Pages

Thursday, April 18, 2013

IBU DAN ANAK Oleh-oleh Umroh 2013 ( 4)



Beberapa kali aku mengamati fenomena menarik antara ibu dan anak saat di Masjidil Haram
Dalam rombongan kami ada beberapa orang yang mengantarkan orang tuanya berhaji. Ada seorang ibu sepuh usia 74 tahun yang diantar oleh dua anak laki-lakinya. Ibu ini selalu memakai kursi roda dan dua anaknya mendorongnya bergantian.

Ada juga mbak Aster  dari Ponorogo yang mengantar ibu dan ayahnya. Ada mbak Ira dari Medan yang juga membawa serta ibundanya. Ada mbak  Nesmi dan mas Zacky yang juga  berumroh bersama bundanya.
 Dan masih beberapa lagi yang saya tak bisa mengingat satu persatu, karena rombongan kami ber 100 orang.
Aku sendiri juga pergi bersama ibu dan anakku.
Beberapa teman duduk di masjid  juga merupakan pasangan ibu anak.
Tarkan sencer and her Mom
Aku sempat berkenalan dengan Sencer Tarkan dari Turki yang pergi bersama ibundanya. Ibundanya duduk di atas kursi roda. Mereka senang sekali ketika kufoto, bahkan  kami bertukar alamat FB. Kendala bahasa tak menghalangi komunikasi kami walaupun sebagian kami sambung dengan bahasa isyarat. Maklum aku tak bisa bahasa turki dan dia juga tak faham bahasa indonesia. Kami sama-sama sedikit mengerti bahasa Inggris.
Setibanya di tanah air, kukirimi Sencer Tarkan foto-fotonya, dan kami berteman di FB.



Mom and Sister of sleeping beauty




Sleeping beauty
Ada juga kejadian menarik dengan seorang ibu dan dua anak gadisnya dari Mesir. Putrinya yang besar sudah ABG belasan tahun, aku bertanya nama mereka, tapi aku tak bisa mengingat lagi lantaran banyaknya kenalan baru dari berbagai negara. Si adik kecil yang cantiknya masya Allah, berebut tidur di pangkuan uminya dengan sang kakak yang tak 

mau kalah. 
Dan ibunya sungguh sabar melerai pertengkaran anaknya di sela menanti sholat jamaah. Saat si kecil merengek, kami berusaha meredakan dengan menawarkan apa saja makanan yang kami punya. Ada yang mengeluarkan permen, dia terima dan dia lempar balik, membuat kami tergelak.  Aku menawarinya biskuit, ia mendorong biskuit itu menjauh.
Aku minta ijin memotret putrinya yang sedang marah. Rupanya ia tidak mau dipotret. Jadi ibunya menawariku memotret setelah se gadis kecil tidur.
Jadilah kudapat foto sleeping beauty. Aku lantas berfoto dengan sang kakak dan uminya juga.


Saat sholat di halaman, seorang gadis dari Bangladesh berangkat bersama ibunya. Kami duduk bersebelahan. Gadis ini sangat  manja. Ia tidur di pangkuan ibunya. Ibunya juga sangat menjaganya. Bahkan saat sholat sunat, ibunya melarang anaknya ikut sholat. Entah mungkin maksudnya agar si anak tidak capek.Kupotret dia dan kuberi beberapa permen. Gadis ini bernama Tesnie, rupanya jatuh hati padaku. Ia tidak mau diajak pindah, bahkan keberatan diajak pulang lantaran aku masih menunaikan sholat sunnat. Rupanya ia ingin berpamitan dulu padaku.
Yang kuingat gadis ini belum bisa tatacara sholat dengan benar. Padahal ibunya fasih membaca al-Qur’an. Entahlah  bagaimana pendidikan agama di Bangladesh.

Beberapa ibu muda membawa anak-anak yang masih bayi. Di shof belakangku duduk seorang anak laki2 yang cakep dan pintar. Aku minta ijin memotret di anak kecil. Ibunya perempuan mesir bercadar, ternyata adalah perempuan yang sangat cantik dan ramah.
Setelah kupotret dan kutunjukkan hasilnya pada  anak itu, ia rupanya menginginkan IPad-ku. Jadi kupinjami.
 Lama-lama aku jadi khawatir juga kalau ia mengubah banyak hal, lantaran Abdurrahman  si anak  yang cerdas dan tahu cara menghidupkan saat IPad ku lock sekalipun. Aku khawatir dataku akan kacau.
Semua kehabisan akal membujuk si Abdurahman yang terus membuka fitur-fitur dan bersorak kegirangan saat menemukan beberapa games.
“ Ada yang punya permen...?” tanyaku pada teman serombombongan.
“ Ini ada permen karet...” seorang teman menawariku.
Ragu-ragu kami menawari permen karet pada uminya Abdurrahman. Namun rupanya uminya tanggap. Ia panggil Abdurrahman dengan iming-iming permen karet. Rupanya Abdurahman menyukainya, jadi ia meninggalkan IPad dan asyik mengunyah  permen karet.
Kamipun bersegera menyimpannya sebelum ketahuan Abdurrahman.
Pelajaran bagiku untuk berhati-hati menggunakan peralatanku.

Abdurrahman and her Mom 

Tak cukup  huruf dan kata-kata untuk menggambarkan berbagai rasa yang kualami saat melihat fenomena ibu anak dalam berumroh. Kadang mengharukan dengan ibu yang sangat tua dan anak yang berbakti. Kadang menggelikan melihat ibu muda dengan anak-anak yang masih kecil. Kubilang menggelikan lantaran ada ibu yang menunaikan sholat sambil memegangi tali kekang yang dipasang di perut sang anak usia sekitar setahun yang maunya lari melulu. Jika ibu ini sudah tak sanggup menahan tali kekang, ia bangkit meninggalkan posisi sholat, menggendong sang anak dan kembali melanjutkan  sholat. Hal tersebut berulang beberapa kali. Ada-ada saja. Dan tentu aku tak sempat memotretnya lantara aku sendiri sedang sholat. Mereka ada di shof depanku dan aku harus memejamkan mata untuk membutakan diri dari kejadian yang menggelikan yang mungkin terjadi selanjutnya. Waah...


Me and my Mom
Aku berdoa untuk semua anak yang berbakti pada orang tuanya agar Allah menerima umroh mereka. Dan Untuk ibu muda yang bersusah payah mengajak umroh anaknya, agar anak-anaknya  menjadi anak sholih penyejuk mata.
Untuk anda yang di tanah air, yakinlah, berbakti pada orang tua akan melancarkan rizki anda termasuk  pergi berhaji dan umroh, insya Allah.
Amin.

No comments:

Post a Comment