Huh, setiap
hari bertambah saja laporan kasus perselingkuhan gegara benda ajaib bernama
smartphone dan tablet. Tentang itu pernah saya muat di sini.
Eh tetapi
artikel ini maksudnya bukan tentang hal di tas.
Seorang istri
perempuan baik-baik saja, setia pada suaminya, bahkan rajin ibadah. Tetapi
suaminya merasa dikhianati karena perselingkuhan istri. Selingkuh dengan media
sosial gegara dibelikan tablet.
Istrinya
kini sibuk bersosialita. Punya akun facebook, twitter, instagram, dan juga
bergrup-grup WA dan BBM. Bangun tidur ia langsung menengok barang ajaib yang
bahkan dibawanya ke tempat tidur. Pagi hari ia mempersiapkan sarapan dan bekal
sekolah anak-anak, sambil membawa tablet ke dapur. Selesai memasak ia memotret
dan update status. Sarapan atau
makan malam dengan suaminya sambil terus melanjutkan obrolan via medsos.
“Mamah sadar tidak, kalau mamah tuh sudah kena nomophobhia?”
Sang istri
terperanjat dengan pernyataan suaminya. Pernyataan yang datar namun menghujam
ke uluhati.
“Iya aku
sadar ...” katanya setengah frustasi, “tetapi aku jualan online, bagaimana aku mau layani pembeli dan promo kalau tidak
pakai ini ?”
Ia menutup
tabletnya dan memandang suaminya dengan masgul.
Sebulan yang
lalu ia menegur suaminya. Gegara merasa diabaikan oleh keasyikan suaminya
dengan tablet juga.
“Papah itu
terjajah sama hp. Lihat tuh anak mengajak main, Papah enggak sempat!”
Beberapa
waktu kemudian suaminya membuat keputusan ekstrim dengan berhenti menggunakan
tablet, mematikan WA, kembali dengan hp jadul yang hanya bisa SMS.
Mengoperasikan media sosial hanya melalui PC.
Ia melihat
prilaku suaminya, ingin meniru, tapi merasa belum sanggup. Apalagi bisnisnya
makin menjadi. Setiap hari ada saja pembeli, bertubi-tubi.
Sampai pada
batas teguran suami yang membuatnya terjerembab.
“Mamah itu
ikut grup WA sampai 28. Belum BBM, belum grup FB. Semua orang yang nomophobia selalu punya alasan, mengapa
mereka melakukan itu” lanjut suaminya.
Ia tak
membantah lagi. Kenyataannya memang demikian. Suaminya merasa dikhianati karena
hubungannya dengan smartphone sudah
melampaui batas. Sekalipun ia menggunakannya untuk kebaikan. Menshare konten positif, membuat postingan
edukasi. Membina banyak grup pengajian WA dan bla...bla....
Sang istri
kini menatap barang ajaib di gengamannya. Rumah tangganya jauh lebih penting
dari orang banyak diluar sana. Siapa yang mengharuskan ia meladeni banyak orang
yang bertanya tentang agama? Siapa yang mengharuskan ia bertanggungjawab kepada
banyak orang dengan berbagai postingan positif? Siapa yang mengharuskan ia
melayani pembeli hingga lewat malam? Tak ada.
Apalagi jika
karena hal itu, telah mengganggu hubungan sosial. Jika anaknya justru terabaikan.
Jika suaminya justru memprotesnya. Dalam dirinya ia berjanji lebih selektif
menggunakan teknologi komunikasi. Lebih selektif bergabung dengan grup dan
membuat jadwal buka lapak dengan tidak berjaga 24 jam.
Suaminya
ingin saat mereka bersama, istrinya tak bersanding dengan tablet. Karena bukannya
saling bertatap mata dengan suami, istri justru memelototi layar. Suaminya
ingin saat mereka berpergian, ia mengobrol daripada meladeni jualannya.
Jadi, ia
memutuskan untuk menjadi tuan atas waktunya sendiri dan membebaskan diri dari
penjajahan smartphonenya.
###
Apakah kisah
diatas mengada-ada?
Tidak, itu
kisah nyata. Mungkin juga terjadi pada anda, kalau anda mau jujur. Berapa sering
anda menengok layar di genggaman anda dalam satu jam, bisa menjadi indikasinya.
Jika anda lebih sering menggenggam atau nyanding
barang ajaib itu, indikasi juga. Atau anda suka membawa power bank, karena khawatir lowbat?
Anda cemas karena kuota internet habis, tidak ada sinyal atau wifi?
Selama bepergian
dengan pasangan, makan bersama anda justru bersosialita? Atau lebih parah anda membawa tablet ke tempat
tidur?
Eh bukankah
sudah ada tuh artis yang menggugat cerai gegara istrinya sedang gandrung dengan
twitter. Pemicunya juga saat mereka bepergian.
