Pages

Friday, March 14, 2014

Anakku Korban Bullying (5)

Bagian ke 5.

Bullying

“Mengapa kamu tidak jujur saja sama Umi?”
“Aku takut Umi marah. Aku merasa tak ada yang bisa menolongku...” Ia mulai terisak lagi.

Kubiarkan ia menyelesaikan isaknya.
“Sebenarnya apa yang kau alami, coba ceritakan dari awal....”
“Aku kan suka makan siang di warung dekat sekolah, suatu ketika aku tahu sesuatu yang seharusnya aku tidak boleh tahu...” ceritanya menggantung.
“Apa itu narkoba?” ia menggeleng.
“Semacam rencana buruk. Aku lalu dipaksa ikut. Aku tak mau...sejak itu aku diancam...”
“Diancam apa?”
“Ya aku diajak pergi ke sekolah lain untuk mempalaki atau memukuli siswa sekolah lain. Tapi aku tidak pernah mau, kalau aku tidak mau, aku yang dipalaki dan dipukuli...” Ia mulai terisak lagi. Aku memeluknya.


“Berapa kali kamu dipalaki?” ia mencoba menghitung.
“Ada kalau 6 atau 8 kali...”
“Berapa uang yang diambil?”
“Biasanya berapa yang ada di dompetku, sama SPP terakhir bulan Maret itu, belum kubayar diambil oleh mereka...makanya aku sering tidak punya uang dan bawa makanan dari rumah....”
“Trus kalau diancam diapain?”
“Aku dikuntit kalau pulang sekolah, aku sampai lewat jalan-jalan kampung biar tidak ketahuan. Pernah suatu hari...suatu hari...” Ia berhenti dan menangis sesenggrukan lebih keras. Aku bersabar menunggunya sambil menahan jantungku yang seakan akan meloncat keluar.

“Aku dikejar beberapa orang, didorong saat naik motor, aku jatuh lalu ditendangi dan dipukuli rame-rame...” Air matanya bercucuran. Aku ikut miris membayangkan situasi itu dan mencoba mencari ingatan saat kapan peristiwa itu, sampai aku tidak mengetahuinya.
“Kapan itu? Sebelum atau sesudah umrah?”
“ Aku lupa kapannya, tapi sebelum umrah...”

Dari obrolan kami selanjutnya, saya tahu bahwa anakku bergesekan dengan anak geng. Kuduga ia menjadi target karena ia adalah salah satu ketua gerakan anti narkoba di sekolahnya. Anakku badannya sangat kurus karena penyakit asmanya sejak kecil. Untuk tingginya yang 165cm, beratnya hanya 42 kg. Ia juga bukan tipe anak yang bisa berkelahi. Ia tipe anak pemikir yang suka belajar.

Sejak di SMA ia lebih terbuka untuk berorganisasi. Beberapa kali ia terlibat kepanitiaan, misalnya dalam penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi, Pentas seni, Festival anak soleh, baksos dan Try out untuk anak SMP. Saya tahu karena kadang membantunya mencari dana atau mempersiapkan perlengkapan acara di rumah.  Kadang teman-temannya rapat di rumah kami.

Jadi ia adalah sasaran empuk untuk di-bully.
Aku mengakhiri percakapan kami dengan memintanya menulis apa saja kesalahan yang telah dilakukannya dan disadarinya sebagai kesalahan.
Ia menuliskan:
1.     Bohong pada orang tua.
2.     Membolos sekolah
3.     Kadang galak sama adik.
4.     Pernah main game di warnet saat kelas satu.
5.     Pernah merokok sekali tapi kapok karena sesak nafas.

Ada beberapa lagi yang ia tuliskan tetapi masalah kecil. Saat kutanyakan tentang korek api dan CD game, ia menjawab bahwa korek api itu ada di tasnya sejak ia menjadi kepanitiaan menginap, digunakan menyalakan banyak lilin. Adapun cd game itu punya temannya yang akan ia kembalikan.

Sejauh ini, mentah semua isu yang berhembus di sekolahnya. Bahkan sekolah tidak pernah tahu semua kejadian buruk yang dialami anakku karena semuanya selalu terjadi di luar area sekolah, kadang juga setelah jam pulang sekolah. Anakku sendiri tidak pernah melapor. Tepatnya tidak berani karena selalu diancam jika memberi tahu seseorang. Ia tak mau menyebutkan bentuk ancamannya...tapi katanya mengerikan. Sedangkan penyiksaan saja sudah ia alami.

