(Mengembangkan
ketrampilan sosial pada anak)
“Mbaaah...mau kemana?’
“Ke pasar
mbak Azka...”
“Kok nggak
pakai sandal? Nanti kakinya kotor...!”
Sayup-sayup
kudengar percakapan putriku 3,5 tahun dengan seorang embah pedagang sayuran
yang sering melintas. Pagi hari dia memang suka duduk di teras sambil memainkan
bonekanya.
Putri
pertamaku Azka, adalah gadis cilik yang ceria dan ramah. Ia suka memanggil dan
menyapa orang yang dikenalnya maupun belum dikenalnya. Seolah tak punya segan
atau rasa takut.
Bangga dan
bersyukur melihatnya. Pernah ada bunda yang bertanya, bagaimana menjadikan si
kecil begitu ‘gaul’ ?
Memang saya melihat ada beberapa anak yang nampak pemalu, takut atau menarik diri dari orang. Saya mencoba mengingat, apa saja yang telah saya ajarkan pada anak? Hmm sepertinya biasa saja ya...
Begini, seringkali
anak hanya meniru orang tuanya, maka jika anda ingin menjadikan anak memiliki
ketrampilan sosial, mulailah dengan mencontohkan. Iya...anak melihat, mendengar
dan merekam dalam fikiran dan hatinya, bagaimana orang-orang dekatnya
berkomunikasi.
Apakah mudah
bagi kita untuk tersenyum dan menyapa seorang yang sudah kita kenal maupun
belum, apakah mudah bagi kita untuk bergembira, tertawa atau peduli pada
sesuatu yang terjadi di sekitar kita.
Ah, anak
hanya melihat, merekam,dan membuat kesimpulan, kemudian mempraktekkannya.
Hubungan
antara orang terdekat seperti antara ayah dan bunda, antara orang tua dan anak,
dengan pembantu atau dengan nenek...terjadi dan dilihat setiap hari. Bahasa
verbal punya waktunya sendiri, namun bahasa non verbal, mengalir 24 jam tanpa
bisa terhenti.
So,
prinsipnya adalah keteladanan alias contoh ya bunda.
Yang kedua,
tambahkan ketrampilan yang lebih khusus misal menerima tamu, bertamu,
menghadiri pertemuan, menengok orang sakit atau bergabung dengan teman sebaya.
Kadang saya
melihat kejadian nggak enak, orang tua yang memarahi anak di depan tamu-tamunya
karena dianggap berbuat tidak sopan. Hmm padahal bisa jadi orang tuanya yang
belum mengajarkan pada anaknya. Orang tua yang saya saksikan itu, tersenyum
kepada kami dan mempersilahkan menikmati hidangan, sementara ia mendelik kejam
kepada putra kecilnya yang ingin ikut mencomot suguhan bersama kami.
Saat bermain
bersama anak, kita bisa mengajak anak bermain peran. Tamu-tamuan misalnya.
Bagaimana jika menjadi tuan rumah, bagaimana jika menjadi tamu, orang tua dan
anak bergantian bermain. Pakailah alat peraga tea set mainan atau makanan dan
minuman sungguhan juga oke...
Jika kita
memang berencana memiliki acara di rumah, sampaikan pada putra kecil kita.
“Besok, Mama
ada tamu arisan. Yang datang banyak, mungkin ada 10 orang. Coba kamu hitung
pakai jari...1..2...3...” anak akan senang terlibat dan mempersiapkan mental.
“Kalau tamu
mama datang, adik sudah mandi, sudah rapi, sudah wangi terus senyum-senyum sama
mama ya, salim dengan tamu-tamu....bilang selamat datang tante...”
Anak akan
senang diajak praktek gladi resik hihi...
Demikian
pula saat menghadiri pesta ulang tahun teman kecilnya. Berikan prolog bagaimana
ia akan berlaku nanti di sana. Tak jarang si kecil tidak mau memberikan kadonya
dan justru membukanya di depan yang berulang tahun. Ada kejadian tamu kecil
menangis ingin membawa puang kado dari tamu kecil lain...waah memang betul anak
balita ya.
Saya
biasanya melibatkan anak dalam memilih hadiah. Bahkan ia juga diajak memilih
hadiah untuk dirinya sendiri, sehingga keduanya dibungkus sama. Sebelum ia
berangkat, sudah diberikan hadiah untuknya dan disimpan di rumah. So dengan
bangga dan rela ia memberikan hadiah untuk temannya.
