Dalam
beberapa kesempatan, saya mendapati ibu-ibu yang mengeluhkan suaminya secara
terbuka. Baik kepada saya di forum formal dan non formal, maupun saat saya
menyaksikan acara siraman rohani di TV.
Mengantisipasi
penyampaian di forum formal, seringkali saya membuat rambu-rambu pertanyaan.
Misalnya begini :
1. Dalam bertanya tidak boleh menunjuk
nama, atau menyebutkan suami saya, atau anak saya, karena itu akan tidak
mengenakkan apalagi jika menyangkut aib.
2. Jika menyangkut aib yang berat, mohon
untuk bertanya secara pribadi di luar forum.
Alhamdulillah
pertanyaan menjadi bisa dikontrol dan tak ada acara mengumbar aib di depan
orang banyak.
Dalam forum
informal, jika ada yang mengeluh di depan orang banyak, akan saya ingatkan
dengan halus. Lain halnya jika mengeluh dalam sessi konsultasi, maka ada
nasehat standar yang akan saya
sampaikan. Misalnya begini :
“ Apakah ibu
sudah menyampaikan keluhan ibu pada suami ? dengan cara yang baik tentunya...”
Ternyata ada juga para istri yang
sebenarnya menyembunyikan atau belum menyampaikan hal yang ia keluhkan pada
suaminya. Jika memang sudah menyampaikan, akan saya lanjutkan dengan pertanyaan
:
“ Apa yang
sudah coba ibu lakukan terhadap masalah ini ?”
Karena jika
saya langsung memberikan saran-saran, ternyata ada yang sudah berupaya
melakukan banyak hal.
Kemudian,
saya akan sampaikan :
“ Menurut
ibu, lebih mudah mana merubah orang lain atau merubah diri sendiri ?”
Biasanya
mereka akan menjawab : Merubah diri sendiri lebih mudah dari pada merubah orang
lain.
Tentu saja setengah
benar setengah kurang benar. Lho kok ?
Merubah diri
sendiri mudah jika yang bersangkutan mau menyadari kesalahan dan mau berusaha
merubah. Menjadi sulit jika susah untuk disadarkan bahwa yang bersangkutan
punya andil kesalahan. Karena dalam konflik suami istri tidak ada satu fihak
100% benar dan fihak lain 100% salah. Pasti ada andil kesalahan walaupun
prosentase bergeser dari satu waktu ke waktu yang lain.
Namun
merubah orang lain juga tidak mudah karena orang lain tidak dalam kendali kita.
Begitulah. Maka saya akan mengajak para klien untuk mencoba memperbaiki situasi
dengan merubah diri sendiri dahulu. Bukannya memulai dengan menuntut orang lain
yang berubah.
“ Kadang apa
yang terjadi pada kita atau yang kita alami adalah cermin dari prilaku kita
sendiri tanpa kita sadari....”
Mungkin
mudah ya saya mengatakan. Orang mungkin mengatakan : Ibu tidak pernah mengalami
apa yang saya alami. Ibu punya suami yang baik-baik saja...
Ehm.
Bukankah Allah menjanjikan jodoh sesuai dengan kualitas kita. Apakah tiba-tiba
saja suami saya atau saya pribadi, menjadi baik dan pola hubungan kami menjadi
nyaman begitu saja. Itu bukan sesuatu yang given. Saya tak perlu menceritakan
bunga-bunga dan kerikil dalam pernikahan
kami. Ringkasnya bahwa kemauan untuk merubah diri, selalu bersikap positif dan
bermohon petunjuk Allah untuk dikaruniai kecerdasan memilih cara dan sikap
terbaik saat menghadapi riak ataupun badai, itu yang menjadi kunci apakah kita
akan lolos dalam ujian atau tidak.
Masalah
dalam rumah tangga adalah kemestian. Bahkan masalah adalah kemestian dalam
hidup. Tinggal bagaimana kita menerima dan berdamai dengan masalah itu untuk
dapat menjinakkannya bahkan menjadikannya kuda tunggangan untuk meraih harmoni
dalam cinta yang semakin tumbuh subur. Semua pil pahit dalam rumah tangga, bisa
diolah menjadi pupuk yang menyuburkan, jika ada kemauan untuk berusaha tentu
saja. Dan itu dimulai dari diri sendiri.
Rahasia
manajemen konflik yang selanjutnya adalah : janganlah cepat mengeluh terhadap
apa yang dialami. Terutama untuk para wanita yang suka curhat. Tahanlah masalah
dalam diri anda sendiri. Adukan hanya pada Allah karena itulah batas kesabaran.
Sambil instrospeksi dan cooling down. Terus berdoa, mendekat dan bermunajat
pada Allah .
“ Jika anda
punya masalah dengan orang lain, maka yang pertama : Periksalah dulu hubungan
anda dengan allah. Apakah anda punya masalah dalam hubungan dengan Allah. Apakah
anda telah membaguskan hubungan dengan Allah...?”
Silahkan
untuk dijawab.
Lalu
jika anda harus mengeluh dan mencari
solusi, carilah orang yang tepat. Orang yang amanah, sudah berkeluarga, jika
anda perempuan, carilah konsultan yang perempuan atau ustadzah. Demikian pula
jika anda laki-laki, carilah yang sesama laki-laki. Ini untuk menghindarkan
fitnah. Saya menemui beberapa kasus, saat seseorang curhat dan meminta solusi
pada lawan jenis, apalagi yang tidak punya kompetensi, yang terjadi justru
menambah masalah baru. Lain kali saja saya cerita tentang masalah baru ini.
Intinya jika
masalah itu harus sampai pada orang lain, maka harus dipastikan tidak menambah
masalah baru, tidak menyebarkan aib, tidak sekedar memuaskan diri, namun bagian
dari solusi.
Demikian ya.
Semoga anda dan saya mendapat manfaat dari sarapan pagi ini. Dan semoga anda
yang ingin bertanya sudah menemukan solusi dari tulisan ini.
Selamat
pagi, selamat beraktivitas. Bismillah memulai hari dengan optimisme. Meraih
cinta Allah dan menebarkan cinta untuk keluarga dan sesama. Dimulai dari
merubah diri.
Mari
berusaha bersama.
Subhanalloh, mencerahkan sekali ibu.maturnuwun :)
ReplyDeleteBermanfaat sekali tulisannya Mbak, salam kenal :)
ReplyDeletesalam kenal kembali Oci YM. Terimakasih sudah berkunjung. Terimakasih juga buat Istiq PS yang sudah berkunjung dan komen.
ReplyDeleteArtikel ini bisa diikutkan dalam Give Away-nya mbak uniek nih. Link-nya ini umi, brangkali berkenan ^^ http://uniek-kaswarganti.blogspot.com/2013/09/giveaway-10th-wedding-anniversary.html
ReplyDeleteo iya makasih infonya mbak Ika Koentjoro, coba deh...belum pernah ikuta GA...
ReplyDeleteterimakasih ibu...
ReplyDeleteJazakillah Khairan Katsiir Ibu
ReplyDelete