Saya lalu memintanya menuliskan komitmen setelah peristiwa ini.
Ia menulis beberapa hal sebaliknya dari kesalahannya. Saya menambahkan untuk ia lebih rajin beribadah dan menjaga kesehatan, serta hanya bergaul dengan anak-anak baik saja. Kami berpelukan dan ia menangis serta meminta maaf telah melakukan semua itu.

Kutulis semua percakapan kami, sebagai bahan berdialog dengan guru BPnya. Kutulis kronologi hingga tanggal per-tanggal. Saya juga meminta maaf pada anakku karena terlambat menyadari semua itu, sehingga tidak segera mengambil tindakan yang tepat. Seandainya sejak semula saya tahu sebab musabab keinginannya untuk pindah sekolah, tentu langsung memindahkannya.

Esoknya saya datang ke sekolah dengan lebih percaya diri dan wajah yang bisa tegak, untuk mengambil surat pindah. Hilang sudah semua beban mengahadapi para guru atau Kasek. Kusempatkan menemui ibu guru BP dan Wali kelasnya menceritakan semua peristiwa buruk yang dialami anakku.

Saya menangis lagi saat mengulang cerita itu. Namun sebagian beban seolah telah terangkat dari dada. Saya tak lagi malu menghadap sekolah yang telah mengira anakku nakal dan kami mengabaikan pengawasan kepadanya. Situasinya demikian rumit.

Di sisi lain guru BP mempercayai semua itu. Beliau menyampaikan bahwa angkatan anakku, kelas dua,  nyaris selamat dari rekrutmen geng, karena tak ada laporan anak yang terlibat. Akan tetapi kelas satu, sudah ada 16 anak yang dianggap terekrut oleh geng kelas tiga, itu terbukti dengan saat prom night dimana guru BP tidak datang, terjadi laporan yang menggemparkan.

Bu guru BP ini sudah sepuh dan punya penyakit jantung. Ia tak sanggup datang di acara yang ada musik keras. Maka ia memilih tidak datang. Ternyata ada anak yang melaporkan bahwa diantara menu acara adalah disetelnya video tawuran. Video ini dibuat anak kelas tiga dan dibagikan gratis pada anak kelas satu dan dua yang datang. Film tawuran itu pelakunya kelihatan jelas. Setelah diteliti ada 16 anak kelas satu dan beberapa anak kelas tiga yang terlibat dalam pembuatan film.

Peristiwanya baru pekan kemarin. Guru bertindak cepat dengan memanggil ke 16 anak dan orang tuanya. Mereka mendapat pengarahan dan meminta anak dan ortu menandatangani perjanjian bahwa jika anak-anak terlibat dalam geng, akan langsung dikeluarkan. Jadi beliau menganggap sangat mungkin semua itu menimpa anakku. Anakku hanyalah korban geng dari siswa kelas tiga.

Beliau juga meyakini anakku anak baik dan menunjukkan foto-foto yang dibuatnya saat anakku menjadi ketua panitia acara menginap gerakan anti narkoba itu. Beliau melihat keceriaan anakku dan berpesan untuk menjaga kesehatan karena saat itu cuaca sangat dingin. Ibu guru juga menitip pesan, kapan saatnya anakku mau diminta mengungkap siapa pelaku bullying, sebagai data bagi sekolah. Saya mengiyakan untuk berusaha saja, tanpa menjanjikan.
Saya berpamitan baik-baik dan berjanji untuk tetap menjaga nama baik sekolah ini. Dalam artikel inipun saya merahasiakan nama-nama dan tempat.

Peristiwa yang sungguh aneh.
Bagaimana mungkin dari situasi penuh gembira dan bahagia saat kami umrah penuh kekhusyukan.  Menjadi keterpurukan dari sisi kesehatan fisik dan sekarang ditambah prasangka.
Apakah yang lebih buruk saat seorang ibu kehilangan kepercayaan pada anaknya?

Dengan semua peristiwa itu, saya berhasil mendapat surat pindah, dan siang itu juga kubawa ke sekolah yang baru, dimana kepala sekolah dan guru menyambut dengan hangat. Kutitipkan anakku pada Kepala sekolah dan guru BP untuk mengawasinya di tempat yang baru. Saya juga menceritakan peristiwa buruk yang dialami. Kepala sekolah membenarkan dan mengatakan tahun sebelumnya ada dua anak dari sekolah lama anakku yang mengalami hal serupa dan pindah ke SMA ini. Mereka kini telah lulus dengan nilai yang baik dan kuliah di kampus yang juga bergengsi.

