Beberapa kali aku mengamati fenomena menarik antara ibu dan
anak saat di Masjidil Haram
Dalam rombongan kami ada beberapa orang yang mengantarkan
orang tuanya berhaji. Ada seorang ibu sepuh usia 74 tahun yang diantar oleh dua
anak laki-lakinya. Ibu ini selalu memakai kursi roda dan dua anaknya
mendorongnya bergantian.
Ada juga mbak Aster dari Ponorogo yang mengantar ibu dan ayahnya.
Ada mbak Ira dari Medan yang juga membawa serta ibundanya. Ada mbak Nesmi dan mas Zacky yang juga berumroh bersama bundanya.
Dan masih beberapa
lagi yang saya tak bisa mengingat satu persatu, karena rombongan kami ber 100
orang.
Aku sendiri juga pergi bersama ibu dan anakku.
Beberapa teman duduk di masjid juga merupakan pasangan ibu anak.
Tarkan sencer and her Mom |
Aku sempat berkenalan dengan Sencer Tarkan dari Turki yang
pergi bersama ibundanya. Ibundanya duduk di atas kursi roda. Mereka senang
sekali ketika kufoto, bahkan kami
bertukar alamat FB. Kendala bahasa tak menghalangi komunikasi kami walaupun
sebagian kami sambung dengan bahasa isyarat. Maklum aku tak bisa bahasa turki
dan dia juga tak faham bahasa indonesia. Kami sama-sama sedikit mengerti bahasa
Inggris.
Setibanya di tanah air, kukirimi Sencer Tarkan foto-fotonya,
dan kami berteman di FB.
Mom and Sister of sleeping beauty |
Sleeping beauty |
Ada juga kejadian menarik dengan seorang ibu dan dua anak
gadisnya dari Mesir. Putrinya yang besar sudah ABG belasan tahun, aku bertanya
nama mereka, tapi aku tak bisa mengingat lagi lantaran banyaknya kenalan baru
dari berbagai negara. Si adik kecil yang cantiknya masya Allah, berebut tidur
di pangkuan uminya dengan sang kakak yang tak
mau kalah.
Dan ibunya sungguh
sabar melerai pertengkaran anaknya di sela menanti sholat jamaah. Saat si kecil
merengek, kami berusaha meredakan dengan menawarkan apa saja makanan yang kami
punya. Ada yang mengeluarkan permen, dia terima dan dia lempar balik, membuat
kami tergelak. Aku menawarinya biskuit,
ia mendorong biskuit itu menjauh.
Aku minta ijin memotret putrinya yang sedang marah. Rupanya
ia tidak mau dipotret. Jadi ibunya menawariku memotret setelah se gadis kecil
tidur.
Jadilah kudapat foto sleeping beauty. Aku lantas berfoto
dengan sang kakak dan uminya juga.
Saat sholat di halaman, seorang gadis dari Bangladesh
berangkat bersama ibunya. Kami duduk bersebelahan. Gadis ini sangat manja. Ia tidur di pangkuan ibunya. Ibunya
juga sangat menjaganya. Bahkan saat sholat sunat, ibunya melarang anaknya ikut
sholat. Entah mungkin maksudnya agar si anak tidak capek.Kupotret dia dan
kuberi beberapa permen. Gadis ini bernama Tesnie, rupanya jatuh hati padaku. Ia
tidak mau diajak pindah, bahkan keberatan diajak pulang lantaran aku masih
menunaikan sholat sunnat. Rupanya ia ingin berpamitan dulu padaku.
Yang kuingat gadis ini belum bisa tatacara sholat dengan
benar. Padahal ibunya fasih membaca al-Qur’an. Entahlah bagaimana pendidikan agama di Bangladesh.
Beberapa ibu muda membawa anak-anak yang masih bayi. Di shof
belakangku duduk seorang anak laki2 yang cakep dan pintar. Aku minta ijin
memotret di anak kecil. Ibunya perempuan mesir bercadar, ternyata adalah
perempuan yang sangat cantik dan ramah.
Setelah kupotret dan kutunjukkan hasilnya pada anak itu, ia rupanya menginginkan IPad-ku.
Jadi kupinjami.
Lama-lama aku jadi
khawatir juga kalau ia mengubah banyak hal, lantaran Abdurrahman si anak yang cerdas dan tahu cara menghidupkan saat
IPad ku lock sekalipun. Aku khawatir dataku akan kacau.
Semua kehabisan akal membujuk si Abdurahman yang terus
membuka fitur-fitur dan bersorak kegirangan saat menemukan beberapa games.
“ Ada yang punya permen...?” tanyaku pada teman
serombombongan.
“ Ini ada permen karet...” seorang teman menawariku.
Ragu-ragu kami menawari permen karet pada uminya Abdurrahman.
Namun rupanya uminya tanggap. Ia panggil Abdurrahman dengan iming-iming permen
karet. Rupanya Abdurahman menyukainya, jadi ia meninggalkan IPad dan asyik
mengunyah permen karet.
Kamipun bersegera menyimpannya sebelum ketahuan Abdurrahman.
Pelajaran bagiku untuk berhati-hati menggunakan peralatanku.
Abdurrahman and her Mom |
Tak cukup huruf dan
kata-kata untuk menggambarkan berbagai rasa yang kualami saat melihat fenomena
ibu anak dalam berumroh. Kadang mengharukan dengan ibu yang sangat tua dan anak
yang berbakti. Kadang menggelikan melihat ibu muda dengan anak-anak yang masih
kecil. Kubilang menggelikan lantaran ada ibu yang menunaikan sholat sambil
memegangi tali kekang yang dipasang di perut sang anak usia sekitar setahun
yang maunya lari melulu. Jika ibu ini sudah tak sanggup menahan tali kekang, ia
bangkit meninggalkan posisi sholat, menggendong sang anak dan kembali melanjutkan sholat. Hal tersebut berulang beberapa kali.
Ada-ada saja. Dan tentu aku tak sempat memotretnya lantara aku sendiri sedang
sholat. Mereka ada di shof depanku dan aku harus memejamkan mata untuk
membutakan diri dari kejadian yang menggelikan yang mungkin terjadi
selanjutnya. Waah...
Me and my Mom |
Aku berdoa untuk semua anak yang berbakti pada orang tuanya
agar Allah menerima umroh mereka. Dan Untuk ibu muda yang bersusah payah mengajak umroh anaknya, agar anak-anaknya
menjadi anak sholih penyejuk mata.
Untuk anda yang di tanah air, yakinlah, berbakti pada orang
tua akan melancarkan rizki anda termasuk
pergi berhaji dan umroh, insya Allah.
Amin.
No comments:
Post a Comment