Sebagai warga DIY, kiranya kami merasa paling
berkewajiban ( atau paling
berhak...?) untuk menikmati berbagai
wisata keindahan alam yang menjadi kekayaan Jogja ini. Maka berhubung week end
dengan formasi lengkap ( putriku mudik dari Bandung), kami putuskan pada Ahad,
tanggal 13 Oktober untuk pergi mengunjungi air terjun Sri Gethuk. Kebetulan
sulungku pernah 2 kali ke sana jadi beruntunglah ada pemandu wisata hehe..
Dari Yogyakarta menuju jalan Wonosari, setelah
sampai di Gading kami mengikuti jalan ke arah kiri (menuju Playen)., Sampai di
Playen, belok kanan arah kecamatan Paliyan. Sekitar 2 km, ketemu pertigaan lagi
dan belok kanan. Di sana akan bertemu dengan papan penunjuk arah menuju Sri
Gethuk.
Revo senang berada di salah satu habitatnya. |
Singkat cerita sampailah kami di lokasi setelah melewati perkebunan jati yang agaknya mengering di ujung musim kemarau ini. Desa Bleleran relatif hijau untuk kawasan Gunung Kidul yang biasanya dikenal sebagai daerah kapur yang kesulitan untuk mendapatkan air. Ada petak-petak sawah dengan bulir padi yang bernas, subhanallah.
Memasuki lokasi, ada tempat parkir resmi cukup luas yang
sepertinya barusan jadi. Oleh para tukang parkir kami diarahkan untuk parkir
lebih ke dekat pintu masuk, terimasih ya pak parkir...karena kami tidak perlu
jalan lebih jauh. Bukan masalah jalannya...tapi banyak debu di sekitar lokasi
parkir tersebut.
Dermaga tempat berangkat menyisir sungai dengan perahu |
Beli Tiket dulu, PP hanya 10 rb. |
Diantara air terjun kecil |
Sungai Oya, tempat curahan air terjun ini berair jernih kehijauan.
Dibendung sedikit di dekat lokasi naik perahu ini untuk mendapatkan ketinggian
air yang memungkinkan perahu beroperasi. Konon di sekitar air terjun, kedalaman
mencapai 15m. Hehe...saya kan tidak mengukurnya, jadi percaya saja dengan
keterangan pemandu. Memang jika berenang diwajibkan memakai pelampung.
Ada yang iseng berenang mengikuti perahu |
Air sungai Oya |
Perhatikan ada yang mau loncat dari tebing |
pengunjung menyemangati dan berayakan lompatan. Seru ya...tapi
aku tidak mau terlalu berbasah-basah, jadi hanya bermain air di atas bebatuan
saja.
Di lokasi juga ada yang berjualan, ada juga pedagang asongan.
Mereka menjajakan mie, gethuk, tiwul, gatot, nasi telur pecel dan tape. Ada
juga gorengan seharga Rp. 500 per buah. Memang harga makanan dan minuman di
sini relatif murah. Aku membeli beberapa naganan, misal bongko kacang merah
berbungkus daus pisang, hanya dihargai Rp. 500, Tape singkong Rp. 100, kacang kulit
goreng pasir hanya Rp. 6.000 sudah dalam bungkusan yang rata untuk serombongan.
Ada juga oleh-oleh gethuk goreng wingko muda yang berisi 5 buah seharga Rp.6.000.
Aku tidak menawar apapun barang yang dijajakan, karena sudah begitu murahnya.
Kulihat juga dijual gaplek dan aneka makanan olehan dri ketela seperti criping
dan manggleng.
Yang menarik adalah keramahan para pemandu dan para pedagang.
Keramahan khas penduduk desa. Semoga masih terus dipertahankan. O ya, ada juga
tawaran paket Out Bond yang mungkin perlu dicoba lain kali deh...
Di deretan para pedagang juga ada penawaran jasa pijat, jadi kalau
capek berjalan, bisa leyeh-leyeh sambil dipijat.
Fasilitas toilet dan kamar ganti juga ada, walaupun jumlah toilet
mungkin kurang memadai jika nanti berharap pengunjung lebih banyak lagi.
Lapak Makanan |
Begitulah hari ahad ini kami isi dengan memanjakan mata menikmati
keindahan wisata alami air terjun Sri Gethuk. Segarnya udara lembah dan
dinginnya air terjun menjadi penyeimbang cuaca yang panas. Semakin siang
pengunjung makin ramai. Setelah puas kamipun berpamitan pada air terjun,
kembali menaiki perahu dan bergegas pulang setelah mampir membeli beberapa
oleh-oleh.
Revo bermain air |
Di atas segalanya, Wisata alam ini menjadi pilihan menarik untuk
dikunjungi, karena jaraknya yang lumayan dekat dan juga cukup murah biayanya.
No comments:
Post a Comment