sopan ketika bertamu, dapat menahan marah, menyelesaikan
makannya dengan baik, sholat tepat waktu, melepas sepatu ketika memasuki rumah...bahkan
cepat meminta maaf atau mengucapkan terimakasih. Semua itu prestasi yang akan
membentuk karakter kebaikan.
Anda
dapat mengamati dan menemukan
prestasi-prestasi anak anda. Begitu
banyak sebenarnya! Jika perhatian kita lebih fokus pada penghargaan atas
prestasi positif, anak akan suka melakukannya.
Bukan
sebalikanya, dimana banyak orang tua yang lebih suka mengomeli prilaku negatif anaknya dan mengabaikan
prestasi positif. Dampaknya akan buruk untuk kepribadian anak, dan hubungan
pribadinya dengan anda dimasa selanjutnya. Jadi, tunjukkan sayang anda dengan
melimpahi anak dengan hadiah dan penghargaan.
O
ya, jangan lupa menyampaikan hadiah disertai kata-kata. Agar anak mengerti,
katakan:
“
Sini ibu beri hadiah pelukan, karena kamu tadi mandi sendiri dan baunya hmmm...
harum ! “
Ketika
anda menyaksikan ia merapikan mainannya, ungkapkan : ”Waah, pintar dan rajin.
Rapi sekali kamarnya. Ibu beri hadiah gelar : Si Gadis rapi, karena suka kerapian dan kebersihan!”
Anak
saya yang keempat mendapat gelar gadis
rapi, karena suka sekali merapikan segala sesuatu. Dia sangat bangga dan
selalu menyebut-nyebut ketika sedang mengerjakan sesuatu : “Aku kan gadis rapi!
“,. Saya berharap hadiah gelar tersebut selalu menjadi inspirasi baginya dan akan ia kenang sepanjang hidupnya. Semoga.
Ayoo
menjadi ibu yang suka memberi hadiah kebaikan!
hmm betul banget mbak, hadiah mmg bisa memotivasi anak2 utk 'mempertahankan prestasi' nya. prestasi gak melulu secara akademis ya..tp juga brbuat baik, brrlaku mandiri dll :-)
ReplyDeleteBetul sekali ofi tusiana tidak setiap saat ingat yang demikian. makasih sudah mampir.
ReplyDelete