Bukan hanya
artis, seorang teman juga pernah diturunkan di jalan oleh suaminya, Alasannya
karena sepanjang jalan saat mereka bepergian, istrinya sibuk melayani jualan
online dan tidak membantu suaminya melihat rambu jalan. Mereka bepergian malam
hari dan sang suami sudah rabun dengan kacamata yang lumayan tebal..
Ah, jangan!
Jangan sampai yang demikian terjadi dalam
kehidupan kita.
Teknologi
seharusnya untuk memudahkan kehidupan, bukan mengundang masalah baru dalam
kehidupan, apalagi dalam rumah tangga anda.
Tapi siapkah
anda?
Duh takut juga ya mbak, aku juga sering nih bawa-bawa tabletku ke tempat tidur. Bahkan pagi-pagi yang kuliat pertama tabku. Aku gk mau ah jadi nomophobhia hiks hiks :(
ReplyDeleteYuuk mak. Kita yang atyr jadwal kencan dengan smartphone
DeleteSepakat mak, jangan sampai gadget menjajah kita. Kalau saya berusaha sebisa mungkin kalau suami berada di rumah berusaha untuk tidak berinteraksi dominan dengan gadget, seperlunya saja. Begitu juga jika anak-anak berada di rumah. Jazaakillah khair bunda sudah mengingatkan. Selalu suka mampir di sini.
ReplyDeleteSiip
DeleteRasanya memiliki jadwal tertentu dengan tablet memang diperlukan agar gak kebablasan
ReplyDeleteSetuju mak Fenny
DeleteNo... jangan sampai teknologi membuat kita lalai terhadap tanggung jawab kita ke keluarga. Semoga ALLAH menlindungi kita dari hal-hal yang merugikan. terimakasih mak ida sharingnya.. love it
ReplyDeleteAmiib. Makasih mak udah mampir
Delete*catet*
ReplyDeleteCatet hihi
Deletejangan sampe ah kena nomophobia mak. untungnya tiap tidur selalu "mobile data" tuh dinon-aktifkan. paling pernah tuh kejadian sama kaya yang diceritain diatas. gak bantu suami liat marka jalan, alhasil nyasar di tol.
ReplyDeletesemoga kita bisa menggunakan gadget dengan bijak ya mak. amin
salam kenal mak :))
salam kenal. hehe terkadang keasyikan sampai lupa dengan yang di sampingnya
Deleteartikel yang menarik mak :) keren n ga neko2 dalam penyampaiannya
ReplyDeleteoya.. salam kenal ya mak
sama-sama hehe...nggak neko-neko
DeleteSetuju sekali sama postingan ini mak. Terutama pas temen-temen lagi ngumpul, tapi lebih sibuk sama gadgetnya sendiri-sendiri. :(
ReplyDeleteTos ya mak Irza
DeleteUh.. jd takut! Untung screen bikin saya cpt ngantuk, dan sering salah ngetik klw touch screen. Jd nggak bisa lama-lama.:)
ReplyDeletehehe ...lucunya mak jadi ceper ngantuk
DeleteIya yaa ... Siapa yang mengharuskan kita meladeni banyak orang yang bertanya tentang agama dan ini itu?
ReplyDeleteIya yaa, siapa yang mengharuskan kita membuat status/postingan positif?
Siapaa ...? :(
Baru nyadar nih ... terimakasih atas postingan yg sangat informatif ini!
Kadangbyang mengharuskan tuh 'nafsu' kita sendiri hiks.
DeleteGroup sebanyak itu gimana mantaunya ya mbak :)
ReplyDeleteHehehe ...gak tahu ya mak.
DeleteMakasih mbak Ida tulisannya makjleb bangeeet .
ReplyDeleteJleb ...jleb ! Makasih udah mampir mak.
DeleteSetelah punya suami, saya sering memikirkan hal ini bun. Jangan sampai suami sampai komplen. Sakitnya tuh di sini!
ReplyDeleteBener mak. Jangan sampai kebablasan
Deletesemoga tidak terkena nomophobia.. aamiin.. dulu saya join 6 grup bbm saja udh merasa terjajah. waktu untuk suami dan anak-anak berkurang. alhamdulillah sekarang cuma 1 grup saja yang masih saya ikuti.. :)
ReplyDeleteSiip. Dua jempol untukmu mak
Deleteberarti aku termasuk yg selingkuh donk :(
ReplyDeletewahahahaha ada yang cemburu enggak?
Deletejadi merenung sendiri karena samaaa gabisa jauh dr hp walaupun dia lagi di charger // ya ampuun
ReplyDeleteya ampuun ...hehe
Deletekalo engga selingkuh mba soalnya belum punya pacar juga belum punya suami hehehe masih sendiri gituh :D
ReplyDelete