Fans club (bagian 1)
Ini kisah pengantin baru.
Seorang mahasiswa aktivis kampus dan seorang mahasiswi dari kampus lain. Mereka
menikah dengan proses yang bersih, tanpa pacaran. Setelah menikah, suami baru
ini mengajak istrinya ke kampus untuk suatu keperluan. Betapa terkejut sang
istri menyaksikan bagaimana sambutan para mahasiswi terutama adik-adik kelas
itu kepada suaminya. Kebanyakan mereka belum tahu bahwa sang kakak tingkat
idola itu telah menikah.
Saya hanya menerima curhatan
saat ia menceritakan bahwa sepanjang jalan pulang ia menangis cemburu melihat
di kampus suaminya masih ramah meladeni para penggemarnya.
Itu cerita masa lalu ya,
sekarang 18 tahun kemudian, semoga tak lagi terjadi pada mereka.
Cerita lain menimpa orang
kebanyakan. Bukan aktivis kegiatan keislaman. Dalam sebuah seminar, saya
mengenal perempuan cantik salah seorang peserta seminar. Bertukar pin dan akun
fb, kami lanjutkan pertemanan di dunia maya.
Ibu cantik ini curhat, suaminya
teman kuliahnya sendiri. Tampan dan mempesona. Saking tampannya, hingga
sekarang ia selalu was-was karena ada saja perempuan yang menjadi penggemar
suaminya, di lingkungan manapun mereka berada. Saat jalan bersama suaminya
saja, ia merasakan ada saja perempuan yang melirik atau memandangi suaminya.
Banyak teman kantor suaminya yang menurutnya selalu mencari alasan untuk
berhubungan dengan suaminya. Ia bertanya bagaimana mengelola rasa cemburunya
dan menjaga suaminya. Dia juga berpesan baiknya para lajang jika mencari suami
janganlah yang terlalu cakep mempesona, karena bisa makan hati seumur
hidup...hehey.
Saya lantas ingat para seleb
yang kawin cerai dan selalu dilanda gosip dan isu. Begitulah dunia mereka
karena ketenaran dan keelokan menjadi daya tarik utama.Sementara gaya pergaulan
sungguh terbuka.
Fans club ini sekalipun
tidak diresmikan, ternyata ada ya dimana-mana. Dalam dunia nyata lho. Tak
pandang usia, atau miskin kaya. Dulu saya kerja di suatu tempat yang tetanggaan
dengan toko jam. Ada karyawan yang putih molek dan seksi. Jika ia lewat mana
saja, mau beli makan siang misalnya, maka bisa dipastikan semua mata tertawan
olehnya.
Bahkan mata para lelaki yang
sudah beristri. Atau lelaki gaek yang ubanan. Yang iseng akan bersuit-suit,
misalnya penjaga toko kaca mata dan tukang becak. Dan gadis itu seperti putri
tak berdosa, melenggang dan melempar senyum saja kepada para penggemarnya.
Waah bayangkan saja jika ia
telah bersuami, betapa makan hati suaminya.
Saya punya pengalaman
pribadi tentang penggemar ini. Ada kurun waktu dimana saya rutin menulis untuk
sebuah majalah keislaman yang cukup berjaya pada masanya. Saya akhirnya
berhenti karena alasan penggemar. Suatu ketika datang surat penggemar, seorang
yang mengirimkan biodata, foto, foto kopi KTP, Kartu Keluarga, dan terang-terangan melamar saya. Ia adalah pelanggan
majalah yang tertarik dengan tulisan saya.
Saat itu tahun 90-an,
internet sepertinya belum mewabah di Indonesia, maka ia bahkan belum melihat
foto saya, usia saya atau apapun informasi tentang saya. Atau bahkan ia tak
tahu bahwa saya telah bersuami dan beranak dua!
Walau Cuma seorang saja
penggemar, demi menjaga keutuhan rumah tangga, saya purtuskan berhenti menulis
di media itu. Surat penggemar itu, tak pernah saya jawab. Sekarang dengan
dumay, mudah untuk melihat informasi tentang seseorang, jati diri dan fotonya.
Tentu semua punya plus minusnya.
Apa sih tujuan menulis
kisah-kisah di atas?
Sebagai konsultan keluarga,
cukup banyak kasus goyahnya rumah tangga karena urusan penggemar ini. Lebih
banyak dari kasus ekonomi menurut pengamatan saya. Saya tak ingin lebih banyak
lagi terjadi. Begitulah alasan saya.
Dari mana memulai agar rumah
tangga kokoh tak tergoyahkan?
1.
Mulai dari kekokohan internal.
Hmm
jadi ingat jargon iklan vitamin, health inside fresh out side.Saya ganti saja
ya, sehat di dalam, aman di luar.
Rumah
tangga yang sehat di dalam, kokoh di dalam, sekuat apapun gempuran dari luar,
insya Allah tak akan mempan. Keguncangan itu wajar terjadi, namun akan segera
menemukan kesimbangannya kembali, tanpa jatuh tersungkur, apalagi terpuruk.
Namun jika lemah di dalam, hembusan ringan, atau bahkan tanpa guncangan dari
luar, tetap saja akan ambruk.
Kekokohan
ini diawalai dengan visi yang jelas dan komitmen diantara pasangan itu. Dua hal
ini menjadi garansi selesainya persoalan penting diantara suami istri.
Itu
prinsip pertama.
Prinsip
ke 2?
Ah
bersambung saja ya...biar penasaran...hihi maaf.
Ditunggu tulisan selanjutnya Mak Ida ;)
ReplyDeleteiya...entar lagi diposting ya. makasih sudah mampir.
Deletehaduh... benar2 jadi penasaran nih mba... hehehe..
ReplyDeletenunggu kelanjuatannya ah... *gelartikar* :D
Ini bahannya diskusi yang duluuu itu lho
Deletehmmm..penasaran sambungannya, mak:)
ReplyDeletesukses bikin penasaran horee...
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHmm, penasaran juga sama sambungannya mak. Ditunggu yaa.
ReplyDeletewaah bikin makpon penasaran...banyak penggemar nih mak #piss
Delete# nunggu lanjutannya#
ReplyDeleteokee siap mak. makasih sudah mampir
Delete