Pages

Thursday, May 1, 2014

Istri Untuk Suamiku


Aku memandang perempuan itu. Wajahnya kemerahan tertunduk malu. Kedua orang tuanya duduk di sisinya. Sebelah menyebelah.

Di atas karpet merah berbunga, suamiku memberi isyarat padaku untuk menyampaikan maksud kedatangan kami.

Aku mengambil nafas dan bicara dengan terbata-bata.

“Bapak ibu yang kami hormati, kedatangan kami di sini sebagaimana sudah diketahui, bermaksud untuk melamar putri bapak ibu, untuk menjadi istri dari suami saya....”

Kutatap wajah kemerahan yang tertunduk dalam itu. Aneh, aku tak merasakan cemburu. Sedikitpun.

Aku membuat penilaianku sendiri. Perempuan atau gadis itu masih muda. Mungkin belum ada tigapuluh. Ia juga tidak terlalu cantik.




Aku yakin pada usia mudaku dulu aku lebih cantik dari dia. Heran, mengapa suamiku memilihnya. Dan mengapa pula ia mau menerima suamiku.

Setelah basa-basi resmi itu, kami sibuk dengan mempersiapkan jamuan makan. Perempuan itu menunjukkan daftar menu kue untuk hantaran dan sebagainya dan meminta pertimbangan padaku. Aku menyerahkan sepenuhnya pada pilihannya. Bukankah ia yang sedang menjadi ratu?

Suamiku membongkar bawaan dan mulai membakar sate. Seperti yang biasa dilakukannya di rumah saat kami bersantai bersama anak-anak di halaman belakang.

Aku minta ijin mandi. Dan mulailah kuguyur pikiranku. Kuguyur  sekujur tubuh. Aku mempertanyakan perasaanku sendiri. Seperti inikah yang dialami para perempuan yang melakukan poligami dengan kesadaran mereka. Tak ada rasa cemburu menyelip, walaupun cintaku pada suamiku tak kuragukan. Aneh.

Kuingat episode ini. Semua berawal dari saat suamiku mengajakku berkendara. Kami pergi berdua saja tanpa anak-anak. Menyusuri jalan desa yang tak kukenali. Hingga mendaki ke pegunungan.

Sepanjang jalan kami mengobrol apa saja, kecuali tujuan perjalanan kami. Anehnya seolah aku mengerti saja hendak ke mana. Seolah aku sudah pernah melewati jalanan itu.

Mobil berhenti di sebuah rumah tingkat dua lantai yang dikelilingi tanah pertanian. Rumah yang berbeda dan menonjol dibanding dengan rumah-rumah sederhana di sekitarnya. Rumah itu bercat kuning gading dan coklat muda.

Kulihat penghuninya sedang bersiap-siap menyambut kedatangan kami. Beberapa tetangga juga terlibat kesibukan yang tidak mencolok. Mereka mempersilahkan kami masuk, dan terjadilah akad lamaran itu.

“Byur...” aku tersadar dari lamunanku. Dan kudapati ternyata aku mandi dalam keadaan masih berpakaian lengkap. Basah kuyup bajuku hingga ujung kaki.
Aku meminjam baju daster batik panjang pada perempuan itu.

Ternyata hari itu juga akad nikah dan renik-renik pesta. Aku berada di sana dan seolah tak terlihat. Tak ada yang menanyaiku dan tak ada yang mengerti posisiku.
Kulihat suamiku yang tersenyum bahagia. Dan beberapa kali melirikku, seolah menghawatirkan perasaanku.

Tapi aku tetap saja tawar. Tak ada rasa benci atau cemburu.
Bahkan aku sendiri menghawatirkan warna hatiku. Apakah aku memang berhati malaikat, atau aku telah kehilangan kewarasanku?

Ternyata memang benar, ada kondisi demikian. Perempuan yang melamarkan istri untuk suaminya dengan penuh kerelaan dan tanpa paksaan. Dan aku salah satunya.

