Pages

Sunday, March 15, 2015

Bohong atau Berubah Rencana?

"Bu, bolehkah kita menyebut anak berbohong saat ia tidak melaksanakan janjinya?"
Pertanyaan melalui chat WA itu mengejutkan saya. Biasanya para orang tua yang mengeluh dituduh anaknya bohong karena tidak menepati janji alias berubah rencana.

Topik ini juga pernah menjadi bahasan seru antara saya dan Revo.
"Abi itu pernah bohong!" Teriak Revo meradang.
"Kapan itu Po?" Tanyaku menyelidik.
"Waktu ada tamu pengajian, Abi bilang acaranya selesai jam 8. Tapi sudah jam 8 abi masih mengobrol"
Ya terkadang malam hari Revo menuntut kami hanya menemaninya dan ia mengusir tetamu yang masih ada.

"Kan abi cuma menjawab pertanyaan. Masak orang tanya enggak dijawab" Abinya terusik untuk mendudukan masalah.
"Tapi kan waktunya sudah habis. Abi bilang selesai jam 8. Abi bohong kalau belum selesai!"
Wuih Revo emosi banget.


Anak-anak masih hitam putih. Apa yang dikatakan orang tua betul dipegangi dan menuntut konsistensi. Jika tidak mereka akan kecewa menuduh kita berbohong.
Seorang bunda juga mengeluh karena dituduh berbohong oleh anaknya. Dalam contoh kasus mereka hendak bepergian, karena hujan maka tidak jadi. Padahal terlanjur menjanjikan dan anak terlanjur punya harapan yang sangat.

Anak tak bisa menerima konsep berubah rencana atau melaksanakan plan B jika plan A gagal. Sebabnya karena tidak dari awal hal tersebut disampaikan kepada anak.
Sebagai orang tua kita perlu perkenalkan konsep insya Allah. Maknanya adalah pemahaman bahwa manusia boleh berencana dan berusaha, namun keputusan ada di tangan Allah. Itulah yang disebut taqdir. Kita sampaikan pada anak bukan hanya satu rencana, tapi juga rencana alternatif jika situasi tidak sebagaimana yang diharapkan.

Plan A, plan B, plan C...dapat disusun bersama anak. Mereka terlibat perencanaan sehingga tidak akan menganggap orang tua bohong. Kitapun perlu meminta maaf jika semua perubahan itu mengecewakan anak. Tak perlu malu mengakui kelemahan kita. Anak akan belajar tentang kenyataan hidup dan sikap legowo menerima kehendak Tuhan. Juga sikap ksatria mau mengakui kelemahan diri. Atau juga sikap luwes mengormati orang lain.

Adapun jika anak yang tidak menepati janji maka perlu dilihat lebih jauh. Tidak langsung mengecap anak berbohong.
Sekalipun ia nantinya ketahuan berbohong, orang tua berpikirlah seribu kali sebelum mengecap anaknya pembohong.

Yuuk selalu belajar menjadi orang tua.

3 comments:

  1. saya juga berusaha sebisa mungkin gak bohong.
    Meski Aisyah masih bayi belum ngerti tapi harus dibiasakan saya gak bicara bohong.

    ReplyDelete