Pages

Sunday, December 29, 2013

BALADA WILI, Episode pawang monyet

Lonely Wili
Kemarin saya sedang di Apotek ketika ada SMS masuk.
“Umi, monyetnya lepas...” ini dari anak kos yang tinggal di halaman belakang. Belum sempat kujawab. Tak lama kemudian hp berdering dari nomer rumah.
“Umi, Wili lepas...dia jalan-jalan nggak pakai tali...” laporan dari si nomer 5.
“Telpon pak Darojat...” kataku, karena belum selesai nih kerjaan di Apotek. Darojat itu driverku yang tinggal di depan rumah.
“Sudah, tapi dia juga takut karena Wili malah jadi marah...”
“ Ya udah, Umi pulang...”

Hmm, jadi ibu rumah tangga adakalanya harus bisa jadi pawang monyet. Saya jadi ingat para monyet di Jakarta yang ditangkepin sama satpol PP. 



Wili adalah nama monyet ekor panjang hibah dari ayahanda seorang temanku. Konon kisah Wili bermula 15 tahun yang lalu. Saat itu ayahanda temanku mengunjungi saudaranya di Palembang. Saudaranya tinggal di pelosok desa. Saat itu kebetulan menemukan seekor bayi kera yang diduga induknya sudah meninggal. Didorong oleh rasa kasihan, mereka mengambilnya. Ayah temanku memutuskan untuk membawanya pulang ke Jawa. Kebetulan beliau ini pecinta binatang. Ada banyak binatang di rumah mereka yang tak begitu besar di kota Magelang. Beliau membawanya dengan menggendongnya saja dalam selimut layaknya bayi manusia, lantaran Wili masih sangat kecil.

Bersama ‘ayah’ angkat ini Wili hidup selama 14 tahun. Ikatan diantara mereka sungguh unik. Sang ayah ini sangat menyayangi Wili, apapun yang di makannya, akan diberikan juga ke Wili. Setiap hari ditengok, diajak mengobrol dan diberi makan.

Pada hari tuanya, sang ayah berniat pindah ke Jakarta, maka semua binatang yang tak mungkin ikut hijrah itu dibagi-bagikan. Saya kebagian mengadopsi Wili. Pemilik yang telah membesarkan Wili ini juga menyempatkan diri menengok Wili saat sudah tinggal di halaman belakang rumahku.


“Di sini sejuk dan enak, kamu yang kerasan ya Wili...” pesannya pada ‘anak’ asuhnya.
Wili lumayan baik, kami membuatkannya kandang di sudut halaman belakang rumah. Ia bertetangga dengan Bili si Beo. Dulu juga bertetangga dengan BulBul, tapi sudah kabur, seperti yang saya ceritakan di episode BulBul di sini. Wili juga bisa memandang Sushi dan Max dua kucing yang memiliki kamar sendiri.
Siang itu, singkat cerita saya segera meluncur pulang ke TKP.

Baru saja memasuki rumah, beruntun semua melaporkan kekacauan yang ditimbulkan Wili.
“Dia berjalan-jalan kemana-mana...”
“Wili mengacakacak rak piring...”
“Dikasih makan apa-apa tidak mau”
“Kalau ada yang mendekat dia mengeram...!”
Hmmm saatnya bertindak.


Saya memberanikan diri mencari Wili, dengan berbekal sepotong makanan. Menginjak halaman belakang, kupanggil namanya, sekalipun tidak yakin dia akan menjawab
“Wili...Wili...kamu dimana?”

Halaman belakang yang penuh tanaman kelihatan sunyi. Kucari di setiap sudut dan melihat bekas kekacauan eksplorasi Wili. Tak juga kelihatan batang hidungnya yang pesek.

“Nguk..,nguk...” Oalah, Wili ternyata duduk manis dikandangnya.
Kuteliti ternyata bagian bawah kandangnya ada yang berlubang, tentu hasil kreativitas tangan Wili. Biasanya ia juga diikat, namun ikatannya ternyata lepas.
Aku membuka kandang dan memasukkan kayu untuk menutup bagian lubangnya. Berdoa semoga ia tidak membuka papan yang hanya kutaruh saja. 


