Pages

Monday, September 23, 2013

PERTENGKARAN KARENA ANAK SULIT MAKAN

Kasus 1

Ibu A dan bapak B menikah 7 tahun yang lalu. Punya seorang putri 5 tahun, duduk di sekolah TK. Masalah bagi bapak B, ibu A sangat perhatian  terhadap kesehatan putrinya. Ia memaksakan untuk putrinya harus minum 1 gelas air tiap 2 jam. Makan dengan jadwal dan jumlah gizi yang telah ia hitung. Akibatnya anaknya justru menolak makan dan minum. Sepanjang hari sejak si anak bangun hingga malam jam 22.00. ibu A disibukkan dengan memasukkan porsi makan yang ia inginkan. Seringkali si anak ngambek dan mogok makan minum. Akibatnya terjadi pertengkaran pada ibu anak dan merembet pada pertengkaran suami istri. Bahkan orang tua yang tinggal persis di sebelah rumahnya ikut campur tangan dan menjadi konflik menantu mertua. Ibu A disalahkan atas strokenya bapak mertua, dianggap pertengkaran suami istri itu yang memicu stroke sang kakek.
Bapak B datang pada saya setelah ibu A, pulang ke rumah orang tuanya tanpa ijin suaminya, setelah malam sebelumnya mereka bertengkar atas topik yang sama.



Ulasan :
Saya mencoba menggali riwayat pernikahan mereka dan masalah penting lain dari sisi bapak B. Ternyata dari cerita satu fihak, saya selalu sampai pada kesimpulan yang sama untuk setiap kasus pertengkaran dalam keluarga.
Yaitu bahwa tak ada yang mutlak salah dan tak ada yang mutlak benar.
Kedua belah fihak punya andil salah yang prosentasenya selalu bergeser dari waktu ke waktu. Kadang dalam satu pertengkaran, lebih banyak penyebabnya pada fihak istri. Lalu pada proses selanjutnya justru suami yang mengambil porsi kesalahan lebih banyak
Maka saya katakan kepada bapak B.
“ Karena yang datang kepada saya adalah bapak B, maka saya akan memulai dengan bapak. Bersediakah bapak bekerjasama untuk menyelesaikan masalah ini ?” Setelah bapak B menyetujui, maka saya sampaikan beberapa saran.
1. Sebagai seorang suami, saya ajak ia untuk menegakkan keqowaman dengan memberi ruang pada istrinya untuk membina diri. Difasilitasi untuk ikut pengjian dan beberapa seminar serta pelatihan pendidikan anak, agar istri lebih luas pengetahuan dan wawasannya. Ini adalah untuk kebaikan jangka panjang. Kalau ada dana juga berlangganan majalah atau tabloit yang terkait pembinaan diri dan pendidikan anak.
2. Memulai dengan memberi teladan dalam bersikap, berbicara dan mengambil keputusan. Lebih menunjukkan kasih sayang pada istri, karena istri yang dilimpahi cinta oleh suami, akan memiliki lebih banyak energi untuk mencintai anaknya. Sering mengajak istri dan anak untuk rekreasi sederhana seperti naik motor sore-sore nonton kereta api, atau silaturahmi ke rumah teman istri, agar istri lebih rileks menjalani kehidupan.
Saya juga mengarahkan beberapa sikapnya yang kurang tepat, yang sempat ia ceritakan, seperti saat menyuruh istrinya pulang ke rumah orang tuanya jika hanya mengajak bertengkar terus. Atau mengatakan jangan pernah lagi membuatkan teh pagi untuk suami jika tidak ikhlas. Saya minta ia meminta maaf dan menjemput istrinya dengan membawa oleh-oleh sederhana yang akan menyenangkan istrinya.
3. Saya minta ia mengajak istrinya untuk bertemu dengan saya. Menjadi bagian saya sementara ini untuk menasehati istrinya, pada saat istri sedang marah dan tidak mau lagi mendengarkan suaminya.
Bagian dia adalah berbuat baik dan membujuk istrinya untuk menemui saya. Nasehat dan arahan menjadi bagian saya.
Pada awalnya ia tidak yakin akan berhasil membawa istrinya menemui saya. Saya yakinkan bahwa keinginan kuat dari seorang suami untuk mempertahankan rumah tangga, dan doa serta munajat pada Allah, akan diberi jalan dan dimudahkan. Alhamdulillah Bapak B pulang dengan harapan baru.

