Part 1.
"Isinya kok cuma surat-surat
saja?"
Ada seorang pembaca buku MAH yang
bertanya pada saya.
Ya, bukankah sejak awal saya sampaikan
bahwa buku MAH berisi 90 surat anak Palestina berumur 7-16 tahun. Tidak lebih.
"Saya mengira menemukan surat yang
heroik di sana " begitu lanjutnya.
Hmm.
Hmm.
Apakah anda mengharapkan seorang
penulis piawai yang mengarang buku itu?
Jika demikian jangan anda membelinya.
Saya pastikan anda akan kecewa.
Buku ini bukanlah karya seorang yang
pernah mengikuti training jurnalistik atau training kepenulisan. Bukan .
Bukan pula ditulis oleh penulis buku best seller. Bukan.
Credit |
Buku ini murni kumpulan tulisan tangan
anak-anak dari daerah konflik. (Bahkan sebagian ada coretannya). Suara hati
mereka, pendapat mereka tentang Yahudi dan juga harapan dan cita-cita dan
diterjemahkan. Itu saja.
Tak ada ulasan. Tak ada rekayasa.
Tapi tahukah anda?
Buku ini adalah catatan sejarah. Dokumentasi yang bahkan anak-anak Palestina itu tak memilikinya. Sebuah surat dari medan perang adalah harta berharga, dan ini 90 surat!
Bahkan dunia tak memilikinya.
Buku ini adalah catatan sejarah. Dokumentasi yang bahkan anak-anak Palestina itu tak memilikinya. Sebuah surat dari medan perang adalah harta berharga, dan ini 90 surat!
Bahkan dunia tak memilikinya.
Surat-surat itu didapatkan dengan
perjuangan pada tahun 2008. Betapa sulitnya bagaimana teman-teman menembus
blokade penjajah Israel, berinteraksi dengan para pemuda belia ini dan meminta
mereka menuliskan sesuatu.
Apakah itu bukan "sesuatu"
bagi anda?
Apakah surat-surat itu akan kita biarkan hilang bersama zaman?
Apakah surat-surat itu akan kita biarkan hilang bersama zaman?
Sementara setelah 6 tahun berselang,
mungkin sebagian penulis surat itu telah menemui syahid. Siapa tahu, karena
itulah bagian dari cita-cita mereka.
Anak-anak ini lahir dan tumbuh menjadi
saksi kekejian dan kebiadaban.
Tidakkah anda melihat bahwa perang dan
penindasan itu tak memadamkan semangat mereka untuk terus menghafal Al Qu'an
dan memiliki mimpi untuk menjadi sesuatu seperti dokter, arsitek, tentara, guru
atau ahli senjata.
Kematian demi kematian di depan mata
tak menakuti mereka menjadi pengecut. Bahkan memacu untuk mengikuti jejak para
syuhada.
Tidak. Saya tidak kecewa 'hanya membaca
surat-surat itu'. Saya bertekat terus menyebarluaskannya untuk menjadi bacaan
anak-anak kita.
Biarlah anak-anak Indonesia dan dunia
tahu, tak ada kamus televisi dan game dalam daftar mereka. Apalagi sekedar
makanan cepat saji, komik atau mainan mahal.
Semua bicara tentang konflik,
perjuangan dan rasa aman. Tentang rasa takut, gelisah dan lapar. Juga sakit,
dendam dan semangat juang.
Anda juga boleh memiliki sudut pandang
tentang buku MAH.
Saya pribadi tak akan melewatkan memiliki catatan sejarah ini. Sekalipun 'hanya' sekumpulan surat-surat.
Saya pribadi tak akan melewatkan memiliki catatan sejarah ini. Sekalipun 'hanya' sekumpulan surat-surat.
Apalagi jika dengannya, ada 'sedikit
rupiah" yang kita sisihkan untuk besarnya perjuangan mereka.
'Sedikit' karena hanya senilai
semangkuk bakso.
*************
Part 2
Tulisan diatas terlahir karena saya
terkejut dengan respon seorang pembaca buku MAH yang notabene juga teman saya.