Sejalan
dengan perkembangan usia, ia tak lagi harus diperlakukan demikian.
Demikian ya
bunda, membantu anak-anak kita untuk memiliki ketrampilan sosial, mudah
berteman dan bergaul dengan sopan santun. Semua bermula dari bagaimana kita
melakukannya pada anak kita dan orang-orang di sekitar kita. Sulit menuntut
anak untuk gaul dan sopan jika orang tua tak juga melakukannya.
Khusus anda
yang punya balita, info menarik di sini.
Pas masih kecil berarti saya bukan termasuk anak gaul Mak, hahaha. Saya itu pemalu. Jangankan menyapa, mengangkat telepon saja takut. Pokoknya sebisa mungkin mendekam di dalam rumah deh. Alhasil saya nggak punya banyak teman.
ReplyDeleteTapi sifat saya yang kayak itu bukan didikan orangtua saya lho. Memang, ortu jarang membawa teman-teman mereka buat berkunjung ke rumah. Tapi adik saya punya banyak teman sedari dia kecil.
Saya pikir, sifat gaul atau nggak itu memang pembawaan saja pas seseorang masih kecil. Nanti kalau sudah dewasa ya bisa hilang dengan sendirinya kok. Menurut saya, proses pengembangan kepribadian seseorang itu nggak ada sebab-akibat yang pasti. Gimana ya? Mungkin anak bersifat gaul atau tidak itu karena tergantung apakah dia nyaman atau tidak bersikap demikian.
Makasih kunjungan dan komennya. Pengalamannya berharga banget buat tambahan wawasan...
DeleteAlhamdulillah didikan ibu saya membuat saya mudah bergaul, karena sering diajak langsung melihat dunia luar dengan door to door ke rumah pasiennya. Waktu ibu saya sebagai mantri keliling dengan jadwal yang padat.
DeleteBegitu juga ketika berteman. Dari segala kalangan saya mudah bergaul karena kami dari keluarga menengah jadi bisa membaur dengan kalangan mananpun. Apalagi ajaran dari ibu yang begitu membekas, bagaimana bersopan santun dan berempati pada orang lain. Selalu ditanamkan sikap moral yang baik pula. Sayangnya saat ini sulit diterapkan pada anak anak sekarang, Orang tua sekarang harus ekstra perhatian dan telaten menenamkan sikap yang baik kepada buah hatinya.
Postingannya bagus saya suka mak, salam kenal ya..
salam kenal mak Astutiana...senang ya jika bisa merasakan manfaat didikan orang tua.....semoga kita bisa sukses mewariskan sunnah kebaikan untuk buah hati kita dan anak-anak umat islam amiin
DeleteSemua anakku ga gaul, mak. Kayaknya krn bawaan sih, krn otunya juga pendiam hehehhe
ReplyDeleteSubhanallah...namanya rejeki mak, alhamdulillah
Deletesalam kenal Mak :)
ReplyDeleteanakku 3, yang pertama pendiam n lebih suka menyendiri, yang kedua aktif dan senang bersosialisasi, yang ketiga sedang2 saja.
ternyata punya 3 anak, juga ada 3, karakter ya
Salam kenal mak Ninik...cetakannya sama, didikannya sama, kadang sifat yang muncul beda ya mak. Itu uniknya manusia
Deleteberarti saya termasuk anak gaul dong Mak.. hehehe... tapi kadang minder jua soalnya sering dikacangin sama yg disapa.. hiks.. akhirnya terbawa sampai sekarang, saya jadi jarang nyapa karna waktu kecil sering dikacangin... :(
ReplyDeletewaduuh jangan diterusin ya mak...hihi kan udah tahu teorinya...
DeleteTapi kadang punya dua anak prilaku nya jauh berbeda itu kenapa ya mak, yang satu ramah sama siapa aja, satunya pemalu
ReplyDeleteada faktor bawaan mak, yang insya allah masih bisa dirubah dengan pembiasaan dan pendidikan.Smg dimudahkan ya mak
DeleteOrangtua dan anak itu ibarat cermin, ya, Mak. TFS :)
ReplyDeleteiya mak Sary. seringkali anak yang melakukan kekerasan di sekolah, ketika orang tuanya dipanggil, ternyata orang tuanya jauh lebih keras.
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete