Kasus 1
Ibu A dan bapak B
menikah 7 tahun yang lalu. Punya seorang putri 5 tahun, duduk di sekolah TK.
Masalah bagi bapak B, ibu A sangat perhatian terhadap kesehatan putrinya. Ia memaksakan untuk putrinya
harus minum 1 gelas air tiap 2 jam. Makan dengan jadwal dan jumlah gizi yang
telah ia hitung. Akibatnya anaknya justru menolak makan dan minum. Sepanjang
hari sejak si anak bangun hingga malam jam 22.00. ibu A disibukkan dengan
memasukkan porsi makan yang ia inginkan. Seringkali si anak ngambek dan mogok
makan minum. Akibatnya terjadi pertengkaran pada ibu anak dan merembet pada
pertengkaran suami istri. Bahkan orang tua yang tinggal persis di sebelah
rumahnya ikut campur tangan dan menjadi konflik menantu mertua. Ibu A
disalahkan atas strokenya bapak mertua, dianggap pertengkaran suami istri itu
yang memicu stroke sang kakek.
Bapak B datang pada saya
setelah ibu A, pulang ke rumah orang tuanya tanpa ijin suaminya, setelah malam
sebelumnya mereka bertengkar atas topik yang sama.
Ulasan :
Saya mencoba menggali
riwayat pernikahan mereka dan masalah penting lain dari sisi bapak B. Ternyata
dari cerita satu fihak, saya selalu sampai pada kesimpulan yang sama untuk
setiap kasus pertengkaran dalam keluarga.
Yaitu bahwa tak ada yang
mutlak salah dan tak ada yang mutlak benar.
Kedua belah fihak punya
andil salah yang prosentasenya selalu bergeser dari waktu ke waktu. Kadang
dalam satu pertengkaran, lebih banyak penyebabnya pada fihak istri. Lalu pada
proses selanjutnya justru suami yang mengambil porsi kesalahan lebih banyak
Maka saya katakan kepada
bapak B.
“ Karena yang datang
kepada saya adalah bapak B, maka saya akan memulai dengan bapak. Bersediakah
bapak bekerjasama untuk menyelesaikan masalah ini ?” Setelah bapak B
menyetujui, maka saya sampaikan beberapa saran.
1. Sebagai seorang
suami, saya ajak ia untuk menegakkan keqowaman dengan memberi ruang pada
istrinya untuk membina diri. Difasilitasi untuk ikut pengjian dan beberapa
seminar serta pelatihan pendidikan anak, agar istri lebih luas pengetahuan dan
wawasannya. Ini adalah untuk kebaikan jangka panjang. Kalau ada dana juga
berlangganan majalah atau tabloit yang terkait pembinaan diri dan pendidikan anak.
2. Memulai dengan
memberi teladan dalam bersikap, berbicara dan mengambil keputusan. Lebih
menunjukkan kasih sayang pada istri, karena istri yang dilimpahi cinta oleh
suami, akan memiliki lebih banyak energi untuk mencintai anaknya. Sering
mengajak istri dan anak untuk rekreasi sederhana seperti naik motor sore-sore
nonton kereta api, atau silaturahmi ke rumah teman istri, agar istri lebih
rileks menjalani kehidupan.
Saya juga mengarahkan
beberapa sikapnya yang kurang tepat, yang sempat ia ceritakan, seperti saat
menyuruh istrinya pulang ke rumah orang tuanya jika hanya mengajak bertengkar
terus. Atau mengatakan jangan pernah lagi membuatkan teh pagi untuk suami jika
tidak ikhlas. Saya minta ia meminta maaf dan menjemput istrinya dengan membawa
oleh-oleh sederhana yang akan menyenangkan istrinya.
3. Saya minta ia
mengajak istrinya untuk bertemu dengan saya. Menjadi bagian saya sementara ini
untuk menasehati istrinya, pada saat istri sedang marah dan tidak mau lagi
mendengarkan suaminya.