Hmm apakah aku harus bersyukur atau sedih. Aku tak tahu.
Aku jatuh tertidur dalam kegamanganku.
Tidur yang nyenyak dan dalam.

“Kriiing...kriiiing...”

Ada suara alarm keras menjerit. Aku terjaga dan suamiku meloncat dari tempat tidur, menuju ke arah HP-nya dan mematikan alarm.
Aku melirik jam di dinding, 03.30. Sudah pagi rupanya.

Kulihat suamiku berjalan mengambil air wudhu.
Aku bangkit dari cover bed pink merah marun yang lembut, dalam keadaan sedikit bingung dan mencerna.

Suara air berdebur dari kamar mandi. Suamiku tentu menggosok gigi dan berwudhu. Ini kamarku, dengan korden warna hijau kombinasi kuning yang rapi.

Ini tempat tidurku, berseprei bunga-bunga hijau yang cerah. Kuambil remot Ac dan mematikannya, saat kurasakan hawa dingin menyapa kulitku. Aku betul-betul telah terjaga di kamarku sendiri.

Jadi...jadi...semua itu hanya mimpi?

Aku bergegas bangkit dan berwudhu, membentangkan sajadah di belakang suamiku. Melihat silhuet tubuhnya yang telah berisi dan rambutnya yang cepak dengan sedikit uban. Saat ia menoleh mengucap salam, aku mencium tangannya dan meminta maaf dalam hati.

Mengapa masih saja ada mimpi yang demikian dalam tidurku. Apakah itu cerminan alam bawah sadar? Apakah belum cukup komitmen dan kesetiaannya dengan menulis buku ini?


Dan aku tak menceritakan mimpi yang sedemikian nyata ini, pada suamiku.

Jogjakarta, 1 Mei 2014

Buat yang terhibur dan deg-degan dengan postingan ini, bantu artikel ini  klik.
Bersyukur jika mau sedekah komen dalam postingan tersebut.

113 comments:

  1. untung cuma mimpi ya mak...alhamdulillah..nahan nafas bacanya hehe

    ReplyDelete
  2. Deg degan bacanya iiih. kirain beneran >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mak kandi...saya yang mengalaminya juga deg-degan...jadi kutulis biar tambah banyak yang deg-degan....

      Delete
  3. subhaanallaah. mimpi yg bikin degdegan ya, Mak. btw... mau pesan bukunya juga ya Mak :) atau sudah ada di gramedia ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di Garmed harusnya ada mak, jika tidak bisa pesan saya japri yang inbox.

      Delete
  4. iih mak Ida bikin dag dig dug bacanya ;)

    ReplyDelete
  5. Deg-degan bacanyaaaa... kirain beneran maak. Ternyata mimpi. he..he..syukurlah:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmm ternyata banyak yang ikutan bersyukur...horeee banyak temanku

      Delete
  6. sempet kaget juga sih bu', walaupun saya laki2 dan saya juga belum ngerasain menikah. tapi saya bisa ngambarin dengan pacaran. tapi nice blogging bu..
    oh iaa bu, mampir juga yh bu' diblog kecilan saya di http://belitungsharing*blogspot*com/ biar kita bisa saling tukar pikiran. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. okee meluncurr makasih sudah mampir ya

      Delete
    2. sudah berkunjung...waah keren banget jamban blogger.

      Delete
  7. hadewww... bacanya nyeri-nyeri hati, mbak. Semoga gak kejadian beneran ya...hehehehe...

    ReplyDelete
  8. mak idaaaaaaaaaaaa....... mak ida bikin aku mbrebes mili......tulisannya buagus sangattttttttt.. sangaaattt bagusss

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih Icha...semoga suamimu kelak menjadikan dirimu satu-satunya amiin

      Delete
  9. wew....aku pikir beneran mak ida......aih...bikin kaget saja...

    ReplyDelete
  10. Replies
    1. kayaknya para buruh demonya pindah sini deh....

