Pages

Friday, July 4, 2014

Balasan untuk pengantin yang Melarikan Diri



Kemarin saya cerita tentang pengantin yang melarikan diri, tapi pengantin kucing.
Yang ini ceritanya tentang pengantin sungguhan, tetanggaku sendiri yang bertutur tentang masa lalunya.

Sebut saja ibu L yang dulunya tinggal di kota S bersama keluarganya. L memiliki pacar seorang lelaki temannya yang tidak disetujui orang tuanya. Orangtuanya telah menjodohkannya dengan seorang lelaki tetangganya sendiri.

Karena tak ingin mengecewakan orang tuanya, maka ia mengikuti semua prosesnya. Rupanya cinta telah membuat batinnya tersiksa, sehingga ia memutuskan untuk membatalkan penikahannya pada detik-detik terakhir.


Orang tuanya tetap tak bersedia membatalkan, maka berlangsunglah pernikahan paksa itu. Ajaibnya, suaminya adalah lelaki yang sungguh lapang dada. Setelah para tetamu pulang, tengah malam itu ia berkata:
“Jika kamu tidak suka dengan aku, kamu boleh pergi kemanapun kamu suka...”

L diantarkan suaminya ke terminal bus dengan diam-diam. Sejak itu ia berpisah dengan keluarganya hingga puluhan tahun kemudian. Adapun suami resminya, ia juga takl pernah berhubungan lagi.
Ternyata ia pergi ke Jogja menyusul pacarnya, dan mereka menikah dengan wali hakim. Secara ekonomi, mereka mendaki hingga punya rumah dan mobil. Namun pernikahan mereka penuh onak duri, bahkan tak dikarunia seorang anakpun.

Menginsyafi kesalahannya, L pulang dan mohon maaf pada kedua orang tuanya. Karena tak jua dikarunia anak, ia merawat beberapa anak yatim dan anak terlantar. Hingga 5 orang yang ia besarkan hingga sebagian kini telah menikah dan memiliki pekerjaan.

Tak lama kemudian suaminya sakit. Sakit yang parah hingga meludeskan semua hartanya.Mereka menjual mobil dan rumah untuk biaya pengobatan. Hingga suaminya meninggal dan kini ia hanya mengontrak rumah.

Ibu L yang tidak biasa bekerja, hanya punya pengalaman merawat suaminya yang sakit bertahun tahun dan keluar masuk rumah sakit, akhirnya harus menghidupiu sendiri anak-anak asuhnya. Beruntungnya ia telah kenal dengan para perawat rumah sakit dan ditawari menjadi pramurukti, pekerjaan sebagai perawat orang sakit.

Begitulah, kini anak-anaknya telah dewasa dan ibu L bekerja merawat orang sakit. Ia pulang hanya di akhir pekan. Jika satu yang dirawatnya meninggal, ia akan segera mendapat pekerjaan baru karena ternyata banyak orang tua sakit yang anak-anaknya tak sempat merawatnya.

Tugasnya adalah mengurus makannya, mengurus pemberian obat, mengurus pakaian dan kamarnya. Jika pagi ia mendorong kursi roda mengajak berjalan-jalan. Malam hari, iapun tidur di dekat kamar si sakit, jika tengah malam membutuhkan sesuatu, ia pula yang melayani.

Karena reputasinya yang baik, ia tak pernah kekurangan pekerjaan. Bayarannya lumayan, lebih dari gaji seorang PRT. Bahkan berlipat.

Begitulah ia menuturkan kisah hidupnya saat lebaran tahun lalu berkunjung ke rumahku. Menjelang lebaran lagi, aku ingat padanya dan kisah hidupnya yang bisa dibuat sinetron.

Apakah tepat jika aku menyimpulkan bahwa ridho orang tua itu menjadi kunci kebahagiaan hidup berumah tangga?
Jika memang sebagian taqdirnya yang jatuh bangun adalah balasan dari apa yang telah dilakukannya, maka sesungguhnya ia betul-betul telah menebusnya.
Kini ia tak ingin memaksa anak-anaknya sendiri, sekalipun bukan anak kandung, untuk menikah dengan seseorang yang tidak mereka cintai.

Hingga kini ia masih p[unya dua perjaka, anak asuhnya yang belum mau menikah.
Siapa mau?

Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.

18 comments:

  1. saya sepakat dengan kesimpulan Mak Ida, bahwa restu orang tua itu memang berbanding lurus dengan rezeki dan kebahagiaan si anak dalam menjalani kehidupannya.
    Thanks for share, Mak. :)

    ReplyDelete
  2. sesuai dengan hadistnya ya mbak ridho orang tua sangat berarti

    ReplyDelete
  3. aku pun sangat mempercayai bahwa ridho org tua itu penting, selama memang bisa dikomunikasikan secara baik-baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener banget Bunda. semoga kita sebagai orang tua juga bisa bagus komunikasi dengan anak.amiin

      Delete
  4. bermakna mak Ida ceritanya, pelajaran nih buat saya yang masih hidup sm orangtua :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih terus ada kesempatan berbakti pada orang tua alhamdulillah

      Delete
  5. Ternyata ada yah ceritta kehidupan panjang yang seperti itu... Sungguh luas sekali dunia ini.. saya belum melihat seutuhnya. semoga saja selalu bisa mengambil hikmah dari setiap takdir tuhan.. Salam Mystupidtheory!

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya amiin, makin banyak bergauk makin tahu ragam kisah hidup

      Delete
  6. sepakat banget ridho orang tua itu yang utama, thanks sharingnya Ustadz

    ReplyDelete
  7. ridho orang tua penting banget

    ReplyDelete
  8. stuju mba...ridha orang tua menjadi kunci kebahagian......

    ReplyDelete
  9. Catatan penting buat saya yg belum nikah. Makasih, Mak Ida :)

    ReplyDelete