Tadi sore menjelang
maghrib ada SMS masuk dari tetanggaku yang agak jauh rumahnya.
"Bu, bolehkah saya minta jeruk nipis depan rumah ?"
"Untuk apa mbak..?" tanyaku, khawatir kalau keperluannya mendesak.
"Untuk ngecilin
badan bu, mbuang lemak.."
"O kalau begitu besok saja biar dipetikkan driverku...."
Jawabku masih via SMS.
"O kalau begitu besok saja biar dipetikkan driverku...."
Jawabku masih via SMS.
Memang ada aturan
yang dibuat ibuku bahwa pohon jeruk itu tak boleh dipetik di malam hari. Karena
akan membuatnya tak mau berbuah lagi.
Entah ilmu
bertanamnya dari mana, tapi saya nurut saja. Lebih karena alasan taat dan
menyenangkan ibu. Disisi lain repot amat memanjat pohon jeruk malam2. Bisa kena
duri atau semut.
Gambar dari sini. |
Namun sesungguhnya
saya ragu, apakah ada buah yang layak petik. Pasalnya baru pekan lalu iparku
datang dan mengambil satu kresek penuh.
Kemarin saat memasak
nasi dan mengiris jeruk, saya berkomentar:
"Waah jeruknya sekarang kecil-kecil..."
"Itu karena aku beli ke warung. Jeruk kita belum ada yang tua, lagian susah metiknya tinggi banget..." jawab ibuku.
"Waah jeruknya sekarang kecil-kecil..."
"Itu karena aku beli ke warung. Jeruk kita belum ada yang tua, lagian susah metiknya tinggi banget..." jawab ibuku.
Kira-kira 10 tahun
yll kami menanam pohon jeruk nipis di pot. Dua tahun kemudian saat sudah
memiliki rumah sendiri kami pindahkan ke tanah halaman depan rumah.
Bertahun membangun
harapan, pohon jeruk ini tak jua berbuah. Hanya dahannya yang makin rimbun. Kami
sempat pesimis akan masa depan pohon jeruk itu. Alhamdulillah sekitar tiga
tahun yang lalu mulai berbuah. Artinya tujuh tahun penantian...
Puncaknya setengah
tahun yang lalu. Dahannya yang rimbun dipenuhi buah.
Saking banyaknya tiap hari ada yang jatuh ke tanah. Buahnya besar dan sampai berwarna kekuningan.
Saking banyaknya tiap hari ada yang jatuh ke tanah. Buahnya besar dan sampai berwarna kekuningan.
Kepada para tetangga
sudah kuikrarkan untuk mengambil kapan saja mereka membutuhkan. Saat panen
bahkan bisa dibagikan kepada lebih dari dua puluh rumah yang masing2 mendapat
8-10 butir. Ukurannya juga mantap betul.
Jika keluarga besar
dan teman-teman datang, mereka memetiknya sesuai kebutuhan. Bahkan ada yang membawa 1-2 kresek
penuh.
Kami pernah beberapa kali mengirimi 3-4 kiloan buah jeruk ini ke mertua.
Kami pernah beberapa kali mengirimi 3-4 kiloan buah jeruk ini ke mertua.
Saya pribadi
menggunakannya tiap hari untuk memasak nasi. Hasilnya nasi lebih putih dan
tidak segera basi meskipun sudah 24
jam. Seringkali juga untuk obat batuk dan membuat minuman isotonis.
Dalam rangka mantu
kemarin, pohon itu dipangkas hingga tinggal 1/4 bagian yang menjulang ke atas. Kalau
tidak dipangkas khawatir durinya mengenai tetami. Juga karena akan dipasangi
tenda.
Setelah panen raya,
sekarang buahnya belum tua. Tetapi gambaran pohon dengan dahan menjuntai dan
buah yang lebat mungkin terus saja ada dalam ingatan beberapa orang.
"Besok kalau ke
sini, tolong bawakan jeruk nipis Mi....."
Begitu pesan mertuaku dua bulan yang lalu saat kami menengok beliau.
Begitu pesan mertuaku dua bulan yang lalu saat kami menengok beliau.
"Ya Yang
..." kujawab saja begitu sambil membayangkan pohon jerukku yang dahannya
sudah tinggal sedikit.
Kupikir jika pada
saat akan menengok dan belum ada yg siap petik, akan kubelikan saja.
Bulan berikutnya saat
suami akan menengok ibu mertuaku dan saya berhalangan tak bisa menyertai, saya
pesan untuk membelikan 2 kg jeruk nipis ke supermarket. Bukannya saya tidak
suka ke pasar tradisional, tetapi maksudku agar dapat yang bagus. Di pasar
dekat rumah, seringkali adanya kecil-kecil.
Mungkin suamiku hanya
menyerahkan jeruk itu tanpa bercerita asal-usulnya.