Kandangnya ternyata kotor sekali.
“Maafkan aku ya Wili, lama aku tidak membersihkan kandangmu...”kataku pada Wili. Ia hanya memandangku seolah mengatakan.
“Ia deh kumaafkan,tapi tolong bersihkan dong...”
“Okee, tapi kamu jangan melarikan diri lagi ya...” kataku.
Wili seolah mengangguk mengiyakan.
Cukup lama aku membersihkan kandang, padahal nih masih berpakai lengkap baju batik hahaha...
Begitulah sore itu berakhir baik, Wili duduk manis di kandangnya. Kandangnya bersih dan kuberi makan.


Namun Minggu pagi ini ada keributan lagi.
“Umi, Wili lepas lagi...!”
Halah. Pasalnya saya sudah berdandan mau tampil nih acara seminar di sebuah kampus swasta. Masak sudah pakai kostum, harus jadi pawang monyet. Berhubung memang tak ada yang berani menemui Wili, yah...harus turun tangan nih.

Kulihat Wili mulai mengacak tempat cuci piring.
“Wili, ayo kembali ke kandang...”
Tentu saja Wili tidak peduli, ia memanjat jendela dapur dan melongok-longok ke dalam. ARTku menjerit. Saya menuju kandang Wili dan membuka pintunya lebar-lebar. Barangkali dengan sukarela Wili akan masuk seperti kemarin. Ternyata tidak juga.

Saya meminta tali, untuk mengikat Wili. Di perut Wili ada semacam ikat pinggang yang memiliki lubang untuk mengikat tali. Kurayu Wili, kuelus-elus hingga ia tenang dan bermain beberapa botol plastik. Diam-diam kupasang tali ke pinggangnya. Setelah beberapa kali ia mengelak lantaran mungkin menolak diikat, akhirnya berhasil juga. Tali kutarik-tarik kuajak dia untuk kembali ke kandang. Wili masih menolak.


“Umi...ada tamu, katanya mau jemput umiii...” teriak anakku dari dalam rumah. Waah saatnya pergi dan Wili belum masuk kandang. Terpaksa kuikat dengan mainan panjat-panjatan, untuk sementara. Biar Wili mainan di situ sampai siang nanti saat aku datang.

Begitulah kutinggalkan Wili dengan makanan dan minuman. Saya beraksi dulu di Seminar Hari Ibu. Alhamdulillah acara sukses dan jam 13.30 saya telah sampai di rumah untuk mengunjungi Wili. Wili agak terjebak dengan talinya lantaran ia terlalu banyak bergerak dan talinya membelit mainan besi panjatan.
Alhamdulillah tukang yang kupanggil telah selesai memperbaiki kandang Wili. 

Kubujuk Wili untuk masuk kandang, berhasil tanpa kesulitan yang berarti. Mungkin Wili juga sudah kangen dengan selimut hitam kesayangannya.
Sekarang Wili sudah duduk manis di kandangnya yang sudah dirapikan. Kandangnya juga sudah bersih. Mungkin acara melarikan diri ini adalah caranya menegurku untuk lebih memperhatikan kebersihan kandangnya.

“Baik-baik ya Wili...” pesanku padanya. Ia hanya memandangku. Entah mengerti entah tidak. Tapi yang kusuka, Wili selalu menurut padaku. Ya walaupun hanya padaku.


kuis: Berapa tahun Wili tinggal bersama kami?

6 comments:

  1. Wah mak Ida, pelihara monyet jadi ingat dulu jaman saya masih kecil juga sempat pelihara monyeett,, si monyet yang saya pelihara suka makan apa saja, termasuk kripik singkong pedas hehehe...

    Btw jawaban Kuis, (1) tahun... hheheheh

    ReplyDelete
  2. hadiah kuisnya apa mbak?
    15thn - 14thn= 1 thn..

    salam kenal.. :)

    ReplyDelete
  3. makasih kunjungannya Tinanic dan ummusakiafra...emang kalau kuis harus ada hadiahnya ya...?hehe
    ntar diundi dulu kalau udah banyak yang jawab...

    ReplyDelete
  4. Kirain becanda itu jadi pawang monyet. Ih kereen aku sih sama kucing aja takuuttt

    ReplyDelete
  5. bu ida keren ih, berani sama monyet.. saya sama kecoa aja ngeri.. hihi..

    jawaban kuis : satu tahun

    ReplyDelete
  6. Pritha Khalida...ayo ke rumah, ada 2 kucing yang bikin gemes, bunda3R, makasih kunjungannya ya.

    ReplyDelete