Pages

Wednesday, February 25, 2015

Wong mBantul ke Pekan Baru (bag 1)


Entah kali ke berapa saya ke Pekan Baru. Saya tidak ingat. Bisa jadi saking seringnya pergi, saya kesulitan mengingat tempat yang pernah saya kunjungi. Selain itu juga karena saya terkadang hanya transit atau lewat saja menuju ke kota-kota di sekitarnya. Ah tak apa, berapa kali,  itu bukan informasi penting bagi anda.

Perjalanan kali ini memenuhi janji beberapa bulan yg lalu kepada kampus Universitas Abdurrab. Nantinya, saya akan ceritakan tersendiri tentang kampus itu. Sekarang episode keberangkatan yang agak mengharu biru #halah.

dokpri
Sejak packing semalam, suamiku bertanya, tentang jam keberangkatan kami. Saya segera meneliti E-ticket yang telah diprint beberapa waktu yang lalu. Oh ternyata saya salah cetak. Tiga lembar tiket itu baru kepulangan. Belum ada yang berangkat. Jadi saya hidupkan PC lagi dan bla-bla mencari email panitia untuk cetak tiket. Ternyata berangkat dengan Citylink jam 10.30. Alhamdulillah, tidak terlalu pagi. Paling tidak sempat beres-beres rumah.

Selesai packing jam 10. Saya menemani Revo tidur. Revo kadang masih sulit terlelap jika tidak dielus-elus.  "Umi besok masakin aku kentang goreng ya" itu pesan terakhirnya sebelum terlelap.


Meninggalkan Revo di hari aktif sekolah jarang saya lakukan. Terlalu banyak sogokan agar ia merelakan saya bekerja beberapa hari ke luar kota. Misal kakaknya harus menuruti keinginannya berkemah di halaman belakang selama dua malam. Komprominya jatuh pada malam Kamis dan malam Jumat, saat kakaknya selesai mengumpulkan revisi TA. Alhamdulillah anak pertama dan ketiga kompak mau menolong. Memang hanya mereka partnerku karena anak-anak lain tersebar di tiga kota. Termasuk request menu makanan favorit itu bagian dari upaya membuat Revo nyaman.Masih ada beberapa lagi.

Begitulah paginya selepas sholat subuh, saya bergegas bertempur di dapur. Menanak nasi, melihat bahan isi kulkas dan menentukan menu dadakan. Oseng tempe kesukaan Hamda, goreng kentang  kesukaan Revo dan goreng tempe gembus serta bakwan kesukaan ibu saya. Selain itu masih ada sisa sarden semalam yang kucampur saja dengan ayam goreng ...entah jadi apa rasanya ya.

Usai masak, saya membangunkan Revo. Dan rutinitas sholat shubuh, sarapan, mandi makan diselesaikan pada waktunya. Revo berangkat sekolah dengan gembira. Hari ini jadwalnya olah raga dan masih ada eskul renang. Nanti akan dijemput jam 15 di kolam renang.

Setelahnya saya masih punya waktu membereskan kamar dan mencuci baju. Mandi dan berdandan. Jam 8 telah siap alhamdulillah. Tak lupa mendelegasikan tugas mengantar paket buku yang kemarin kusiapkan. Ada banyak paket pesanan dalam dan luar kota. Tugas setor tunai dan lain-lain selama saya pergi akan dilakukan oleh 2 karyawan yang merangkap driver.

Jam 8.15 kami berangkat dari rumah dan tiba di bandara jam 8.40. Memang bandara tak jauh dari rumah kami. Setelah check in, kami menanti di si cafe Garuda. Sekalipun telah memasak aneka rupa, saya belum sempat sarapan. Hanya minum kopi radix dan madu pahit. Demikian pula suamiku. Maka kami memesan teh poci. Suamiku memesan menu favoritnya yaitu gudeg tanpa gudeg. Maksudnya hanya nasi, sambel goreng krecek, telur dan ayam suwir. Saya memesan bihun rebus.

Kami mengisi waktu dengan aktivitas normal. Yaitu suamiku menulis dengan lepinya. Menulis apa saja. Saya menjawab pesan masuk serta jualan online. Ah sempat menyelesaikan odoj juga.

Tunggu punya tunggu lamaa hingga jam 10.30, dimana seharusnya kami telah terbang. Tak juga ada panggilan. Rupanya semua penerbangan delay oleh sebab rutinitas yang tak dapat dihindari: latihan terbang AAU. Semua pendaratan juga.

