Pages

Wednesday, June 12, 2019

Adab

Masih tentang adab.

"Sst... Enggak boleh banyak-banyak makan kalau bertamu!"
Tegur seorang ibu dengan setengah berbisik pada anaknya yang meraih setoples nastar dan hendak memangkunya.
Rupanya tuan rumah mendengar bisikan tersebut.
"Gak pa-pa lah, bun. Kalau gak lebaran juga gak ada nastar. Yuuk boleh kok dihabisin!" timpal tuan rumah.

Si anak memandang ibunya dengan pandangan menyalahkan. Seolah ia berucap: tuuh, tuan rumah saja mbolehin, kenapa bunda enggak?!
Sang ibu tersenyum malu, dan tetap bertahan pada pendiriannya.
"Anakku sayang, tante ini memang baik, membolehkan kamu menghabiskan. Tetapi kamu juga harus jadi anak baik, makan tidak berlebihan dan berlaku sopan."
Wajahnya manis dan sabar mengangguk pada tuan rumah dan anaknya bergantian.

Ayah bunda, sebenarnya siapa yang berhak mengarahkan anakmu? Apakah akan membiarkan orang lain memanjakan tanpa batasan, atau kah ortu yang harus konsisten berjuang membentuk adab anak?
Tentu banyak yang sepakat, ortu yang lebih berhak.

Baiklah, sekarang kita balik, jika kita menjadi tuan rumah, apakah yang akan kita katakan pada anak tersebut?
Diam saja tersenyum, memasang wajah ramah tanpa kata-kata?
Atau menunggu proses negosiasi ibu anak selesai sebelum intervensi?

Menahan diri dari mendahului hak orang tua atas anak, menurut saya jauh lebih bijak. Jika ada ortu yang melarang anak makan es krim, janganlah menimpali dengan kecaman:
"Halah sesekali makan es krim kenapa sih bun, kasihan anak pengin lihat temannya!"
"Jadi ortu jangan pelit dong, sini tante yang traktir!"

Atau anak teman berjingkrakan melompat-lompat di sofa ruang tamu, lalu melarang ortu yang melarang anak melakukan hal itu.
"Biarlah bu, namanya juga anak-anak!"

Yuuk bersikap bijak. Tiap orang tua punya kebijakannya dalam mendidik anak. Ada yang tidak mengizinkan anaknya pegang HP, nonton youtube, nonton televisi, makan es krim dll. Maka hormati pilihan tersebut. Kadang kita tak tahu alasan dibalik sebuah aturan.
"Anakku jika makan es, kena radang tenggorokan, jadi kita yang repot, harus minum obat segala. Mendingan dia berpantang." jelas seorang ibu.
"Dia alergi coklat, jangan diberi wafer coklat!" kata ibu lain.

Sudahlah. Senyumin, acungin jempol, dukung.
"Dengerin mamah ya sayang, bukan tante pelit, ini demi kebaikan kamu. "
Lalu tawarkan makanan lain yang diijinkan ortunya. Mudah bukan?

Yuuk menahan diri dari mengambil hak ortu atas anaknya. Itu juga adab sesama ortu.

No comments:

Post a Comment