Seri 2.
Postingan pertama ada di sini.
Bagaimana
rasanya, bersama orang-orang dekat tetapi kami harus menyimpan rapat-rapat?
Beraat.
Apaan sih?
Ya ini,
rencana pernikahan putri kami. Mudik lebaran adalah saat berkumpul dengan
keluarga besar. Namun kami masih bungkam tentang rencana pernikahan. Pasalnya kami
tidak tahu, akan menikah dengan siapa
putri kami. Uhuk.
Telah bulat
tekat kami untuk mantu, namun calon yang diajukan putriku terganjal persetujuan
ibundanya.
Bagaimana suamiku
orang yang sangat optimis dan ingin membahagiakan putrinya sebisa mungkin.
“......yang
penting bundanya mengatakan ya,
sekalipun dengan berat. Kita setujui saja semua syarat yang diajukan
bundanya....” itu pesan suamiku.
Opsi pertama
memang kami menjajagi calon yang dia ajukan. Opsi kedua kami akan mencarikan.
Mengapa kami
memilih opsi pertama dulu?
Sebagai
konsultan pernikahan, telah banyak kasus di tangan kami, tentang kegagalan
pernikahan. Menikah dengan keterpaksaan, tidak selalu berakhir baik. Memang
bagi yang telah siap mengikhlaskan diri menerima siapa saja calon yang diajukan
oleh orang tua atau mak comblangnya,
banyak pula yang berhasil.
“Jika kamu
meyakini dia, Umi Abi mempercayainya. Yang penting kalian berkomitmen untuk
menjadi lebih baik. Kita tak permasalahkan asal usul atau status sosial. Setiap
orang punya potensi menjadi baik, selama ada kemauan....”
Hmm nekat enggak sih, bahkan kami
belum bertemu dengan lelaki ini. Hanya sekedar namanya.
Tetapi
bukankah putriku telah mengerti, rambu-rambu yang selama ini kami sampaikan? Ia
tidak pernah mendapat ijin pacaran, tetapi ia mendapat ijin untuk mengajukan
calon suami kapanpun ia siap. Ia boleh berteman dengan siapa saja, tapi dengan
batasan.
Hari-hari
terakhir bulan Ramadhan, kuminta putriku untuk meningkatkan ibadahnya dan
berdoa. Tentunya kami juga banyak berdoa mohon pertolongan untuk semua ikhtiar
ini.
Pada saat
mudik lebaran, calon yang diajukan
berkesempatan untuk pulang mudik dan berbicara langsung dengan bundanya.
Hari ketiga
lebaran, kami berkomunikasi via telepon dan menerima kata sepakat dengan semua
syarat yang disampaikan ibundanya: hanya akad nikah dan walimahnya nanti jika
mereka telah lulus.
Okelah kalau
begitu.
Begitulah
perjuangan menuju pelaminan ini mulai kami lakukan.
Penikahan
memang bukan hanya tentang dua anak manusia. Dalam budaya Indonesia, menikah
itu juga bicara tentang keluarga besar, adat istiadat dan kepantasan. Kami
bukankah orang yang sulit dalam masalah ini.
Dalam
komunikasi menyatukan dua adat ini, suamiku berkunjung ke Bukittinggi, kota
asal calon menantu. Konon adat setempat, pihak perempuan yang mulai
mengunjungi, bukan sebagaimana adat Jawa dimana pihak lelaki yang datang
melamar.
Yang manapun
adat yang dipakai tak masalah karena kami merasa berkepentingan bertemu dengan
keluarganya.
Maka suamiku
mencari alasan untuk sampai ke sana dengan cara yang wajar. Mengisi seminar. Terimakasih untuk kesigapan teman-teman
membuat acara mendadak di Bukittinggi. Hhmm modus ya.
Begitulah.
Pertemuan berlangsung baik dan lancar. Bundanya setuju meski masih dalam
keraguan.
Demi kepraktisan
dan cepatnya proses, calon menantu ini sekalian mengurus surat pindah penduduk,
agar nantinya lebih mudah urusan administrasinya. Alasan lain, karena jika
pengantar menikah dari tempat asalnya, ia harus melibatkan keluarga besar
seluruhnya dan menunggu tetua keluarga memutuskan sebelum melangkah ke proses
administratif. Jadi jalan pintas saja demi mengejar waktu.
Kamipun tak
tahu tanggal berapa semua proses administrasi ini akan selesai.
Cabut KK,
buat KK baru, bikin KTP dan mengurus pengantar nikah dari KUA di Jogja. Dst.
Betapa
runyam jika belum selesai hingga saat kami harus pergi tanggal 1 September.
