Teratai, menebar keindahan di Rawa Pening |
H-1 Ramadhan, datanglah padaku
seorang ibu dan putri kecilnya, membawa sekresek apel.
"Ibu, terimaksih semua
nasehatnya, alhamdulillah hubungan saya dengan suami, sekarang lebih baik. Saya
sudah menemukan kuncinya, memang saya harus mengalah dan bersabar, dan ternyata
semua menjadi berjalan lebih baik...sekali lagi terimakasih ibu..."
kulihat senyum manisnya, diantaranya matanya yang berkaca-kaca.
"Saya hanya bicara sedikit
saja, ibu yang telah melakukan usahanya, sejak semula saya yakin ibu bisa.
Alhamdulillah, semoga semua terus semakin membaik. Ibu teruskan apa yang sudah
ibu bina..." itu jawabku.
Aku memandangnya kepergiannya
dengan mata berembun.
Kuingat sekitar setengah tahun
yang lalu, suaminya yang datang berkonsultasi. Mereka telah pisah ranjang karena istri pulang ke rumah ortunya dalam konflik yang memuncak. Lalu aku
minta bertemu dengan istrinya. Suaminya ragu apakah istrinya mau. Aku
nasehatkan banyak hal pada suaminya tentang menjadi qowwan yang baik.
Beberapa minggu kemudian mereka
datang, sang istri hanya membisu menutup diri. Wajah manisnya dingin tanpa
ekspresi.
Apatis. Kurasakan seolah aku
gagal menembusnya. Aku hanya bisa doakan mereka, dan berharap sang suami mau
melakukan hasil diskusi kami.
Kuasa Allah yang menggerakkan
sang istri minta bertemu secara pribadi denganku, empat mata saja. tanpa
sepengetahuan suaminya. Dua kali kami bertemu, alhamdulillah.
Seolah ia telah menjadi saudaraku.
Bangkit semua potensi positifnya, menekan sifat negatifnya, yang berefek pada
hubungan lebih baik dengan suaminya. Kami berbincang, berbisik, tergelak dan
menangis bersama. Seperti kakak dan adik saja.
Kini, sekali lagi aku memandangi
sekresek buah apel ditanganku.
Rasa bahagia kubiarkan memenuhi
rongga dadaku. Bukan karena buah apel itu. Namun senang menyaksikan kembali utuhnya
sebuah keluarga.
Senang melihat kembali kesadaran
suami istri untuk meluruskan visi berkeluarga.
Senang mendengar bahwa mereka
menyadari dan belajar dari kesalahannya.
Senang menemukan bahwa konflik
dan masalah, bukanlah batu sandungan untuk meretakkan, namun sebuah alasan
untuk lebih merawat cinta.
Aku masih memandangi apel di
tanganku. Apel ini adalah kabar kebaikan.
Aku senang mendengar semua kabar
kebaikan. Berapa banyak pasangan bermasalah yang tak pernah datang lagi padaku
setelah masalahnya selesai.
Bukan buah tangan yang
kuharapkan, namun kabar kebaikan.
Sekedar sms : “Ibu, alhamdulillah
kami sudah baikan, akur kembali, bahagia dsb....”
Kabar kebaikan adalah ungkapan penghargaan pada proses konseling yang telah
dilakukan. Apel ini adalah simbol, yang
menjadi catatan bagiku bahwa langkah konseling kami sudah sebagaimana yang
seharusnya. Dan itu menjadi catatan untuk panduan langkah kasus serupa.
Kabar
kebaikan, adalah sungguh berharga bagi konselor sosial seperti kami.
Bagian dari energi untuk terus melakukan upaya merawat keluarga-keluarga,
karena selalu ada harapan...kabar kebaikan.
Dan menjadi pelajaran bagi kami,
untuk merawat cinta dan jiwa kami.
Senantiasa.
******
Buat GA ya, moga menang....
ReplyDeletemakasih Muhamad Alifianto. salam kenal.
Deletehmm, ikut senang baca postingan ini ^^, moga mereka tetap selalu bersama ya...
ReplyDeleteamin. senang setiap ada keluarga menemukan kebahagiaan.
DeleteMenabur pahala terus ya Mak Ida dengan membantu mereka yg membutuhkan seperti ini. Barakallah....
ReplyDeletemakasih mak Uniek, mau gabung yuu jadi konselor sosial?
DeleteMak Ida membuka konseling? pasti banyak cerita ya dari tiap kasusnya. Sukses Ga-nya
ReplyDeleteMakasih Heida, saking banyaknya sampai tdk selalu sempat mendokumentasikan.
Deletealhamdulillah, saya yang hanya mendengar cerita saja ikut senang bu mendengar kabar bahagia tersebut.. apalagi ibu sebagai konselornya.. :)
ReplyDeletesukses terus ya bu Ida..
Iya Utari, makasih ya udah berkunjung dan ikutan GA juga
DeleteKonflik dan masalah bukan penyebab sebuah keretakan..
ReplyDeleteEhmmm
Jadi ingat bidadari kecil saya, kalo bicara soal ini.. :)
salam buat bidadari kecilnya ya pak
Deletesebagai peningat aku juga nih mbak dalam berumah tangga
ReplyDeletemama Cal-Vin makasih sudah jalan-jalan ke setiap sudut rumahku...
Delete