      Delete
  11. Waaahh terhanyut sayaa...tolongin doong maak....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mak Rianaa...kulempar pelampung nih...makasih udah berkunjung

      Delete
  12. Duhhh...
    Saya sesak napas bacanya. Kekhawatiran memang biasa terbawa ke dalam mimpi ya Bu.
    Semoga itu hanya tetap di dalam mimpi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin semoga semua yang membaca ini hanya mimpi saja situasi itu....

      Delete
  13. ketipu,keaduk..aduk emosi.ceritanya keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduuh maaf ya Harie.....makasih udah berkunjung.

      Delete
  14. aduh, mata udah berkaca-kaca dan hati berdebar gak karuan aja, mak. saya jadi bayangin wajah, suara dan senyum mak ida.. untunglah hanya mimpi....

    ReplyDelete
    Replies
    1. mak Sary...aku padamu...sesama emak dari keluarga besar...makasih sudah berempati untukku. tapi beneran itu mimpi semalam.

      Delete
  15. Duuh, sepnjang baca udah ngira2 yg gak2, Pak Cah kan terkenal sbg "konsultan" sekaligus penulis2 buku2 ttg munakahat ya, ko , ko..
    Ahaha, berhasil dibawa emosinya sama Mak Ida nih, alhamdulillah cuma mimpi :)
    Salam kenal Mak, kita kemarin pernah ketemu pas acara Srikandi KEB, lupa ga minta foto bareng, hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal ika...iya semoga kita ketemu lagi ya....

      Delete
  16. Waaaahhh... saya kira Mak Ida sedang ikut MFFnya Mak Cara.. eh tapi ini kan kamis ya.. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku belum pd mau ikutan MFF mak cara....eh ini bukan fiktif lho, beneran mimpiku

      Delete
  17. Aku pikir ini kisah nyata mak *_* , alhamdulillah hny mimpi...

    ReplyDelete
  18. kirim ke femina maak, bagus banget buat cerpen :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya Femina gak mau ada warna poligami mak...

      Delete
  19. Bengong2 gajelas gitu baca critanya. Aiiiih sukurlah cuma mimpi xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha gak jelas ya...namanya mimpi, pastinya membingungkan. sebenarnya mimpinya panjang lebar, tapi saya ringkas saja mak, sebagian fakta mimpi saya hilangkan

      Delete
  20. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  21. Duduh, pikiranku kosong mbak, pas di bagian mbak melamar.
    Kalo mbak begitu nanti aku bisa2 dituntut agar begitu dong...:( Syukurlah cuma mimpi. :')

    ReplyDelete
  22. kaget mba... saya kira beneran, gak taunya mimpi hehehe...

    ReplyDelete
  23. Ikutan bengong...syukurlah cumi...gak kebayang ah kalau saya di posisi melamar buat suami..gak kuku..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin memang ada ma Ety...para perempuan berhati malaikat itu

      Delete
  24. Bune......mimpi yg pernah aku alami juga

    ReplyDelete
  25. sigh..., akhirnya, cuma mimpi :). tapi di dunia nyata, apa Mak pernah berpikiran untuk itu? beberapa kasus yg aku tahu, justru saat suami tidak berkeinginan poligami sama sekali, malah istrinya yang menganjurkan. hehehe, cuma ingin tahu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enggak haha....cuma kadang mewawancarai istri yg berbuat demikian

      Delete
  26. wadauh bu ida... kirain beneran... dag dig dug

    ReplyDelete
  27. saya percaya, ada wanita-wanita seperti itu, mungkin nampaknya aneh bagi sebagian kita, tapi dunia kan penuh warna?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang ada, dan saya berjumpa dengan tiga orang wanita berhati malaikat itu

