Pertemuan
dengan beliau adalah mimpi indah yang entah kapan akan terulang lagi.
Semua
berawal dari pagi shubuh pertama kami di Madinah. Kami tiba jam 11 malam pada
hari Kamis , jadi setelah meletakkan berbagi bawaan, bersegeralah kami untuk
menuju masjid Nabawi. Aku dan beberapa rekan rombonganku, tidak segera beranjak
pergi setelah sholat shubuh usai. Kami sedang membaca alma’tsurot ketika ada
penawaran ziyaroh Raudhah.
Begitulah
daya tarik yang luar bisa mendorong kami mengikuti papan bertulis Malaysia.
Saat menanti
giliran menuju Raudhah ini, kami pertama
kali melihat sosok ustadzah yang bersuara lantang namun penuh wibawa. Beliau
mengisi waktu selama menanti giliran, dengan berceramah tentang berbagai tema.
Mulai dari
membersihkan niat, menjaga ketauhidan, menjauhi kesyirikan hingga tentang
thoharoh, sholat dan bahkan hingga tatacara sholat jenazah. Beliau juga
sampaikan adab menuntut ilmu, adab di masjid Nabawi...subhanallah. Kata-kata
sarat ilmu dan hikmah mengalir dari kemuliaannya.
Kuingat
betul nasehatnya : “ Janganlah menyengaja melakukan pelanggaran, apalagi di
rumah Allah masjid Nabawi. Allah Maha tahu apa yang kita lakukan. Mungkin para
asykar terlewat tidak mengetahui, tapi Allah Maha tahu siapa yang beniat ibadah
dengan sungguh-sungguh dan menjaga adabnya...”
“ Janganlah
berlari, janganlah mendorong atau mendahului, apalagi menyakiti saudaramu. Ini
di dalam masjid Nabawi. Dimana adab kalian...? Dimana hormat kalian pada Nabi
SAW...?” begitu teriakannya nyaring dan tegas, namun tetap santun menegur para
peziarah yang tidak sabaran.
Kami jatuh
hati. Sejak pandangan pertama. Sejak mendengar ceramahnya dan wajah melayunya
yang bersinar dibalik cadar. Siapakah Beliau ?
“ Apakah
beliau orang Malaysia ?”
“ Atau orang
Indonesia ?”
Berbagai
cara kita tempuh untuk dapat menemui beliau. Untuk mereguk lebih banyak ilmu
dan hikmah. Kami bertanya pada salah seorang murokib perempuan dan mendapat informasi bahwa
namanya adalah Ablah Tsurayya. Beliau selain berceramah kepada para peziarah di
masjid nabawi pada muslim haji, juga mengajar tahfidz pada hari-hari tertentu.
Kadang beliau juga duduk membaca di perpustakaan.
Jadi,
mulailah perjuangan kami.
Dari
keterangan para murokib, kami mendapat informasi bahwa ustadzah bertugas hanya
ba’da isya dan ba’da shubuh. Itupun tidak setiap hari. Beberapa hari penantian dan kami selalu juga mencegat
di perpustakaan, kami tak kunjung bersua kembali.
Hari Selasa saat
menanti giliran menuju Roudhah, Bu Awie yang paling gigih, menulis surat dan
disampaikan saat beliau berceramah di depan jamaah peziarah Raudhah. Surat
permintaan untuk kami dapat mengaji kepada beliau di sela-sela waktunya.
Beliau
menawarkan beberapa opsi waktu pertemuan. Alhamdulillah kami dapat berjumpa dua
kali dengan beliau pada Rabu malam dan
Kamis pagi. dan bertanya berbagai soal
agama. Di luar dua waktu itu, kadang kami duduk diam saja menyimak beliau saat
ada murid beliau yang menyetorkan tahfidzul Qur’an. Beliau memiliki hak untuk
menuliskan sanad hafalan qur’an seorang yang telah lulus ujian tahfidzul
Qur’an. Subhanallah.
Ternyata beliau
orang asli Padang yang telah lama menempuh ilmu agama di Madinah. Kemudian
menjadi Dosen di salah satu universitas di Madinah dan setiap muslim haji
bertugas memandu jamaah dari Indonesia dan Malaysia.Beliau bertugas sejak tahun
1976. Jadi sudah 35 tahun. Waah.
Beliau
adalah orang yang ramah dan menyenangkan, namun menyangkut masalah ibadah
sangat tegas. Beliau memandang segala sesuatu dengan hitam putih. Tak ada grey
area, karena itu juga bagian dari area hitam. Beliau fasih berbahada Indonesia,
Arab dan juga Pakistan.
Beliau
memiliki 4 putra dan 3 cucu. Sayangnya beliau tidak mau diajak berfoto,
sekalipun memakai cadar. Jadi kami tidak punya dokumentasi dengan beliau. Namun
kenangan indah tentang beliau tak kan kulupakan seumur hidupku.
Aku ingin mencium
tangannya, namun beliau menolak dan memilih memeluk dengan cipika cipiki.
Hingga kami tiba di Indonesia, Ablah Tsurayya masih mengirim SMS pesan rindu
dan doa agar kami istiqomah. Terimakasih doanya, ustadzah.
Aku selalu
berharap jika Allah mengizinkan aku untuk kembali mengunjungi tanah suci, dan
berziyarah ke masjid Nabawi, semoga Allah berikan rizki perjumpaan dengan
beliau.
semoaga tercapai ya Mba Ida, amin ..
ReplyDeleteamiin makasih mak.
DeleteSetiap thn membimbing haji selama 35thn mbak?subhanallah..moga2 mbak Ida bisa segera bertemu beliau lg di Baitullah.doakan aku bisa segera nyampe sana jg ya mbak ;)
ReplyDeleteamiin mak muna semoga segera sampai. Btw waktu umrah saya coba cari, beliau tidak ada, konon bertugasnya hanya saat haji.
DeleteSubhanallah..
ReplyDeletemakasih kunjungannya kania ningsih
DeleteSubhanallah Mak Ida. Semoga aku pun bisa ke sana seperti dirimu. :')
ReplyDeletekudoakan mak Nia bisa berhaji dan umrah di waktu muda, amiin
Deletesubhanallah....menakjubkan sekali mak.....semoga niat daftar haji dalam waktu dekat terkabul..., doakan mak ida...
ReplyDeleteSemoga mak Enci segera berhaji amiin
DeleteSubhanallah.. Jadi ingin ketemu juga. Semoga diberi kesempatan untuk bertemu lagi ya bu Ida :)
ReplyDeleteIyaa,,,perhatikan saja siapa kelak yang berceramah saat menanti menuju raudhoh mak
Delete