Pages

Friday, February 13, 2015

Mimpi Habibie dari Palangkaraya



Badannya yang padat berisi tak menghalangi lelaki kecil itu bergerak lincah mengikuti ambisiku mengabadikan suasana malam Masjid Agung Palangkaraya.

Saya terus saja mengitari bangunan, dan ia mengiringi dengan cerita seputar renovasi masjid. Sekalipun masih dalam proses renovasi, tak mengurangi keelokan masjid dibawah remang cahaya lampu malam yang menyembunyikan tangga besi penyangga.

Kutu buku -dokpri
Habibie, anak kelas lima SD itu seolah menjadi guideku selama di Palangkaraya. Dengan fasih ia menceritakan masjid besar mana saja yang bacaan imamnya bagus di Palangkaraya. Menceritakan bahwa renovasi masjid Agung ini ditargetkan selesai 2015. Bahwa seperti apa nantinya fasilitas dan kelengkapannya.

Bukan hanya tentang masjid, Habibie menguasai beberapa cerita sejarah dan tempat bersejarah di Palangkaraya. Saya sungguh terpikat dengan minatnya pada berbagai-bagai hal. Dengan sukarela ia membahas beberapa tema layaknya orang dewasa. Kosa kata yang sungguh berwarna menandakan berapa banyak ragam bacaannya.

"Do you want to have a flying carpet? And why?"




Itu pertanyaan ustadzahnya. Dan jawaban Habibie sugguh mencengangkan. Ia menceritakan dengan fasih saat kami menikmati makan siang di sebuah rumah makan. Karena tertarik dengan caranya bercerita, saya lalu memintanya untuk menuliskan.  Berikut saya memuatnya di sini untuk anda.


Flying Carpet

I don't want to have a flying carpet, because I want to make a portable rocket by myself. I want to go travel using backpaker way around the word. And maybe-if I have a wife- I will go with her using  my invention for the honeymoon.
Especially for me, I want to go to  the New York City. I will in there for about  ten years. And I will go  travelling to the biggest library in the world, to read  an old history book. And maybe some comic too!
And I else went to go to Japan Capital City, Tokyo. I want learn from them about they tecnology for my country. I will be there for doing a discusion with them.


Itu adalah mimpi yang dituangnya dalam sebuah lembaran buku tulis yang disobeknya untukku. Sekalipun ada beberapa ketidak sempurnaan dalam penulisan, namun tidak mengurangi maksud Habibie yang sebenarnya. Bukankah anda juga bisa menangkap maksudnya?

Mimpi Habibie-dokpri

Ia telah melewati tiga kali pindah kota dan pindah sekolah sejak kelas 1 SD. Barangkali itu pula yang menjadi kekayaan pengalaman sehingga ia mudah bergaul, percaya diri dan berwawasan luas.

Bundanya bercerita, bahwa Habibie lah yang menjadi motivator utama dirinya untuk menghafal Alquran. Ketika Habibie kelas 1, naik ke kelas 2 SD, ia telah hafal 2 juz. Saat diminta maju membaca surat Al Mulk, Habibie dengan fasih melantunkannya. Bundanya terketuk hati dan mengambil program tahfidz. Selama setahun sang bunda bisa menyelesaikan 8,5 juz.

Sayang, tugas sang ayah telah memaksa keluarga kecil ini pindah ke daerah. Habibie kehilangan kecepatan menghafal ketika harus memulai dengan standar bacaan yang berbeda dan lebih ketat. Kini Ia tengah menghafal juz 28.

Ada cerita menarik saat kepindahan pertama mereka. Habibie masih kelas 3 SD. Sebagai anak baru, terkadang ia mendapat perlakuan tidak menyenangkan yang entah apakah sudah masuk kategori bullying. Pada salah satu kesempatan upacara, ia diminta murajaah salah satu surat dari juz 29. Dengan fasih ia membaca, bacaannya lumayan bagus, lancar dan tanpa salah. Sejak itu siswa lain, termasuk kakak kelas menghormatinya. Hafalan qur’annya telah menolongnya di dunia, semoga kelak menolongnya di akhirat. Memang Habibie bercita-cita menjadi hafidz Qur’an.

Sejak peristiwa itu, ia juga diijinkan untuk berdiri di shaff terdepan dalam sholat berjamaah di sekolah. Biasanya hanya siswa kelas 5 dan 6 yang boleh berdiri di shaf terdepan. Begitulah kemuliaan alQur’an, telah membawa kemuliaan pada yang menghafalnya. Habibie telah membuktikannya.