      Delete
  28. aduh mak, jujur saya dag dig dug bacanya, selalu takjub para perempuan yang mau dan siap dipoligami. Ibu saya sempat di poligami, meski kemudian Bapak (alm) menceraikan kembali isteri mudanya tidak lama stlh memiliki anak. Saya memiliki satu saudara tiri yang tak pernah saya pahami sebagai saudara tiri karena sejak kecil Ibu saya yang mengurus. Mantan madu Ibu, sudah bermah tangga dan memiliki keluarga sendiri. Saat Ibu di madu saya belum ada. Tapi menurut kakak sulung saya (perempuan), Ibu saya yang penurut, lugu dan polos itu pulang ke rumah nenek saya untuk waktu yang lama. Sepengetahuan saya mengenal Bapak saya, Cintanya hanya untuk Ibu saya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Saya sendiri selalu khawatir dengan perasaan saya sendiri, apa makna dari rela di madu tanpa cemburu?apa artinya tidak ada lagi cinta di sana?
    eh kok jadi malah curhat yaa...
    Tapi saya suka sekali dg judul Bukunya: Bahagiakan diri dengan satu isteri...buat saya lelaki sejati adalah mereka yang mampu membahagiakan diri dengan satu isteri. salut :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih pengkayaannya mak Ophie....tentu ibuda pernah mengalami masa yang berat

      Delete
  29. Haduh... smg yang ini mimpi yg tak akan pernah jd kenyataan ya buu...nice story...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin mbak Tarti. allah sesuai persangkaan hambanya

      Delete
  30. Alhamdulillaaahhh.. happy ending ternyata mbaaakk.. senangnya itu hanya mimpi.. *nyeri yg tak melukai.. ^_^

    ReplyDelete
  31. Membaca paragraf2 awal serasa ikutan hambar. Hampir nangis :( Cukup 1 insyaallah ya Mb... Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mimpi yang seperti nyata. Dan saya mempertanyakan perasaan saya dalam mimpi...aneh ya

      Delete
  32. Masya Allah.. alhamdulillah hanya mimpi. Berdebar membacanya. Jangan-jangan mimpi itu sebuah pertanda mak?
    Ah.
    Ngomong apa aku ini.
    Lupakan mak Ida. *sungkem.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maak Ade...doakan kami menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah

      Delete
  33. Aduhh mbak, kok aku yg jd pingin marah n belain ya, walopun makin lama baca, makin ikutan rela dan pasrah, hee... SubhanAllah, betapa besar karunia Allah utk Mbak ya, seorang suami yg begitu tulus mencintai dan menghormati. Semoga makin langgeng sampe aki-nini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin , makasih doanya. Semoga demikian pula untukmu mak putu

      Delete
  34. Syukurlah mak Ida, cuma mimpi ternyata...

    ReplyDelete
  35. bacanya deg-dgean mbak, ALlhandulillah mimpi aja ya

    ReplyDelete
  36. Mak ida temenku ada lho yg beneran ngelamarin istri buat suaminya. Secara suaminya ini dokter obsgyn terkernal yg kemudian jatuh cinta sm pasiennya. Temenku ini sbg istri bukannya minta cerai tp malah ngelamarin dan nyiapin semua acara pesta plus kamar pengantin buat suaminya. Stlh si suami resmi nikah dgn istri kedua mrk ga punya anak lalu si istri kedua ini ngadopsi anak.stlh adopsi trnyt si anak ini malah kurang di urus. Berhubungan tmnku ini merasa kasihan sm si anak adopsi akhirnya tmnku jg yg ngurus anak itu...yg aku kagum kok ya temenku ini bisa jalanin semuanya itu pdhal dia jg dokter dan anak2nya jg udah pd jd dokter n secara finansial dia jg bs mandiri.tp dia malah milih jalan di madu dan hebatnya lagi bs ikhlas sprti itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang ada perempuan berhati malaikat ya mak Arifah...saluut. makasih telah berbagi

      Delete
  37. Hwaaa.. ternyata mimpi, Mak.. hihihi :')

    ReplyDelete
  38. setelah baca tulisan bu ida...apa komentar pak cah bu....

    ReplyDelete
  39. Tiba-tiba pas baca ini jadi teringat kisah ust Anis Matta :D gak bsa bayangin yah klo beneran terjadi mak ehhee :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi setiap orang menerima sesuai kesanggupannya.

