Pages

Monday, January 9, 2012

All About Toilet (2) Yang Kualami di Tanah Suci (22)



Oleh : Ida Nur Laila

Pada postingan terdahulu, saya telah menceritakan soal toilet apartemen tempat kami menginap. Pada postingan kali ini, saya akan ceritakan tentang toilet di Mina. Beberapa postingan ke depan, saya masih akan menceritakan soal toilet di tanah suci.
Toilet Mina
Mina adalah tempat tinggal kita selama prosesi haji. Sekitar 5 hari kita di Mina dan 1 hari di Arofah.
Jamaah haji menempati tenda dalam maktab-maktab. Haji non kuota tersebar di tepi jalan, di bukit dan di manapun tempat yang luang. Mereka membawa tenda sendiri atau tanpa tenda hanya dengan tikar dan selimut, bahkan ada yang hanya membawa kardus.
Maktab kami di 114, lokasi sungguh strategis, alhamdulillah. Dekat dengan lokasi lempar jamarat. Hanya sekita 200m. Satu maktab ada 4 tenda besar. Satu tenda mungkin menampung sekitar 500-800 jamaah. Disekat-sekat sesuai kebutuhan travel dan negara asalnya. Dalam 1 maktab ada 3 area toilet. Masing-masing area ada 10 toilet untuk laki-laki dan 10 untuk perempuan. Juga ada area wudhu.

Jadi rasio pemakai toilet sekita 1:50. Saya tidak tahu rasio di tenda reguler. Tapi kira-kira  samalah. Entah bagaimana keadaan di tenda VIP karena aku belum pernah masuk ke sana.
Mengikuti saran seorang teman yang pernah berhaji reguler, saya membawa jerigen 5 liter untuk persediaan air pribadi selama prosesi haji. Jerigen saya beli di tanah air. Ternyata di tanah suci juga banyak orang yang menjual jerigen harganya 5 riyal, sekitar Rp.12.500. malah lebih murah hehe...
Air dalam jerigen itu untuk sekedar wudhu, cuci muka, cuci tangan atau gosok gigi. Melihat saya mempersiapkan itu, seluruh teman satu rombongan ikutan membeli jerigen dan mengisinya untuk dibawa selama berhaji.
Pada kenyataannya, selama kami berkemah di Mina, kami nyaris tidak perlu menggunakan air yang kami siapkan dalam jerigen. Hal ini dikarenakan antrian toilet dan tempat wudhu di Mina masih wajar. Tempat wudhu juga sangat dekat dengan tenda. Sesekali kami menggunakannya untuk cuci tangan jika enggan keluar dari tenda.
Saat berangkat ke Arafah, kami memutuskan hanya membawa dua jerigen. Satu berisi air minum, yang satu air mentah untuk berwudhu. Saat di arafah dan muzdalifah inilah kami beru menggunakan air persediaan tersebut. Jika melihat antrian berwudhu sangat panjang, kami memilih berwudhu dekat tenda, menggunakan air jerigen. Kebetulan tempat wudhu ada di dekat pintu masuk dan tenda kami ada di sisi paling belakang maktab, lumayan jauh.
Demikian pula jika haus dan melihat antrian ambil minum, kami mengisi ulang botol air dari jerigen minum.
Bersambung.

No comments:

Post a Comment