Eh apa komentar
mertuaku saat bulan kemarin bertemu denganku.
"Kok jeruke cilik-cilik...ora koyo mbiyen..."
Akhirnya saya berterus terang bahwa itu panenan supermarket....
"Kok jeruke cilik-cilik...ora koyo mbiyen..."
Akhirnya saya berterus terang bahwa itu panenan supermarket....
Kembali ke pasal
tetangga tadi, malam ini saya berdoa, semoga ada keajaiban buah jeruk depan
rumah besok banyak yang besar dan bisa dipetik. Tidak enak mengecewakan harapan
orang lain yang masih mengira pohon jeruk kami penuh dengan buah ranum.
Kalau toh besok belum
layak dipetik...ya kubelikan saja untuk tetangga yang minta itu.
Pagi ini
saya mruput mengambil galah dan
mencoba peruntungan memetik buah jeruk. Hmm lumayan sulit ya kalau belum tua. Akhirnya
kupanggil driver untuk mengambil tangga dan memetikkan.
Memang belum
terlalu tua, tapi alhamdulillah paling tidak lebih besar dari yang dijual di
warung. Setelah dapat sekitar 15 biji, kuambil 5 untuk kami pakai sendiri. Lalu
saya SMS tetanggaku untuk mengambilnya.
“Berapa bu
harganya...?” kata tetanggaku saat menerima kresek berisi buah jeruk
“Ha...?”
tentu saja aku njondhil.
Dalam
riwayat hidup kami tak penah menjual hasil panen apapun, mau jeruk, jagung,
mangga, pepaya atau pisang yang tiap pekan panen. Bahkan padi, kacang tanah dan
ikan sekalipun. Kami ini bukan petani atau pedagang buah.
“Gratis
mbak...”
“Waah saya
jadi enggak enak merepotkan ibu...”wajahnya bersemu merah.
Saya
menepuk-nepuk pundaknya dengan gembira.
“Saya senang
kok...enggak papa...cuma itu sedikit dan belum tua. Besok kalau panennya bagus
saya kasih lagi....”
Ia berlalu
dan aku tersenyum geli. Orang mau beli kukira mau minta. Beginilah kalau bukan
penjual buah.
Maklum kan saya
penjual buku.
wah senengnya py tetangga kayak mba ida..he he
ReplyDeletesini mak fitri pindah dekat rumahku...
Deletembak ida..mitos klo mlm petik buah jeruknya kok gak adaaaaa??? Tiwas mocone smpi habis jebul gur cerita ..curhat hadeeehhhh
Deletesama. aku nunggu jawaban ttg itu juga.... kenapa koq petik buah jeruk mlm hari ga boleh
DeleteEnak Kalo rumah nya deket mak Ida hihi bisa 'saling to long menolong' alias minta jeruk nipisnya
ReplyDeletemak kania sini tetanggan sama aku
Deleteenak jadi tetangga mak ida,,aku kan lagi diet juga,,,mau main kerumahnya dan minta jeruknya juga *langsung ditoyor ama mak ida...hahaha
ReplyDeletehehe mak Dwiex tetangganya juga pasti suak...
Deletepohon jeruk nipis yang menebar manfaat ya mba... :)
ReplyDeletealhamdulillah semua karunia Allah mbak santi Dewi
DeleteBaru tau bisa mempertahankan nasi biar ga basi. Coba ah. :)
ReplyDeleteresepnya, setelah beras dicuci dan dituang ke majic com, tambahkan air perasan jeruk nipis. insya allah hasilnya bagus mak. kalau beras sekilo yang jeruk nipis 1.
DeleteRasanya jadi asam-asam gitu ya mbak ida, nasinya?
Deleteenggak mak. rasanya biasa saja. cobain deh
DeleteSeneng mambaca artikel ini. kemarin2 baca artikel pak Cahyadi bagi2 rambutan juga. Memang jika ada yang bisa dibagi dengan tetangga itu lebih menyenangkan.
ReplyDeleteOhya bu, sekedar berbagi info; untuk menanam buah sebaiknya memang tidak pakai dari biji ataupun kalau beli yang sudah jadi tanaman harus tahu asalnya. Untuk jeruk yang memakai okulasi (ada batang bawah dan batang atas) tahun ke-2 saja sudah belajar berbuah. Dan tahun ke-3 sudah berbuah lebat. Harganya gak mahal kok, Rp 8.500,- saja per polybagnya (per tanaman). Kebetulan di kantor mandat peneltiannya salah satunya jeruk.
eh makasih ilmunya pak. kami kadang membeli pohon tanpa begitu mengeti asal-usulnya.
DeletePengen jadi tetangga mak ida deh hehe, mak itu jeruk nipisnya ditetesin ke nasi yang mau dimasak gitu ya?
ReplyDeleteiya mak. peras airnya kasih 2 sendok saja per kg.
Deleteinfo menarik
ReplyDelete