Wisata Haji (1)
Oleh :
Ida Nur Laila
Haji kok berwisata...ah maksudnya wisata religi-plus mumpung di Tanah suci. Kami mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di wilayah Makkah
dan Madinah seperti masjid Kuba, masjid Qiblatain, percetakan Alqur’an, bukit Uhud, jabal Rahmah,
jabal Tsur, jabal Nur. Wisata plusnya ke kebun kurma, Jabal Magnet, peternakan unta dan ke Jeddah.
Pagi itu kami bersiap untuk mengunjungi Jabal Tsur dan Jabal Rahmah, juga meninjau wilayah Arafah, Mina dan Muzdalifah yang akan
menjadi tempat utama ibadah haji beberapa hari lagi. Berangkat dalam rombongan empat bus, aku mendapat tempat di bus 2. Sebelum
berangkat dilakukan pengecekan penumpang bus, dan memastikan
siapa saja tetangga duduk kita. Nanti saat pulang juga diminta tetap dalam kursinya masing-masing agar lebih mudah
untuk pengecekan. Tentu agar tidak ada yang hilang atau tertinggal.
Tidak lupa jamaah diingatkan untuk memakai gelang
pengenal dari logam maupun gelang karet warna biru dari maktab.
Kalung ID card dari travel juga dipakai. Perlengkapan pribadi seperti tas
paspor, topi, kacamata, masker, payung dan tempat minum...tidak ketinggalan. O
ya sediakan juga uang kecil untuk shodaqoh di sepanjang jalan. Walaupun shodaqoh dengan uang besar juga sangat boleh...hehe. Setelah rombongan lengkap, kami bersama membaca doa perjalanan dan doa
berkendara. Bus
pun mulai melaju
meninggalkan apartemen Syauqiyah.
Menuju Jabal Tsur
Sepanjang
perjalanan, pembimbing menceritakan riwayat tempat -tempat bersejarah. Kunjungan pertama adalah jabal Tsur, maka diawal perjalanan, pemandu menceritakan tentang jabal Tsur. Di bukit ini terdapat gua
tempat Rasulullah dan Abubakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang
Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah. Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan
Masjidil Haram. Untuk mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki
selama 1,5 jam.
Saya mencoba menghadirkan
bayangan situasi genting saat Rasulullah
memulai hijrahnya. Di malam yang gelap gulita, setelah berhasil lolos dari
kepungan para pemuda tangkas utusan setiap kabilah kafir Quraisy, Rasulullah
menemui Abu Bakar As-shidiq. Dibantu oleh putrinya Asma binti Abu Bakar, mereka
menyiapkan perbekalan untuk perjalanan panjang menuju Madinah. Jarak antara
Makkah dan Madinah sekitar 450 km. Asma membelah selendangnya menjadi dua
sebagai pengikat perbekalan ayahandanya dan Rasulullah. Oleh karena idenya
tersebut, Asma nantinya mendapat gelar sang pemilik dua sabuk.
Transit bersembunyi di gua Tsur
adalah ide cerdas lantaran letaknya bukanlah rute menuju ke Madinah. Madinah
terletak ke arah utara Mekkah, sementara bukit Tsur justru ke arah selatan. Namun
demikian, tercium juga strategi mengecoh para pengejar ini, hingga mereka
sempat juga mencari hingga ke mulut gua. Atas pertolongan Allah dengan hadirnya
laba-laba yang membuat sarang menutupi pintu gua dan burung yang membuat sarang
di mulut gua, maka para pengejar enggan memasuki gua. Rasulullah dan Abu Bakar
selamat dari pengejaran malam itu.
Di dalam gua, Abu bakar menutupi lubang
binatang yang ada dengan batu dan sobekan bajunya. Hingga tersisa lubang yang
belum ia tutupi, maka ditutupnya dengan kakinya. Rupanya kaki beliau kena
sengat hingga bengkak dan sakit. Abu bakar tidak mengeluh dan tidak merintih.
Air matanya menetes menahan sakit dan ketakutan, khawatir Rasulullah tertangkap
oleh para pengejar.
Air matanya menetes mengenai pipi
Rasulullah, hingga Rasulullah bangun dan menanyakan keadaannya. Rasulullah lalu
mendoakan, hingga Abu bakar tenang dan sembuh dari sakitnya. Rasulullah
menginap di gua Tsur selama beberapa hari.
Di
abadikan dalam firman Allah Surah At-Taubah , ayat-40:
“Jikalau
kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya
Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang
tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Aku
memandang Jabal Tsur di kejauhan. Bukit batu itu tingginya sekitar 200m. tentu
tidak mudah bagi Rasulullah dan Abu Bakar mendakinya pada malam yang mencengkam
itu. Ingin rasanya aku napak tilas mencoba mendakinya, merasakan jerih payah
yang dialami Rasulullah. Sayangnya sekarang di
sekitar Jabal Tsur sedang ada pembangunan, jadi kami
tidak bisa mendekat ke lokasi gua.
Banyak alat berat dan truk yang lalu lalang. Debu dan
pasir beterbangan, kami harus terus memakai masker agar tidak terkena. Saat
berfoto, banyak yang lupa atau enggan membuka masker. Jadi hasil fotonya adalah sederet orang berseragam dan bermasker
yang memegang spanduk. Saya jadi ingat relawan dan pengungsi
Merapi saat terjadi erupsi Oktober tahun 2010.
Saat kami baru datang, disambut oleh pedagang asongan.
Banyak diantara
mereka yang masih anak-anak dan remaja, seperti di Indonesia
saja. Mereka menjajakan kaca mata, mainan anak, kalender, majalah dan minuman.
Beberapa jamaah bertransaksi, ada yang tertarik membeli kacamata. Namun
tiba-tiba kami terkejut karena dengan sangat cepat para pedagang asongan itu
berlari dan menghilang di balik pagar. Rupanya ada penertiban oleh petugas. Waah makin mirip di
tanah air.
Seorang teman yang sedang mencoba kacamata dan belum
dibayar menjadi kebingungan lantaran mencari penjualnya yang sudah berlari
menghilang. Hingga saat kami meninggalkan lokasi, para penjual itu tidak muncul
lagi. Namun dalam
perjalanan tak jauh dari lokasi, kami melihat beberapa pedagang di
jalan raya. Apakah mereka orang yang sama atau tidak, kami tidak tahu.
Rekan yang terlanjur membawa kacamata, bertanya pada
ustadz bagaimana cara membayar kaca mata itu. Ia tidak ingat ciri-ciri penjualnya, apalagi namanya. Juga tidak tahu apakah
bisa kembali ke lokasi itu dan bertemu dengan orang yang tepat. Ustadz menyarankan agar ia berinfaq ke masjid seharga kacamata, bahkan
dilebihkan. Dan diniatkan sebagai shodaqoh dari penjual kacamata. Semoga Allah
yang mengembalikan pahala shodaqoh pada pedagang asongan tadi.
Bersambung.
No comments:
Post a Comment