Saya tetap meng-sms guru dan wali kelas untuk setiap hari melihat apakah anakku datang mengerjakan ujian kenaikan kelas atau tidak. Bagaimanapun masih ada sedikit keraguan yang tak dapat kupungkiri atas sebagian cerita anakku. Dari sisi kesehatan, alhamdulillah sejak pindah sekolah, hingga kini 10 bulan kemudian, ia tak pernah kambuh lagi. Namun dari sisi kepercayaan, kadang masih datang berbagai rasa atau kejujurannya. Saya berusaha untuk proporsional saja.

Di sekolah yang baru, guru dan Kepala sekolah memutuskan untuk tetap menaikkan anakku ke kelas tiga dengan catatan selama libur sekolah ia mengerjakan beberapa tugas sebagai pengganti nilai ulangan harian dan nilai mid. Selain itu nanti ia masih akan menjalani beberapa ulangan pengganti nilai ulangan harian. Pada saat kenaikan kelas ia belum mendapatkan rapor karena nilainya masih menanti dilengkapi. Alhamdulillah nilainya termasuk bagus. Kemarin semester satu ia bisa berada pada peringkat empat di Sekolahnya. Cukup mencengangkan mengingat kurikulum sekolah yang baru berbeda dengan sekolah negeri. Ada beberapa pelajaran yang dikejarnya dengan susah payah.

Hasil try out juga selalu bagus. Bahkan saat try out yang diadakan oleh UGM dan mengandaikan ia mengambil jurusan KU untuk pilihan pertama dan KG untuk pilihan kedua, ia diterima di KG sebagai pilihan ke dua. Namun namanya juga try out, semoga kelak saat SNMPTN hasilnya lebih baik dan ia bisa masuk FKU seperti yang dicita-citakannya menjadi dokter bedah tulang. Atau dipilihan ke dua sebagai ahli statistik karena kecintaannya pada matematika. Mohon doa dari pembaca semua, amin.

Suatu hari, setelah naik kelas tiga, terjadi lagi peristiwa yang sempat membuatku cemas dan kalut. Apakah itu?

Besok ya, sekarang saya lelah. Sudah pukul 24.24.

 (Bersambung ke bagian 6)

41 comments:

  1. Jadi pengen nangis lagi Mak, baca ini, kayak pas kemarin Mak Ida cerita di kopdar itu. Semoga putranya lebih kuat sekarang ya Mak.. dan semoga Mak Ida juga semakin dikuatkan sebagai ibunya.
    Peluk dan cium...

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mak Carra...kepanjangan kalau di web jadi diposting sendiri.

      Delete
  2. jiaaaaaaah di buat penasaran lagi pembaca ixiixiixi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. namanya juga cerita sambung. kalau gak ikin penasaran gak seru

      Delete
  3. aduh, Mbak. Saya bener2 deg2an bacanya. Segitu mengerikannya pergaulan anak2 zaman sekarang, ya :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya mak, apalagi melihat berita dendam cinta di televisi.

      Delete
  4. pergaulan anak remaja sekarang..haduh..mak...ngeri ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga anak-anak kita dilindungi. tapi jangan takut punya anak ya

      Delete
  5. Apakah yang lebih buruk saat seorang ibu kehilangan kepercayaan pada anaknya?
    (Y) suka kata2 ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya shanty. atau sebaliknya seorang anak kehilangan kepercayaan pada ibunya

      Delete
  6. Ya Allah, Maaa~kk... serem banget ya. Itu sekolah negeri favorit?? Haduuuh, jadi galau kemana lagi orangtua harus menyekolahkan anaknya? Hiks. Syukurlah putra Mak Ida mau jujur dan terbuka sehingga persoalannya bisa diatasi. Tapi penasaran kelanjutan ceritanya. Huaaa... apa lagi Mak? :( Semoga selalu dalam lindungan Allah.

    ReplyDelete
  7. Serem banget ternyata.. Jaman aku SMA jg ada tuh cerita kaya gini, yg cowo2 pada diajakin tawuran, tapi kalo nolak kayanya ancamannya nggak smpai sedasyat itu, apalagi dipukulin dan dipalakin*eh nggak tahu jg dink, lagian itu 9th lalu. Tahun skrg ternyata lbh parah: (

    ReplyDelete
    Replies
    1. begitulah dunia semakin keras. saking beratnya tekanan sampai rela bolos ujian.

      Delete
  8. Salam kenal Mbak Ida. Aduh ngeri banget pergaulan anak-anak sekarang saya. Anak saya udah mulai abg. Deg-degan rasanya.. Semoga Alloh menjaga mereka ya Bu. Semoga pula putra ibu semakin baik dan kuat. Makasih banyak udah berbagi cerita berharga ini.

