Gambar dari sini. |
Pernahkan anda
menyaksikan anak anda melihat tayangan berita televisi saat mengabarkan
penangkapan atau persidangan koruptor?
Apa komentar
anda ketika anak bertanya tentang koruptor?
“Jangan jadi
pejabat atau politisi nak, nanti bisa terjerat korupsi...”
Demikiankah jawaban
anda?
Ah pasti
tidak demikian.
Mestinya
setiap orang tua ingin anaknya siap menjadi calon pemimpin ini. Itulah sebabnya
anda mengajarinya untuk mandiri, memiliki manajemen diri yang bagus. Anda
senang jika ia menjadi ketua regu, ketua kelas atau petugas upacara. Anda
bangga saat ia tampil, berpidato, mewakili sekolahnya untuk even kejuaraan,
karena itu akan melatih keberanian dan tanggungjawabnya.
Tidak,
secara verbal, tak ada orang tua yang ‘menyuruh’ anaknya untuk menjadi pengikut
dan rakyat jelata. Semua ingin anaknya berprestasi dan memberi sumbangsih untuk
negeri kita tercinta.
Tapi
menyongsong hajatan lima tahunan ini, banyak lhoh orang tua yang lupa mencontohkan
keteladanan mencintai negeri ini. Ini buktinya.
Saya membeli
spidol di kios fotocopy. Mbak pemilik adalah orang luar Jawa yang mengontrak
dan membuka usaha itu sejak beberapa tahun yang lalu.
“Mbak dapat
undangan kah untuk mencoblos?”
“Dapat kok,
TPS nya di belakang sono ya...?”
“Iya
mbak...ntar sudah punya pilihan apa belum...?"
“Gak tahu
tuh, saya golput saja...” Eh aku yang kaget!
“Jangan dong...kalau
orang baik seperti Embak nih gak milih...ntar yang naik politisi busuk...”
...............
Itu satu
dari sekian orang yang kutanyai. Memang saya tidak membuat prosentasenya,
tetapi jumlahnya berbilang. Saya sering
menanyai pelanggan tentang kesiapan mereka mengikuti pesta demokrasi, tak
sedikit yang mengatakan gak mau nyoblos.
Seorang
bapak yang bersungut-sungut membeli kapas, menanyakan kapas dalam kemasan
terkecil.
“Ini hanya
Rp. 1.200 kok pak...buat apa toh?”
“Huh buat
sumbat kuping...itu tuh kampanyenya Indonesia h*bat, tapi bikin telinga tuli...gimana
mau dipilih kalau gak simpatik gitu...” bapak ini kelihatan emosi berat.
“Ikutan
partai yang kampanyenya santun pak...” #modekampanyeon.
“Kan kalau
milih harus yang kenal dan kita tahu baik...gak ada caleg baik yang mengenalkan
diri pada saya...”
Duuh ada ya
tipe jual mahal begini, yang harus didekati satu persatu.
“Eh bapak
kan kenal saya...saya baik kan pak?” #modemerayuon.
“Ibu nih nyaleg...?”
“Enggak,
tapi teman saya kan nyaleg...!”
“Ogah ah
saya gak kenal teman ibu...saya golput saja...”
“Kalau orang
baik seperti bapak tidak mau kasih suara...yang naik tuh yang bikin telinga
tuli...”
“Biar
saja...masa bodoh...!” dan dia berlalu dengan muka ditekuk dan telinga
disumbat.
Hadew.
Dialognya
dengan saya begitu. Saya membuat dialog imajiner bapak itu dengan anaknya.
“Bapak besok
pilih partai apa?”
“Bapak gak
milih nak...semua partai gak ada yang baik...!”
Anaknya
pasti melongo.
“Jadi saya
besok kalau besar pilih apa dong?”
“Kalau ada
yang baik pilih saja, gak ada ya gak usah pilih...”
Waah kalau
semua orang tua yang sekarang golput mengirimkan pesan verbal dan non verbal
demikian pada anaknya, apa jadinya negeri ini 15 tahun lagi? 25 tahun lagi? Saat
anak-anak itu seharusnya tampil menjadi pemimpin di negeri ini. Bagaimana jika
semua memilih menyingkir dari politik?
Kini saja
kita telah melihat krisis kepemimpinan nasional. Nyaris semua capres berumur. Kemana
perginya Sukarno muda yang visioner pada usia 26 tahun?
Kemana perginya
ekonom koperasi Muhammad Hatta yang mendampinginya?
Dimana Habibi
muda yang menjadi menteri saat 27 tahun?
Saat ini
para mahasiswa ada (banyak) yang memilih golput karena nggak mau repot sedikit
mengurus A5.
Gambar dari sini. |
Tulisan
miris ini untuk anda yang peduli masa depan bangsa ini. Mari jangan golput.
Diantara yang mengecewakan anda, pasti ada yang paling sedikit kuantitas
mengecewakannya.
Ada
penelitian yang menunjukkan fakta bahwa golput menyumbang korupsi. Uuh gak
percaya...! Yah ketik saja kata kunci ‘golput menyumbang korupsi’.....
Ini saya
kutipkan salah satunya.
Gambar dari sini |
Yuuk
buktikan cinta tanah air ini dengan
mencoblos menggunakan akal sehat dan mata hati.
sebelum nyoblos di kotak besi,berdo'a dulu hehe...
ReplyDeletesipp...moga dapat petunjuk memilih orang baik
DeleteWuah saya termasuk mahasiswa yg males ngurus A5 nih
ReplyDeleteTapi kan katanya bsok bisa langsung milih tanpa A5
alhamdulillah...tetap nyoblos ya untuk indonesia yang lebih baik.
DeleteA5?
ReplyDeletedulu saya golput, besok kayaknya enggak :D
alhamdulillah, pilih yang baik sipp
DeleteBismillah,,,semoga besok pas nyoblos nggak salah pilih,,,semoga nantinya menjadi pemimpin yg amanah,,,mendengarkan jeritan rakyat,,,terutama rakyat miskin,,,,
ReplyDeleteamiin...
Deletesmoga yang terpilih benar2 bisa mewakilkan suara rakyat.. amiiin
ReplyDeleteamiin makasih sudah mampir mak
DeletePokoknya jangan sampai golput. Karena golput itu sama juga dengan golongan penakut!
ReplyDeletehehe singkatan kereen
DeleteHmm mauk akal Mak ... makasih pencerahannya. Sy sudah dari TPS nih Mak :)
ReplyDeletealhamdulillah...bantu doa untuk semua partai Islam mak.
Deletesaya tiak golput oh mbak :)
ReplyDeleteAlhamdulillah mak. Saya percaya mak Lidya cinta Indonesia.
Delete