Oleh :
Ida Nur Laila
Pada
postingan terdahulu, saya telah menceritakan soal toilet apartemen tempat kami
menginap. Pada postingan kali ini, saya akan ceritakan tentang toilet di Mina.
Beberapa postingan ke depan, saya masih akan menceritakan soal toilet di tanah
suci.
Toilet Mina
Mina
adalah tempat tinggal kita selama prosesi haji. Sekitar 5 hari kita di Mina dan
1 hari di Arofah.
Jamaah
haji menempati tenda dalam maktab-maktab. Haji non kuota tersebar di tepi
jalan, di bukit dan di manapun tempat yang luang. Mereka membawa tenda sendiri
atau tanpa tenda hanya dengan tikar dan selimut, bahkan ada yang hanya membawa
kardus.
Maktab
kami di 114, lokasi sungguh strategis, alhamdulillah. Dekat dengan lokasi
lempar jamarat. Hanya sekita 200m. Satu maktab ada 4 tenda besar. Satu tenda
mungkin menampung sekitar 500-800 jamaah. Disekat-sekat sesuai kebutuhan travel
dan negara asalnya. Dalam 1 maktab ada 3 area toilet. Masing-masing area ada 10
toilet untuk laki-laki dan 10 untuk perempuan. Juga ada area wudhu.
Jadi
rasio pemakai toilet sekita 1:50. Saya tidak tahu rasio di tenda reguler. Tapi
kira-kira samalah. Entah bagaimana
keadaan di tenda VIP karena aku belum pernah masuk ke sana.
Mengikuti
saran seorang teman yang pernah berhaji reguler, saya membawa jerigen 5 liter
untuk persediaan air pribadi selama prosesi haji. Jerigen saya beli di tanah
air. Ternyata di tanah suci juga banyak orang yang menjual jerigen harganya 5
riyal, sekitar Rp.12.500. malah lebih murah hehe...
Air
dalam jerigen itu untuk sekedar wudhu, cuci muka, cuci tangan atau gosok gigi.
Melihat saya mempersiapkan itu, seluruh teman satu rombongan ikutan membeli
jerigen dan mengisinya untuk dibawa selama berhaji.
Pada
kenyataannya, selama kami berkemah di Mina, kami nyaris tidak perlu menggunakan
air yang kami siapkan dalam jerigen. Hal ini dikarenakan antrian toilet dan
tempat wudhu di Mina masih wajar. Tempat wudhu juga sangat dekat dengan tenda.
Sesekali kami menggunakannya untuk cuci tangan jika enggan keluar dari tenda.
Saat
berangkat ke Arafah, kami memutuskan hanya membawa dua jerigen. Satu berisi air
minum, yang satu air mentah untuk berwudhu. Saat di arafah dan muzdalifah
inilah kami beru menggunakan air persediaan tersebut. Jika melihat antrian
berwudhu sangat panjang, kami memilih berwudhu dekat tenda, menggunakan air
jerigen. Kebetulan tempat wudhu ada di dekat pintu masuk dan tenda kami ada di
sisi paling belakang maktab, lumayan jauh.
Demikian
pula jika haus dan melihat antrian ambil minum, kami mengisi ulang botol air
dari jerigen minum.
Bersambung.
No comments:
Post a Comment