    ReplyDelete
  9. Bu ida saya menangis...
    Ini sangat mengerikan bu . Bukankah bulying itu prilaku yg jika tdk dipangkas akan menjadi pelaku ketagihan dan jadi semacqm penyakit menular.
    Ya Allah lindungi anak2 kami generasi penerus

    Bu Ida semoga Apa yg dicita2kan ananda dikabulkan Allah aamiin :)

    ReplyDelete
  10. huwaaa,,,,bu ida, anak saya laki-laki nih, dan kita satu kota, jd deg2an.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semua sman sudah ada geng. jadi jangan sampai anak kita bergaul dengan mereka. cari pergaulan dg anak baik2 saja.

      Delete
  11. Subhanallah.......begitu ya berhadapan dengan anak abg...
    Terimakasih sharingya Mak Ida.....

    ReplyDelete
  12. pergaulan jaman skrg menakutkan, perilaku bulying kalau tdk dicegah bisa sgt mengkhwatirkan ya mak ida, smoga impian ananda bisa terwujud :)

    ReplyDelete
  13. ya Allah...... buuuu.... merinding aku bacanya... kuambil pelajarannya untuk anakku kalau sudah bersekolah nanti....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mak, saya masih menangis jika mengulang ceritanya

      Delete
  14. banyak pelajaran berharga dari tulisan mak ida.....kadang2 saya merasa tidak masuk akal dengan kenakalan anak sekolah saat ini.....

    ReplyDelete
  15. Ya ampun mba.... saya gak tau mesti komen apa..
    Anak2 zaman sekarang, sungguh banyak yg di luar kendali, dan orang tua tetap harus hati2, khawatir anak kita kena korban bullying ya mba... miriiiiiss sekali...

    ReplyDelete
  16. geram membacanya, perilaku siswa pelaku bullying!...sekaligus sedih krna anaknya mak ida jd sasaran :(
    sungguh tdk nyangka di sekolah negeri favorit ada geng2 kayak gitu.
    klo aku jd guru BP nya udah aku keluarkan mak siswa kayak gitu.

    sudah baca seluruh rangkaiannya, kalo ada bagian 7 nanti aku baca juga.
    semoga di sekolah baru memberi ketenangan psikis ya bagi anaknya mak ida,.

    ReplyDelete
  17. Sy membaca dr yg pertama sp yg skrg mak Ida...sy bnr2 menangis...bs dibanyangkan perasaan kt sbg ibu melihat anak kt diperlakukan spt itu...tp kejadian spt ini mmg bs terjd, spt pd anak tmn sy wkt SD mak...tp bkn krn teman, tp kr gurunya sdri yg selalu memberi hukuman ...jd setiap kali pljrn si guru,dr pagi tubuh ank teman sy demam atau kdg sakit perut...sy sakit umi gak sekolah sj ya...1 x 2 x tp trus berulang,dan trakir minta pindah sekolh.. akhirnya tmn sy menaruh curiga, sp bertanya ke tmn2 dan guru tp tak ada jwban..stlh dilakukan pembicaraan dr hati ke hati dg buah hatinya...trungkap ada slh satu guru yg sring menghukumnya...menyuruhnya jongkok/satu kaki smbl mengelilingi sekolh,dll..kr kslhan sdkt sj...stlh pindah sekolah ank tmn sy alhamdulillah kembali ceria dan berprestasi spt semula... trimakasih sdh bersedia berbagi, walopun ini mgkn menkorek luka bg mak ida tp bs menjadi pembelajaran u kt semua sbg ortu mak...

    ReplyDelete
  18. Masya Allah ... pergaulan anank zaman sekarang.
    Mak, saya belajar bagaimana menangani anak bila mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. Tulisan mak Ida sekaligus memberi jalan keluar. Terimakasih sudah berbagi, mak

    ReplyDelete
  19. aku mrinding baca ini buk :(

    lanjut dulu ah bacanya

    ReplyDelete
  20. Masya Allaah, saya jadi ingat peristiwa yang menimpa anak saya, di hukum push up 500 kali, sampe saya miris, sediiih sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah itu keterlaluan banget mak...semoga anak-anak kita diberi kekuatan menghadapi dunia yang keras ini ya

      Delete
  21. Mungkin informasi dan artikel ini bisa sedikit membantu, terima kasih.

    http://goo.gl/qQeRZt

    ReplyDelete