Bagian dia adalah berbuat
baik dan membujuk istrinya untuk menemui saya. Nasehat dan arahan menjadi
bagian saya.
Pada awalnya ia tidak
yakin akan berhasil membawa istrinya menemui saya. Saya yakinkan bahwa
keinginan kuat dari seorang suami untuk mempertahankan rumah tangga, dan doa
serta munajat pada Allah, akan diberi jalan dan dimudahkan. Alhamdulillah Bapak
B pulang dengan harapan baru.
Dua pekan berselang,
bapak B mengontak membuat janjian untuk bertemu saya. Alhamdulillah pada suatu
malam yang dijadwalkan, kami bertemu.
Kulihat istrinya seorang
perempuan manis yang pendiam. Ia membentengi diri dan nampak apatis. Senyumnya
sangat terpaksa, dan tak sepatah katapun keluar selama bertamu kecuali
menyebytkan namanya sendiri.
Aku tidak melakukan
banyak nasehat, hanya berbasa-basi dan bergurau saja untuk memecahkan
pertahanannya. Sedikit arahan tentang rumah tangga saya sisipkan hanya
dasar-dasarnya saja. Hingga pulang, tak ada kemajuan berarti. Saya pun nyaris
putus asa.
Pekan berikutnya sungguh
saya terkejut mendapat SMS dari ibu A yang ingin membuat janjian bertemu secara
pribadi dengan saya.
Jadilah kami bertemu dan
mengobrol, 2 kali malah. Dia bercerita banyak, menangis dan tertawa
menceritakan seluruh perjalanan hidupnya. Saya sampaikan penghargaan betapa ia
adalah perempuan yang kuat dan penuh cinta. Hanya sebagian sifat baiknya
tertutup lantaran terlalu fokusnya ia pada hal yang cukup parsial. Saya juga
sampaikan betapa besar cinta suaminya padanya, namun saya lihat sebagai orang
yang tidak romantis, suaminya gagal atau belum berhasil mengekspresikan
cinta dengan indah.
Saya sampaikan pendapat
saya tentang cinta mereka yang tertutup kabut ego, sikap bawaan masa lalu dan
problem sederhana yang sekarang mereka hadapi.
Alhamdulillah ibu A
minta pertemuan kedua pekan berikutnya setelah kami merumuskan PR-PR yang
disanggupinya. Kami berbincang layaknya kaka dan adik tanpa sekat psikologis
lagi.
Saya sampaikan bahwa
tugas ibu A adalah merubah dirinya sendiri, bukan merubah suaminya. Berfokus
pada kebahagiaannya sendiri dengan sikap positif, tidak terpengaruh respon
suami atau keluarga besar yang bisa disalah fahami. Adapun suaminya, menjadi tanggung jawab saya
sementara ini untuk menasehatinya. Tentang anaknya, saya berikan beberapa
wawasan dan pengalaman dalam pendidikan anak.
Demikain pertemuan
dengan ibu A saya sampaikan pada bapak B secara ringkas berikut permintaan agar
bapak B memberi dukungan
pada perubahan yang akan dilakukan ibu A.
Beberapa bulan berlalu,
suatu ketika ibu B mampir untuk bertemu denganku dengan wajah yang jauh lebih
cerah. Ia hanya mampir untuk memberiku buah tangan dan mengabarkan bahwa
situasi rumah tangganya sekarang jauh lebih baik. Ia merasa telah menemukan
kunci untuk meraih hati suaminya dan meraih
kebahagiaan bersama.
Tentang beberapa bahasan
anaknya yang sulit makan, akan saya kupas dalam artikel dunia anak.
Semoga seterusnya mereka
menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Amin.
gambar pinjam dari : http://animasi-bergerak.blogspot.com
Intinya pengertian dan keterbukaan. Begitu kan Bu?
ReplyDeleteMakasih sudah menawarkan diri untuk jadi sponsor di GA saya. Jika berkenan bisa hubungi saja lewat email: halim17iwan@gmail.com
Semoga sukses GA-nya Iwan Halim...
ReplyDelete