Kok?
Begini ceritanya.
Pada awalnya saya posting di grup Wa
tentang Kesalahan Yang Membawa Berkah. Postingan tersebut ternyata
membawa respon luar biasa. Lalu saya susul dengan versi fb berjudul AirMata Putriku. Dan respon makin meluas.
Lalu saya thenger-thenger dengan
sekalimat sederhana respon seorang pembaca dari ratusan yang telah membeli
buku.
Mengapa ada sesuatu yang hilang.
Mengapa orang tidak menangis seperti saya atau putri saya saat membaca buku
itu?
Yah karena mendengar nama Palestina disebut
saja telah membuat hati saya mengharu biru. Apalagi membaca lembar demi lembar
tulisan anak-anak Palestina. Maka saya buat postingan di sini
sebagai jawaban cinta untuk teman yang berkomentar tadi. Subhanallah responnya
berubah 180 derajat. Dan inilah saya kutipkan sebagian chatnya dengan saya.
Karena kalimat-kalimat telah mengundang saya mewek lagi #halah.
Semoga seandainya kali pertama anda tak
merasakan sesuatu, dengan membaca postingan saya yang ini, anda dapat meraih
sesuatu yang hilang itu.
Berikut petikan chat setelah membaca
tulisan saya tentang “ Menghargai catatan Sejarah.”
“ Terimakasih mbak atas tausyiahnya di
pagi ini. Membaca tulisan mbak ini baru hatiku tersayat sayat. Air mataku
berderai derai dan limpahan doa pun kulantunkan untuk anak.anak Palestina yg
telah menemui syahidnya. Bismillah semoga pembaca yg lain tidak punya perasaan
yang sama dg saya ketika pertamakali membaca buku MAH.
Ulasan....itu juga penting mbak untuk bisa memahamkan kepada pembaca terhadap sebuah karya tulis, karena bisa jadi banyak pembaca yang kurang bisa memahami makna yg tersirat dari yang tersurat dalam tulisan itu.
Pertanyaan saya selanjutnya....sudah
pernahkah diadakan bedah buku untuk mengupas tuntas makna dan tujuan penulisan
buku ini?
Sudah terbayang olehku mbak dengan bedah buku MAH akan semakin banyak rupiah yang bisa kita kumpulkan untuk kemudian kita salurkan kepada saudara-saudara kita di Palestina agar bisa membantu mewujudkan mimpi anak- anak yang telah mereka torehkan dalam kumpulan surat-surat itu.
Pembaca akan merasakan sendiri nuansa
spiritual dan rasa perjuangannya untuk mendapatkan buku itu.... Betapa tidak
sebanding dengan tumpahan darah para mujahid yg telah menuliskan suratnya dalam
buku itu!
Betapa tidak sebanding pula dengan
usaha saudara-saudara kita dari KNRP yang telah dengan susah payah menembus
jalur Gaza untuk bisa menemui anak-anak itu sebelum mereka menemui
syahidnya
Betul saya sampai mewek mewek. Seperti
apa kata mbak Ida yang telah berkenan memperkenalkan buku ini. Maaf saya begitu
terbawa perasaan yang mengharu biru setelah tahu apa makna yang tersirat dari
yang tersurat dalam buku MAH. Setelah tahu juga apa visi misi yang diniatkan
dari peluncuran buku ini.”
Jadi bagaimana respon anda?
Air mata putriku saat membaca
surat-surat itu ada di sini.
Contoh isi surat ada di sini.
Buku Masihkan Ada Harapan Untuk Kami
bisa pesan Pre Order melalui twitter @lailacahyadi
hiks nggak tega lihat fotonya aku makkkk :"(
ReplyDeleteiya mak. Kepedihan masih terus ada di Palestina
ReplyDeleteFotonya sangat pedih mak..:(
ReplyDeletebanget mak. Palestina selalu mengundang air mata
DeleteFotonya sangat pedih mak..:(
ReplyDelete