Dua pekan berselang, bapak B mengontak membuat janjian untuk bertemu saya. Alhamdulillah pada suatu malam yang dijadwalkan, kami bertemu.
Kulihat istrinya seorang perempuan manis yang pendiam. Ia membentengi diri dan nampak apatis. Senyumnya sangat terpaksa, dan tak sepatah katapun keluar selama bertamu kecuali menyebytkan namanya sendiri.
Aku tidak melakukan banyak nasehat, hanya berbasa-basi dan bergurau saja untuk memecahkan pertahanannya. Sedikit arahan tentang rumah tangga saya sisipkan hanya dasar-dasarnya saja. Hingga pulang, tak ada kemajuan berarti. Saya pun nyaris putus asa.
Pekan berikutnya sungguh saya terkejut mendapat SMS dari ibu A yang ingin membuat janjian bertemu secara pribadi dengan saya.
Jadilah kami bertemu dan mengobrol, 2 kali malah. Dia bercerita banyak, menangis dan tertawa menceritakan seluruh perjalanan hidupnya. Saya sampaikan penghargaan betapa ia adalah perempuan yang kuat dan penuh cinta. Hanya sebagian sifat baiknya tertutup lantaran terlalu fokusnya ia pada hal yang cukup parsial. Saya juga sampaikan betapa besar cinta suaminya padanya, namun saya lihat sebagai orang yang tidak romantis, suaminya gagal atau belum berhasil mengekspresikan cinta  dengan indah.
Saya sampaikan pendapat saya tentang cinta mereka yang tertutup kabut ego, sikap bawaan masa lalu dan problem sederhana yang sekarang mereka hadapi.
Alhamdulillah ibu A minta pertemuan kedua pekan berikutnya setelah kami merumuskan PR-PR yang disanggupinya. Kami berbincang layaknya kaka dan adik tanpa sekat psikologis lagi.
Saya sampaikan bahwa tugas ibu A adalah merubah dirinya sendiri, bukan merubah suaminya. Berfokus pada kebahagiaannya sendiri dengan sikap positif, tidak terpengaruh respon suami atau keluarga besar yang  bisa disalah fahami. Adapun suaminya, menjadi tanggung jawab saya sementara ini untuk menasehatinya. Tentang anaknya, saya berikan beberapa wawasan dan pengalaman dalam pendidikan anak.
Demikain pertemuan dengan ibu A saya sampaikan pada bapak B secara ringkas berikut permintaan agar bapak B  memberi dukungan pada perubahan yang akan dilakukan ibu A.
Beberapa bulan berlalu, suatu ketika ibu B mampir untuk bertemu denganku dengan wajah yang jauh lebih cerah. Ia hanya mampir untuk memberiku buah tangan dan mengabarkan bahwa situasi rumah tangganya sekarang jauh lebih baik. Ia merasa telah menemukan kunci untuk meraih  hati suaminya dan meraih kebahagiaan bersama.
Tentang beberapa bahasan anaknya yang sulit makan, akan saya kupas dalam artikel dunia anak.
Semoga seterusnya mereka menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Amin.


2 comments:

  1. Intinya pengertian dan keterbukaan. Begitu kan Bu?

    Makasih sudah menawarkan diri untuk jadi sponsor di GA saya. Jika berkenan bisa hubungi saja lewat email: halim17iwan@gmail.com

    ReplyDelete