Pak #PrabowoHatta, perkenalkan saya adalah seorang ibu rumah tangga,
satu dari sekian banyak rakyat yang mencintai Indonesia. Saya mencintaiindonesia dengan segenap jiwa raga. Saya lakukan apapun untuk kebaikan negeri
ini, sekalipun hanya sumbangan kecil dari pelosok Bantul Jogjakarta.
Pak #PrabowoHatta, saya menyaksikan betapa ksatrianya pasangan capres #IndonesiaSatu melakukan debat demi debat dengan kesantunan dan
kebesaran jiwa, makin mantaplah pilihan ini. Saya mencermati gagasan dan pemikiran anda, serta solusi solutif untuk
kebaikan negeri ini. Semoga bersama anda berdua, Indonesia semakin bersatu,
berdaulat, adil dan makmur serta bermartabat.
Melalui surat terbuka ini, saya hanya hendak bercerita, menyampaikan aspirasi dari sudut pandang seorang ibu rumah tangga, warga biasa dari sebuah sudut desa.
Melalui surat terbuka ini, saya hanya hendak bercerita, menyampaikan aspirasi dari sudut pandang seorang ibu rumah tangga, warga biasa dari sebuah sudut desa.
Sekitar pergantian tahun ajaran, selalu
berulang cerita keluarga yang menunggak SPP, tak bisa mengambil ijazah karena
belum melunasi ini itu. Pernah datang seorang bapak menawarkan burung
peliharaannya, lengkap beserta sangkarnya, memohon ditukar sejumlah uang, untuk
biaya sekolah anaknya. Ada yang menawarkan motor bekas atau binatang ternak,
demi biaya sekolah.
Menyaksikan fenomena berulang ini, kami
menggagas sebuah yayasan sosial dan pendidikan untuk menumbuhkan kepedulian di
kalangan masyarakat terhadap nasib anak-anak di lingkungannya.
Dari warga untuk warga, demikian kami
menawarkan untuk donasi anak asuh usia TK,SD SMP. Memang tak seberapa, hanya
mencukupi untuk anak-anak yatim dan dhuafa di kampung dan sekitarnya. Kami
hanya memastikan, anak-anak dalam jangkauan kami dapat mengenyam pendidikan
yang layak. Sunguh memilukan jika melihat anak yang ingin belajar, terkendala
biaya untuk melanjutkan sekolah.
Pemerintah memang mencanangkan
pendidikan gratis wajar 9 tahun, tapi pada prakteknya sekolah negeri tak mampu
menampung jumlah pelajar. Sekolah swasta tak mungkin menggratiskan karena
mereka harus menghidupi para guru. Sekalipun bersekolah di SD atau SMP negeri,
anak-anak tetap butuh seragam, buku tulis dan sepatu.
Kebijakan kenaikan harga BBM dan TDL pada periode kemarin, memang sempat memukul
rakyat kecil, karena efek domino yang sebenarnya telah diperkirakan. BLT
menjadi balsem gosok yang sejenak melupakan rasa sakit. Setelahnya mereka
menjadi terbiasa dengan kekurangan itu. Jadi rasa sakit telah akrab dan tak
lagi terasa menyakitkan.
Semoga jika terpilih nanti, anda dapat
merealisasikan kebijakan di bidang pendidikan, termasuk mensuport sekolah
swasta yang sebenarnya ‘membantu’ tugas pemerintah dalam amanah mencerdaskan
bangsa. Bukankah kita meyakini bahwa pendidikanlah diantara kunci memutus
rantai kemiskinan menuju bangsa yang makmur dan bermartabat.
Semoga jika anda berdua memerintah nanti,
tak ada lonjakan harga BBM dan TDL yang tidak diikuti dengan peningkatan
kemampuan ekonomi warga.
Ini baru satu sisi saja.
Di sekitar kampung kami, tiap hari berdiri
perumahan dan rumah baru. Sawah-sawah tak henti dikeringkan untuk lahan
perumahan. Miris hati ini. Akankah tiba saatnya kita tak lagi punya lahan
pertanian di pula Jawa?
Memang kebutuhan tempat tinggal
merupakan kebutuhan pokok, namun swasembada pangan adalah keharusan yang harus
dipertahankan.
Belum lagi masalah tenaga buruh tani
yang makin ‘habis’. Ada banyak lahan mangkrak
karena tidak kebagian tenaga yang mengerjakan sesuai musimnya. Anak-anak muda
tak mau lagi mandi lumpur berteman kerbau atau traktor. Orang-orang tua sudah
mulai udzur. Minimnya tenaga menyebabkan hanya sedikit lahan yang tertangani.
Saya mempunyai usulan terkait lahan
produktif vs pembangunan hunian:
1.
Perlunya pengendalian
jumlah penduduk agar tidak berulang bonus demografi, karena saat tidak disiapkan
antisipasi matang, akan menimbulkan dampak di semua sektor kehidupan.
2.
Membuat pemetaan wilayah,
terutama mengamankan jalur hijau lahan produktif agar setiap wilayah mampu
memenuhi kebutuhan pangan dengan pasokan lokal. Alhamdulillah jika surplus dan
bisa berbagi dengan sekitarnya.
3.
Inovasi di bidang pangan
untuk benih unggul, pupuk yang tepat dan cara pengolahan lahan dengan mesin
yang efisien agar biaya produksi berbanding terbalik dengan hasil. Mengingat
semakin sedikit tenaga kerja yang mau terjun ke sawah.
4.
Menawarkan bentuk
alternatif hunian seperti rumah susun atau aparteman untuk menghemat lahan
tempat tinggal.
5.
Regulasi yang terapkan
dengan konsisten dalam masalah persyaratan perijinan kepada para pengembang
atau pengalihan bentuk lahan dan juga ijin pengeringan.
Pak #PrabowoHatta yang saya hormati,
itu sedikit aspirasi kecil kami. Semoga rakyat memilih dan mempercayai anda untuk #SelamatkanIndonesia,
dan anda berdua dapat menjaga kepercayaan itu selama masa bakti nantinya.
Selamat berjuang, teriring doa dan dukungan dari
kami, dari sebuah pelosok desa.
Ida Nur Laela.
Tinggal di Mertosanan Kulon, Potorono, Banguntapan, Bantul, Jogjakarta.
NB: Silahkan komen untuk anda yang peduli masa depan Bangsa.
Tulisan ini diikutkan dalam lomba Aspirasi untuk Prabowo-Hatta
Di Bantul udah jarang sawah, Bu? Waduuuh. . .
ReplyDeleteYaaa semoga aspirasi Ibu mendapat perhatian, ya. . .
hehe iya idah, di sekitarku habis untuk lahan perumahan. harga sawah tadinya hanya sangat murah, kalau untuk perumahan jadi laku berlipat.,
Deletesukses lombanya mak Ida,,, :)
ReplyDeleteamiin
Delete