Ahad kemarin
saya menghadiri pembekalan orang tua siswa kelas 3 SMP yang akan menempuh
ujian.
Ada seorang
ibu yang bertanya, kemana anaknya akan disekolahkan. Anaknya menderita buta
warna, padahal ia ingin masuk SMK. Diskusi berlanjut hingga ke topik profesi
apa yang akan dipilih seorang anak nantinya.
Ada pertanyaan
besar tentang mau jadi apa anak kita? Atau mau kita jadikan apa anak kita.
Pembicara
mencontohkan dengan jenaka dialog orang tua anak.
“Nak besok
ambil IPA saja ya...biar bisa ambil kedokteran...” kata si orang tua.
“Nggak mau
mah, aku mau masuk IPS saja, aku kan pengin jadi diplomat....” kata si anak.
“Kalau
begitu besok cari suami dokter ya...biar tetap jadi bu dokter...” kata si orang
tua nggak mau kalah.
Haha... kami
serentak tertawa mendengar lelucon itu.
Perdebatan orang tua anak tentang sekolah mana yang akan diambil atau jurusan apa, selalu terjadi setiap tahun, terutama menjelang tahun ajaran baru.
Aku tertawa
karena hal itu pernah terjadi padaku saat si sulung akan penjurusan dan si
nomer 2 akan masuk SMA.
“Ambil IPA
saja Kak, biar ada anak Umi yang jadi dokter...” kataku
“Ah Umi, kan
aku pengin jadi fotografer. Umi jangan bikin aku bingung dengan cita-citaku...”
“Lho kan
kalau ada dokter di rumah kita, pastinya sangat bermanfaat...kalau gitu besok
kamu saja ya Ja, yang jadi dokter ” kataku, beralih pada si nomer 2 yang baru
masuk SMA.
“Enggak aku
mau...aku juga ambil IPS... ”kata si nomer 2.
Hiks...aku
berlagak manyun.
“Nanti kita
cari suami dokter saja ya Ja...gak usah repot-repot kuliah kedokteran...haha”
kata si nomer satu pada adiknya. “Jadi Umi tetap punya menantu dokter...!” selorohnya.
Meledaklah tawa
kami dengan lelucon itu. Begitulah si nomer satu mengambil jurusan fotografi
dan si nomer 2 mengambil Sastra Inggris,
Sekarang si
nomer 3 juga mau masuk PT. Dulu dia pernah ingin jadi dokter, tentu saja aku
senang. Tapi kemarin jadi ragu, khawatir tidak keterima kalau melalui jalur
SNMPTN. Lalu ia beralih ke jurusan statistik, karena ia juga suka juga jurusan
tersebut.
Saat kutanya jadinya ia mengisi apa untuk jalur SNMPTN, ia menjawab
mengambil statistik di dua kampus yang berbeda.
So, apakah
aku kecewa?
Tidak, aku
doakan kebaikan untuknya.
“Di manapun
jurusan yang kamu suka, umi doakan kamu mendapatkan. Yang penting jadilah anak
sholih yang bermanfaat untuk umat...” kataku.
“Ya mi,
ntar kalau gak tembus, SBMPTN aku ambil kedokteran kok....”
Horee...!
Halah!
Itu episode
si nomer 3.
Sekarang yang
nomer 5, lulus SD tahun ini. Saat membuat biodata untuk buku kenangan, ia
menuliskan cita-citanya menjadi pemain sepakbola.
“Kenapa Bang
kok pengin jadi pemain sepakbola?’
“Dari pada
nggak mengisi apapun...kan aku masih bingung...”
Oo begitu
ya. Aku jadi ingat orang tua siswa teman sekelasnya yang kemarin menghawatirkan
anaknya. Si anak menuliskan cita-cita menjadi pemain sepak bola.
“Saya jadi
diskusi serius bu, saya katakan pada dia kalau SMP tempat dia sekolah nantinya itu
arahnya untuk menjadi ulama yang cendekiawan dan cendekiawan yang ulama, bukan
pemain sepakbola. Kalau mau jadi pemain sepakbola harusnya ia saya masukkan di
sekolah bola...”