      Delete
  40. astaga aku pikir ada istri semacam itu...
    :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang ada kok, saya bertemu dengan 3 perempuan berhati malaikat itu

      Delete
  41. walah mimpi ta,,tak pikir beneran :)

    ReplyDelete
  42. Serius kereeen, Ibuuu. Bacanya pelan, sambil menebak2. Masa iya, masa iya. . .

    Trnyata mimpi saudara2. :D

    ReplyDelete
  43. hyaaa, mimpinya serem banget, mak. taut kalo jadi nyata :') untung cuma mimpi

    ReplyDelete
    Replies
    1. eeh nggak serem kok, pas mimpi aku nggak takut haha

      Delete
  44. Ampuun mak, sempet tahan nafas lama bgt. Hehe . Bagus tulisannya. Salam kenal :)

    ReplyDelete
  45. aduuuh. deg2an bacanya.. tapi ternyata.oh ternyata

    ReplyDelete
  46. blog ini masuk 10 finalis..?? semoga masuk 3 besar ya Bu

    ReplyDelete
    Replies
    1. sudah selesai evennya mas Zaenal...dan tidak masuk alhamdulillah

      Delete
  47. Salam kenal Mb :)

    Saya juga deg deg kan bacanya Mb, ada memang yang seperti mimpi Mb, tapi sepertinya saya lebih siap seperti yang Pak Cah tulis: Bahagiakan diri dengan satu istri.

    Saya pernah hadir di acara "Wanderful Family" bersama ust. Yuswar di Palembang.

    Senang baca blog ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh alhamdulillah...senang mendengar kita pernah kopdar. makasih kunjungannya mak

      Delete
  48. Salam kenal mbak Ida, ternyata...hanya mimpi he he he

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah, bersyukur di akhir cerita, ternyata hanya mimpi. Kaget juga di awal2 baca, beneran nie, teringat Pak Cah nulis buku ttg satu istri...syukur2nya ternyata Bu Ida cuma mimpi...salam kenal bu,mohon doanya, smoga Allah karuniakan suami yang bahagia dengan 1 istri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah karuniakan untuk saudariku ini suami yang sholih dan setia dengan satu istri, amiin

      Delete
  50. Pak Cah sudah tahu berarti Bu, paling juga sdh baca tulisan ini :)
    Salam kenal Bu Ida, saya adik kelasnya di fakultas. **terpaut banyak tahun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe sudah baca cuma senyum-senyum saja. salam kenal. makasih sudah mampir///silahkan BW ke rumah maya saya.

      Delete
  51. Keikhlasan yang tulus, berani ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. perempuan menjadi berani karena kondisi, menjadi hebat karena ikhlas

      Delete
  52. Menarik..pembahasan yang tak akan pernah selesai ya bu..qodarulloh..Alhamdulillah saya memiliki buku tersebut..sayang tidak semua bisa berpikir seperti yang di tuliskan di buku tersebut..hehe..saya malah di cap masuk neraka dan kafir oleh salah seorang pak guru pendamba poligami..wkwkwk

    ReplyDelete
  53. Menarik..pembahasan yang tak akan pernah selesai ya bu..qodarulloh..Alhamdulillah saya memiliki buku tersebut..sayang tidak semua bisa berpikir seperti yang di tuliskan di buku tersebut..hehe..saya malah di cap masuk neraka dan kafir oleh salah seorang pak guru pendamba poligami..wkwkwk

    ReplyDelete
  54. Cara penyampaian dan promo bukunya apik banget, Mak Ida! Sukaaaaa deh! Tadinya sempat deg-degan, eh ternyata... Hehe. Semoga menjadi sebuah kisah yang menarik penuh manfaat dan mampu mengajarkan para suami untuk bisa bahagia dengan satu istri , ya, Mak Ida.

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih kunjungannya mak Al...taqobalallahu minna wa minkum

      Delete
  55. Salam kenal mak Ida, klo mau beli bukunya dimana ya? Apa ada di toko buku atau bisa beli online?

    ReplyDelete
    Replies
    1. buku ini sudah habis di pasaran. dan tidak cetak ulang. sekarang yang lagi naik daum seri wonderful

      Delete