Surga,
sebuah kata yang menggambarkan kesempurnaan. Tak ada kekhawatiran, tak ada
ketakutan, tak ada kecemasan, tak ada rasa sakit, tak ada kecewa, tak ada
cemburu, tak ada marah, tak ada dendam, tak ada benci...tak ada semua emosi
negatif dan tak ada perilaku negatif.
Semua hanya
kebaikan. Semua hanya kata yang mengandung keselamatan, semua berasa nikmat,
indah dan menyejukkan.
Gambaran
surga bahkan tak terlukiskan dengan kata-kata, tak tergambarkan dengan
imajinasi manusia lantaran keterbatasan pengalaman empiris untuk
membayangkannya.
Sudahlah,
anggap saja gambaran di atas adalah jangkauan imaji kemanusiaan kita.
Lantas
mungkinkah hadir surga dalam rumah tangga kita?
Foto dokumentasi pribadi |
Seorang
teman mengeluh:
“Sejak
menikah, belasan tahun, saya tak pernah bahagia. Suami saya sungguh
mengecewakan dan saya tak tahu apakah dia mencintai saya...”
“Orang yang
sudah menikah tak kan lagi bisa tertawa lepas oleh karena beban kehidupan yang
ditanggungnya...”
Hmmm...kurasa
itu gambaran sisi rumah tangga yang kurang tepat.
Kehidupan
dunia akan selalu dipenuhi manis, getir, asin, pedas, asam bahkan pahit
...pelangi rasa yang menjadikan dunia ini berbeda dengan akhirat. Jika manusia
hanya menginginkan manis saja, maka akan banyak rasa kecewa, sakit, marah, gelisah
yang dideritanya.
Kunci untuk
untuk menjadikan kita menikmati semua rasa hanyalah dua kata: sukur dan sabar. Dua
sikap itulah yang mengundang rasa bahagia dan mengundang semua kebaikan. Dua
rasa yang mengundang pahala dan pujian Allah sebagai keajaiban seorang mukmin.
Hadist:
Ajaib urusan orang mu’min
قالَ رَسُولُ اللهِ: (عَجَبًا لأَمْرِ المؤمنِ إِنَّ أمْرَه كُلَّهُ لهُ خَيرٌ ليسَ ذلكَ لأَحَدٍ إلا للمُؤْمنِ إِنْ أصَابتهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكانتْ خَيرًا لهُ وإنْ أصَابتهُ ضَرَّاءُ صَبرَ فكانتْ خَيرًا لهُ) رواهُ مُسْلِمٌ
“Ajaban li
amril mu’min, inna amrahu kullahu lahu khairun Walaisa dzalika li ahadin illa
lil mu’min.
In ashabat-hu sarraa-u syakara fakaanat khairan lahu Wa in ashabat-hu dharra-u shabara fakaanat khairan lahu ” (HR Muslim dari Ibnu Sinan).
In ashabat-hu sarraa-u syakara fakaanat khairan lahu Wa in ashabat-hu dharra-u shabara fakaanat khairan lahu ” (HR Muslim dari Ibnu Sinan).
Sungguh
ajaib dalam urusan orang mukmin! Sesungguhnya setiap urusannya baginya ada
kebaikan dan perkara ini tidak berlaku melainkan kepada orang mukmin.
Sekiranya dia diberi dengan sesuatu yang menggembirakan lalu dia bersyukur maka
kebaikan baginya. Dan sekiranya apabila dia ditimpa kesusahan lalu dia
bersabar maka kebaikan baginya.
Demikian
pula dalam berumah tangga.
Sebelum
berumah tangga merdeka untuk kita menelisik calon, memilih diantara calon
jodoh. Namun jika sudah memutuskan, terimalah, sukurilah. Jika tidak ada
kecocokan, bersabarlah. Karena menurut Cahyadi Takariawan, tugas berumah tangga
itu ada 3.
1. Mencari sebanyak mungkin kecocokan
antara suami istri.
2. Jika bertemu dengan ketidakcocokan,
carilah titik temu yang disepakati.
3. Jika tidak bertemu titik temu,
bertoleransilah, terimalah apa adanya.
Sejak semula
tak pernah sama antara laki-laki dan perempuan, sehingga dalam berumah tangga
selalu dilandasi kesadaran bahwa pastilah akan bertemu dengan banyak
ketidakcocokan. Jadi jangan mengharap
akan langsung cocok antar suami istri.
Butuh
landasan pemahaman, usaha keras untuk menyesuaikan diri dan meluaskan kesabaran
untuk mensikapi perbedaan.
Bukankah
kita sebagai diri sendiri saja sering berbeda pendapat , buktinya dengan dilema
dalam memutuskan atau inkonsistensi dalam perbuatan.
Apalagi
dengan suami atau istri. Sebagai lelaki dan wanita sudah berbeda cara kerja
biologis dan psikologis. Terlahir dalam keluarga dan pola didik yang berbeda.
Mungkin dari suku atau kultur yang berbeda, pastilah banyak hal yang harus kita
kenali dan sesuaikan.
Foto dokumentasi pribadi |
Tiga kata
kunci hadirkan surga sejak di dunia adalah: Motivasi yang benar dalam berumah
tangga, visi yang benar, dan menemukan
pola yang tepat dalam ‘persahabatan’ suami istri. Itulah 3 hal yang bisa menjadikan rumah tangga kita sebagai
surga.
Persahabatan
muncul dalam landasan cinta kasih karena Allah, lantas ada kesepakatan yang
terucap maupun tidak, disertai dengan toleransi dan kemaafan.... Suami istri
berlomba untuk cepat meminta maaf, cepat memaafkan, memutihkan kesalahan
pasangan dan tidak mengungkitnya lagi.
Adakah yg
cemberut di surga? Apakah yang kusut, bau, berkata atau berperilaku yg tidak
baik ?
Ah tentu
tidak ada, maka hadirkan surga adalah dengan lakukan dan berikan yang terbaik
untuk pasangan. Senyum terbaik, kata terbaik, layanan terbaik, toleransi
terbaik dan persahabatan terbaik.
Semua hal
itu akan melanggengkan cinta....dan dengan cinta yang berkualitas tinggi,
apakah yang tidak bisa diraih? Kebahagiaan pun akan datang menghampiri.
(Materi ini saya sampaikan dalam siaran langsung di Radio IMSA (Indonesian Muslim Society in America ), Senin, 7 April 2014 jam 08.00-10.00 WIB.
perlu dicatet nih bu, bekal buat nanti klo sudah berkeluarga.. thanks for sharing bu :) sgt bermanfaat :)
ReplyDeleteiyaa semoga segera berumah tangga amin.
DeleteIbu, kalau mencari titik temu itu dimana?. Hihihi
ReplyDeleteSaling memahami dan mengerti juga ya, Ibu.
Suasanya nyaman dan aman. Semoga kalak lita mendapat surgaNya ya, Bu.
cari plang meeting point hihi
Deletesebenarnya jika kita bahagia, rasanya surga itu sudah seperti ada di depan kita,,,sedangkan bahagia itu sangat sederhana, saling berbagi, saling tersenyum, dan saling membantu,,,insyallah kita akan bahagia,,,
ReplyDeletesippp
Deletesaya harus belajar banyak dari mbak ida nih
ReplyDeletesaling belajar ya mak...biar selalu mendaki ke arah yang lebih baik amin
DeleteBlognya bagus sekali Bu isinya, meskipun saya terlambat baru tahu beberapa hari ini. Sangat inspiratif dan bermanfaat.Terima kasih banyak atas sharingnya. Tulisannya selalu kami nantikan. Salam, Henny
ReplyDelete