“Bu, nggak
usah serius amat. Anak lulusan SD masih bisa berubah...terus saja bawa dia ke
wawasan yang lebih luas, nantinya dia akan tahu bidang yang tepat untuknya...”
itu pesanku waktu itu.
Makanya saat
membaca cita-cita anakku, aku hanya tersenyum saja. Mungkin semua teman
lelakinya menulis menjadi pemain bola.....
“Kamu masih
punya waktu panjang Bang, untuk memikirkan akan jadi apa kelak...”
Begitu saja
komentarku.
"Iya Mi..."
"Iya Mi..."
Anak-anak saya ko ngga pd tau pengen jd apa, baru yg paling gede yg sudah menjatuhkan pilihan kuliah di bidang mode oktober nanti, inshaAllah. Yg umur 14 dan 13 masih geleng2 kepala, apalagi yg 9 thn hehe
ReplyDeleteApapun pilihan anak-anak, saya mah mendukung saja, asal dijalani dengan tekun.
Saya mah pengen punya menantu yg muslim yg bener2 muslimnya bukan masuk islam krn biar bisa menikahi anak gadis saya :)
iya nengwie...biarlah anak-anak menyerap banyak hal sebelum menjatuhkan pilihan hidup. Kita hanya bertugas melimpahinya dengan petunjuk kebaikan. semoga dapat menantu yang solih mak...
Deleteiya ya mba, kita sebagai orangtua, harus bisa memberi support kepada anak, apapun pilihan anak.
ReplyDeletemakasih kunjungannya santi dewi. setuju banget selama itu adalah jalan kebaikan.
Deletemak.. jadi terharu bacanya,
ReplyDeletedulu aku dipaksa sama ibu buat nurut di sekolah yg dia pilih
aku gamau tapi aku harus nurut
akhirnya aku gak nyesel, karena ibu mengarahkan yg terbaik buat anaknya :)
kalo sempet boleh mak, baca curhat aku tentang ini
http://semuaccara.blogspot.com/2014/04/ikhlaskan-masa-depan-dan-pilihan.html
oke, aku berkunjung balik mak. makasih ya sudah main ke blogku
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteumi ida *semoga gak di protes kakak revo ikutan panggil umi*
ReplyDeleteaku malah cita2ku ganti2 dulu waktu kecil. nah aku suka tuh ortu yg gek memaksakan harus jurusan ini, harus cita2 ini..setidaknya kan anak jadi bisa mengembangkan apa yang disukai gitu kan ya umi...
salam saya umi :)
Iya Chela, selamat ya udah menang indonesia hebat...hihi syukurannya ditunggu nih bu guru...
Deletesayapun bebaskan apa yang mereka inginkan Bu..Biar semangat belajarnya kalau keinginan sendiri
ReplyDeletesiip tut wuri handayani mak
Deletekadang anak-anak SD itu juga menyebutkan cita-citanya sesuai yang dia tahu ya mbak bukan sesuai keinginan dan nantiny asuka berubah-ubah
ReplyDeletebetul banget mak lidya. pengalaman pribadi kita juga ya...
DeleteAnakku yang kecil pengen jadi spiderman lho Mak Ida. Duuuh... :))
ReplyDeletehaha memang para pahlawan super menginspirasi ya. waktu si nomer 5 masih 4 tahun, kebanyakan nonton natgeo malah pengin jadi singa besar...
DeleteHahahaha, serius. Saya tertawa sndiri baca postingan ini.
ReplyDeleteTerus, Ibu udah dapat tanda2 bakal dapat calon menantu Dokter belon?. :D
haha lha kalau kuliah di ISI mana ada dokternya...adanya dokter kartun Idah...
Deletewaktu kecil aku aja sempat bingung mau jadi apa mak,,,pengen jadi dokter juga, terus pengen jadi guru, jadi pegawai bank, pokoknya berubah-ubah,,eh skrang pengen punya usaha sendiri biar bisa jaga harta suami dan anak2 kelak :)
ReplyDeletelha...semua orang sepertinya juga begitu mak...berubah sesuai perjalanan hidup.
Deletegara2 baca ini jadi penasaran juga sama cita2 anak saya. barusan saya tanya dan jawabannya: mau jadi penjual pulsa!
ReplyDeletehaha begitulah lucunya anak-anak mak ...cita2 akan berubah terus kok.
Delete