"Beginilah Bandara Adisucipto," kata suamiku,"yang lancar hanya pagi. Kalau mulai jam 9 harus gantian sama latihan terbang. Nanti sore antri turun dan naik lantaran penuhnya jadwal penerbangan."

Hmm mau bagaimana lagi. Bandara ini memang milik AAU. Pendidikan penerbang juga kebutuhan nasional. Tapi berapa saja kerugian maskapai dan lain-lain efek dominonya akibat peristiwa berulang seperti ini.

Pernah beberapa pekan sebelumnya, saya dari Jakarta, naik pesawat Garuda. Kami harus berputar lebih dari 30 menit  langit bagian atas Jogja barat dalam cuaca buruk. menembus awan badai berkali-kali, disela petir dan guruh. Tak ada yang bisa dilakukan selain berdoa dan berdzikir. Alhamdulillah bisa mendarat dengan selamat dengan cuaca di sekitar bandara yang lumayan bagus. hanya gerimis dan awan tipis.

Kalau posisi terganjal di darat masih mending, repot kalau di udara dan tertunda landing hingga satu jam. Semoga afturnya cukup saja.

Jam 12 baru dapat kabar untuk boarding. hanya boarding ternyata. karena kenyataannya kami masih harus duduk manis selama 1 jam di atas pesawat untuk menanti giliran terbang. jam 13 barulah mengangkasa. Saya membagun komunikasi dengan panitia di Pekan Baru agar mereka menyesuaikan jadwal dengan telatnya kami.

Apa yang dilakukan sekian lama di atas pesawat? Membolak-balik koran hingga huek-huek, membaca majalah Linkers dan mengobrol. Sulit benar tidur dalam penantian itu. Apalagi banyak penumpang yang mengobrol dengan suara keras. Mau tak mau saya menguping berbagai tema pembicaraan.Beruntungnya saya telah membeli dua kotak minuman sebagai bekal.Sekalipun nantinya ada penjualan makanan saat sudah di angkasa, Beberapa orang telah menghidupkan hp lagi untuk berbagai alasan. Semua diam-diam tentu saja.

Take off disambut dengan kelegaan. kami meninggalkan langit Jogjakarta dengan penuh harapan mendarat dengan lancar di Bandara Sultan Syarif Kasim II di Pekan Baru. Setelah beberapa saat mengudara, para pamugari berkeliling dengan gerobak dorong. Tumben berjualan mie instan di atas pesawat laris manis. Bawaan semua orang kelaparan termasuk saya. Sejak pagi hanya terisi bihun rebus. Saya memesan mie cup dan sebotol air mineral kecil dengan membayar Rp.25.000. Merasa bersalah saat menelannya, bukan karena mahalnya, terutama kepada Revo yang sering saya larang makan mie instan. 

"Maafin Umi ya, Po. Belum tentu setahun sekali Umi makan mie."
Tentu saja Revo tak mendengar permintaan maaf itu hehe.

Alhamdulillah penerbangan 2 jam tanpa tidur, bisa menuliskan cerita ini. Cuaca lumayan cerah sekalipun udara berawan. Dari atas langit Pekan baru kami disambut pemandangan hamparan kebun sawit yang terlihat rapi menyerupai rumput penghias maket miniatur bangunan. Asap tipis tetap setia menghiasi langit, namun tak mengganggu. Mungkin begitulah nasib Riau yang tak lepas dari asap.

Akhirnya pesawat Airbus Citylink mendarat dengan halus di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Tepat pukul 15.15, udara panas menyengat menyapa di pelataran Bandara. Tanpa kecewa bahkan penuh kesyukuran saya berucap:
"Assalamu ;alaikum Pekan baru!"

Bersambung.

dokpri

13 comments:

  1. Follow kami yuk Moms, banyak informasi menarik seputar kehamilan, breastfeeding tips dan parenting >> http://id.mamitalk.com ; Facebook: MamiTalk

    ReplyDelete
  2. Dalam keadaan darurat, apalagi dia atas pesawat pasti Revo memaafkan Bu Ida.
    suka dengan postingannya

    ReplyDelete
  3. Selamat datang di bumi lancang kuning Ummi...:)

    ReplyDelete
  4. delay memang selalu ada ceritanya ya..

    ReplyDelete