Keluarga habibie -dokpri

Kini di sekolahnya yang baru, ia nampak sangat menikmati. Sebenarnya saya bertanya alasannya lebih mencintai sekolah yang sekarang. Sayangnya saya lupa jawaban persisnya, eh. Diantaranya karena ia merasa lebih bisa bebas mengeksplorasi minatnya tanpa banyak tuntutan kurikulum.

“Tiap anak kan memiliki keunggulannya masing-masing. Mungkin ia unggul di satu hal dan lemah dalam hal yang lain. Di sekolah ini, setiap anak dihargai dengan keunggulan mereka.” Itu adalah statemen biasa saja tentang multiple intelengent.
Namun mencengangkan bahwa kalimat itu adalah simpulan seorang anak berusia belum genap 11 tahun.

"Kenapa aku diberi nama Habibie?"
Pertanyaan kritis itu dilontarkan olehnya kepada orang tuanya.
Bundanya tersenyum arif.
"Kamu adalah kecintaan kami semua. Diantara cucu nenek belum ada cucu laki-laki. Jadi ketika kamu terlahir, menjadi kecintaan kita semua." Begitu jawaban sang bunda.
“Selain itu, Habibie adalah nama seorang tokoh jenius yang baik keislamannya. “

Habibie jadi tertarik untuk mengenal BJ. Habibie, Presiden RI ke 3 yang luar biasa.
Semakin mengenal tokoh ini, Habibie kecil semakin mengidolakannya. Ia semakin rajin belajar dan membaca hingga layak dijuluki si kutu buku.

 Terbuktilah julukan itu saat hari ahad pagi kami bersama berolahraga di bundaran besar. Setelah lelah mengelilingi bundaran, kami berpencar mencari kuliner sarapan kesukaan masing-masing. Habibie telah menghilang dan saya menemukannya di dekat mobil perpustakaan keliling. Habibie tenggelam dalam lorong waktu Sejarah Cina.

Mojok bersama buku-dokpri

Saya berharap ada lebih banyak lagi Habibie kecil terlahir di berbagai pulau di tanah air. Lebih banyak lagi orang tua yang mampu mengantarkan anak-anak seperti orang tua Habibie. Dan lebih banyak lagi sekolah yang menumbuhkan anak-anak seperti sekolah Habibie.

Betapa cemerlangnya masa depan bangsa ini jika pada setiap masa, tumbuh generasi bernas yang bangga menjadi orang Indonesia, mencintai kekayaan sejarahnya, mengenali setiap jengkal bumi tempatnya berpijak. Di sisi lain, kuat dalam memegangi agamanya, dan bersemangat melahap semua rahasia peradaban emas berbagai bangsa melalui sejarah.

Indonesia merindui anak-anak yang mengarungi samudra ilmu dengan penuh kegembiraan. Belajar bukan karena terpaksa sebagai beban kurikulum dan target pencapaian nilai. Antusiasme karena dahaga pengembaraan akal yang akan melahirkan jiwa pembelajar sejati. Jiwa pembelajar yang berbuah karya yang berkah untuk bangsa.

Mimpi-mimpi Habibie, memang masih akan terus tumbuh dan menyempurna. Mimpinya sekarang adalah mimpi anak kelas 5 SD. Ia ingin menghafal al-Qur'an, belajar sain dan mencipta rocket portabel. Ia ingin belajar di banyak tempat dan menjadi sarjana dari beberapa disiplin ilmu. Namun seiring dengan kematangannya kelak, ia akan mengukir taqdir terbaiknya. Bukan hanya untuk dirinya, namun juga untuk bangsa dan agamanya. Bahkan untuk dunia. Semoga.


Dan semoga demikian pula dengan mimpi anak-anak anda.


Idola habibie- BJ habibie. dokpri

11 comments:

  1. Assalamu alaikm ...salam kenal bu, suka banget artikel ini

    ReplyDelete
  2. Masya Allah ...Habibie semoga impianmu tercapai,Nak!. Terimakasih mbak Ida tulisannya bagus banget, hiks-hiks bikin merinding,Bu >>>> Begitulah kemuliaan alQur’an, telah membawa kemuliaan pada yang menghafalnya. Habibie telah membuktikannya.

    ReplyDelete