Pages

Saturday, June 21, 2014

Kepraktisan Teknologi dan Kekeringan Sosial



Duluuu jaman saya kuliah, tiap bulan haruslah pulang untuk mengambil jatah bulanan.
Waktu itu tahun 80-an belum dikenal ATM, adanya wesel pos yang sedikit ribet.
Waktu kepulangan juga harus tanggal muda setelah bapak gajian. Begitulah ritme bulanan anak kos pada masa itu.
Sekarang, anak kos pegang ATM, jadinya tidak harus pulang tiap awal bulan. Bahkan yang enggak nge-kos.

“Pah uangku habis nih...”
“Iya papah kirim...”
"makasih ya Pah...'
Tet...tet...transfer via SMS banking, rekening si anak sudah terisi.Tak ada senyuman, tak ada jabat tangan.


Anakku pun demikian. Si no 1 dan no 2. Yang nge-kos atau yang tidak, kalau minta uang ke bapaknya dan via transfer. Saya merasa ada yang hilang dari interaksi saya sebagai orang tua.
Anehnya saya merindukan saat-saat anak merengek minta uang.

Kalau pagi, sebelum berangkat sekolah, si no 4 selalu menagih.
“Umi minta sangu...” lalu saya mengulurkan jatah hariannya.
“Makasih mi...” ia menyalami dan mencium tanganku untuk pamit.
Saya memesankan satu dua hal untuk bekal sekolahnya.

Atau si no 3 yang mendapat uang jatah setiap awal minggu. Kadang ditengah minggu ia minta uang tambahan untuk membeli bensin atau keperluan lainnya.

Atau si nomer 5 dan 6 yang mendapat jatah voucher untuk jajan di sekolahnya.
Peristiwa sederhana saja: mengulurkan uang, lalu si anak pamitan dan mencium tangan. Lalu saya mengusap kepalanya sambil mendoakan.

Hmm apakah saya orang kuno?
Tapi sungguh, nikmati saja saat anak-anak masih merengek minta uang. Kelak apabila mereka telah minta ditransfer atau bahkan bisa mencari uang sendiri...rasanya ada yang hilang.

Itulah yang saya sebut kekeringan sosial. Kekeringan kasih sayang.

6 comments:

  1. iyup bukan masalah keuangan sajaah, komunikasi juga sekarang memperlebar jaraaak. Mengucapkan ulangtahun lewat sms atau telepon masih terdengar suaranya...lah kalau enggak punya pulsa buat telepon...tulisan di timeline FB...heeeem...teknologi mengubah segalanya ya Mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak...masih pengin lebih sering interaksi dengan anak-anak. mungkin saya mulai tua dan satu anak kos saja merasa kehilangan...rupanya anak lebih siap meninggalkan rumah daripada orang tua yang ditinggalkan anak, rasanya nggak pernah siap

      Delete
  2. ada hape juga bisa bikin gitu
    padahal sebelahan, tapi asyik sama hapenya sendiri2

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat

      Delete
  3. Dan tiba-tiba membayangkan anak saya sudah kuliah dan ngekos hiks he he... Setelah punya anak sendiri (walau masih balita) rasanya baru mengerti beratnya orang tua saya dulu (terutama ayah) saat saya punya keinginan untuk kuliah di kota lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kita lebih memahami sikap orang tua saat sudah jadi orang tua

      Delete