Kemarin saya
cerita tentang pengantin yang melarikan diri, tapi pengantin kucing.
Yang ini
ceritanya tentang pengantin sungguhan, tetanggaku sendiri yang bertutur tentang
masa lalunya.
Sebut saja
ibu L yang dulunya tinggal di kota S bersama keluarganya. L memiliki pacar
seorang lelaki temannya yang tidak disetujui orang tuanya. Orangtuanya telah
menjodohkannya dengan seorang lelaki tetangganya sendiri.
Karena tak
ingin mengecewakan orang tuanya, maka ia mengikuti semua prosesnya. Rupanya
cinta telah membuat batinnya tersiksa, sehingga ia memutuskan untuk membatalkan
penikahannya pada detik-detik terakhir.
Orang tuanya
tetap tak bersedia membatalkan, maka berlangsunglah pernikahan paksa itu. Ajaibnya,
suaminya adalah lelaki yang sungguh lapang dada. Setelah para tetamu pulang,
tengah malam itu ia berkata:
“Jika kamu
tidak suka dengan aku, kamu boleh pergi kemanapun kamu suka...”
L diantarkan
suaminya ke terminal bus dengan diam-diam. Sejak itu ia berpisah dengan
keluarganya hingga puluhan tahun kemudian. Adapun suami resminya, ia juga takl
pernah berhubungan lagi.
Ternyata ia
pergi ke Jogja menyusul pacarnya, dan mereka menikah dengan wali hakim. Secara ekonomi,
mereka mendaki hingga punya rumah dan mobil. Namun pernikahan mereka penuh onak
duri, bahkan tak dikarunia seorang anakpun.
Menginsyafi
kesalahannya, L pulang dan mohon maaf pada kedua orang tuanya. Karena tak jua
dikarunia anak, ia merawat beberapa anak yatim dan anak terlantar. Hingga 5
orang yang ia besarkan hingga sebagian kini telah menikah dan memiliki
pekerjaan.
Tak lama
kemudian suaminya sakit. Sakit yang parah hingga meludeskan semua
hartanya.Mereka menjual mobil dan rumah untuk biaya pengobatan. Hingga suaminya
meninggal dan kini ia hanya mengontrak rumah.
Ibu L yang
tidak biasa bekerja, hanya punya pengalaman merawat suaminya yang sakit
bertahun tahun dan keluar masuk rumah sakit, akhirnya harus menghidupiu sendiri
anak-anak asuhnya. Beruntungnya ia telah kenal dengan para perawat rumah sakit
dan ditawari menjadi pramurukti, pekerjaan sebagai perawat orang sakit.
Begitulah,
kini anak-anaknya telah dewasa dan ibu L bekerja merawat orang sakit. Ia pulang
hanya di akhir pekan. Jika satu yang dirawatnya meninggal, ia akan segera
mendapat pekerjaan baru karena ternyata banyak orang tua sakit yang
anak-anaknya tak sempat merawatnya.
Tugasnya adalah
mengurus makannya, mengurus pemberian obat, mengurus pakaian dan kamarnya. Jika
pagi ia mendorong kursi roda mengajak berjalan-jalan. Malam hari, iapun tidur
di dekat kamar si sakit, jika tengah malam membutuhkan sesuatu, ia pula yang
melayani.
Karena
reputasinya yang baik, ia tak pernah kekurangan pekerjaan. Bayarannya lumayan,
lebih dari gaji seorang PRT. Bahkan berlipat.
Begitulah ia
menuturkan kisah hidupnya saat lebaran tahun lalu berkunjung ke rumahku. Menjelang
lebaran lagi, aku ingat padanya dan kisah hidupnya yang bisa dibuat sinetron.
Apakah tepat
jika aku menyimpulkan bahwa ridho orang tua itu menjadi kunci kebahagiaan hidup
berumah tangga?
Jika memang
sebagian taqdirnya yang jatuh bangun adalah balasan dari apa yang telah
dilakukannya, maka sesungguhnya ia betul-betul telah menebusnya.
Kini ia tak
ingin memaksa anak-anaknya sendiri, sekalipun bukan anak kandung, untuk menikah
dengan seseorang yang tidak mereka cintai.
Hingga kini
ia masih p[unya dua perjaka, anak asuhnya yang belum mau menikah.
Siapa mau?
Semoga
menjadi pelajaran bagi kita semua.
saya sepakat dengan kesimpulan Mak Ida, bahwa restu orang tua itu memang berbanding lurus dengan rezeki dan kebahagiaan si anak dalam menjalani kehidupannya.
ReplyDeleteThanks for share, Mak. :)
makasih komen pertama mak Al
Deletesesuai dengan hadistnya ya mbak ridho orang tua sangat berarti
ReplyDeleteIya mak Lidya makasih ya rajin main
Deleteaku pun sangat mempercayai bahwa ridho org tua itu penting, selama memang bisa dikomunikasikan secara baik-baik.
ReplyDeleteiya bener banget Bunda. semoga kita sebagai orang tua juga bisa bagus komunikasi dengan anak.amiin
Deletebermakna mak Ida ceritanya, pelajaran nih buat saya yang masih hidup sm orangtua :))
ReplyDeletemasih terus ada kesempatan berbakti pada orang tua alhamdulillah
DeleteTernyata ada yah ceritta kehidupan panjang yang seperti itu... Sungguh luas sekali dunia ini.. saya belum melihat seutuhnya. semoga saja selalu bisa mengambil hikmah dari setiap takdir tuhan.. Salam Mystupidtheory!
ReplyDeleteiya amiin, makin banyak bergauk makin tahu ragam kisah hidup
Deletesepakat banget ridho orang tua itu yang utama, thanks sharingnya Ustadz
ReplyDeletehehe iya mak
Deleteridho orang tua penting banget
ReplyDeletesetuju enny...
Deletestuju mba...ridha orang tua menjadi kunci kebahagian......
ReplyDeletebener-bener ya ...
DeleteCatatan penting buat saya yg belum nikah. Makasih, Mak Ida :)
ReplyDeleteiya phie...restu orang tua pentiing
Delete