Di sisi
lain, agenda kami yang padat, bulan Agustus sungguh membuat kami jumpalitan. Kami
pergi Kandangan Kalsel, lanjut ke Bali sambil terus memantau prosesnya. Suamiku
sendiri beredar ke Jakarta, Semarang, Malang,
Singapura...wes pokoknya berlarian. Di akhir bulan jadwal kami ke Kaltara,
sangat mepet dengan tanggal yang direncanakan.
Di semua
tempat itu, bertemu dengan banyak teman dekat, dan kami masih menyimpan rahasia
rapat-rapat.
Rupanya
Allah berkehendak lain. Manusia hanya berencana dan Allah yang menentukan
taqdirnya.
Taqdir apa
lagi?
Sambungannya di sini ya.
wah.., seru sekali. Masih menunggu sambungannya...
ReplyDeletebersambung...sabar ya...
Deletemakin penasaran mak ..
ReplyDeletetunggu mak Nana
DeleteWaa bersambung lagii, nyimak teruus :D
ReplyDeletemakasih mak rahmi, ditinggal nyuci dulu
DeleteMasih penasaran..
ReplyDeleteApa ya taqdir kami mak....
DeleteEaaaa....masih bersambung
ReplyDeleteNulisnya cari ide dulu mak hihi
DeleteKepooo
ReplyDeleteSabaar hihi
Deletelanjut atuh Bu hehehe :)
ReplyDeleteokee sedang di tulis...
Deleteaarkkkkk.....jangan lama2 mak,penasran hehehe
ReplyDeletemak hanna sabarr hihi udah on proses nih...
Deletesetia menunggu sambungannya :D
ReplyDeletesilahkan nyuci-nyuci dulu ya...
Deletedegdegan bacanya, Mak. sekaligus serasa kilas balik saya ini maah. dari pertemuan ke nikah, dulu cuma 20 hari... hihi
ReplyDeletewow lebih kilat lagi dong....semoga samara deh
DeleteEaaaaa belum dibuka ya rahasianya?
ReplyDeletebentar mak, nanti malam tayang insya Allah
Deletehihihi, masih panjang ya ceritanya..bikin penasaran nih Mak Ida..
ReplyDeleteenggak panjang kok...tunggu ya
DeleteAduhh makin penasarann...ayo bu ida lanjut ceritanya...#kepo
ReplyDeletehayuuk
Deletewaaaaaah menjemput menantu ini judulnya :)
ReplyDeleteiya mak...makasih atas kesetiaannya
Deleteceritanya selalu bikin penasaran...buruan mak... biarin panjang.....sekali posting aja...hehehe
ReplyDeletewaah nulisnya itu sambil lari-lari mak
DeleteNyimak sambil makan siang...
ReplyDeleteyummy...
DeleteMak ida bikin kepo
ReplyDeleteyee mak fenny kepo...
Deletekayak baca serial misteri..hihihi..
ReplyDeletemisteri mencari menantu...hihih
Deletebikin penasaran aja,ceritanya lan jutin dong mbak :)
ReplyDeleteokee tunggu ya
DeleteAku udah baca yg pertama dan kedua.
ReplyDeleteYa ampun mak, jadi aku yang deg2an :) Subhanallah akhirnya udah sampai di titik menikahkan ya maak.. ditunggu kelanjutannya hehe
okeeh selamat deg-deg
Deletepelaminannya cantik bgt:)
ReplyDeleteiya mak erlina, nanti ada postingan khusus
DeleteMasih setia menunggu . . . .
ReplyDelete^_^
mbak ida bikin penasaran nih
ReplyDeleteMakasih kesetiaannya mak Lidya
DeleteGeemeesss mak nunggu lanjutannya
ReplyDeletesiap mak Dona
Deletemasih nungguin kelanjutannya, usia 22 tahun udah nikah, lha saya sudah masuk 23th :D
ReplyDeletesemoga mak Niar segera berjodoh dengan yang terbaik amiin
DeleteLama - lama tak cipok lho Mak, bikin penasaran ajah !...Awas undanganya kalo gak sampe ke Purworejo !
ReplyDeleteyeee akhirnya penasaran
Deleteeaaaaaaaaaa... ini sdh tgl 9 eptember, berarti Mak sekarang sdh dimana?
ReplyDeletedibikin cerbung di femina aja Mak.. :) DL masih oktober kayaknya, hehehe
hihi...kan udah tayang...amiin emang pengin ikutan mengasah talnta nyerbung...
DeleteGreat,, printilan yang aduhayyy. Bikin agak tuing2 dengan persyaratan dan jauhnya daerah calon menantu. Duh, pasti senangnya, MAK Ida,, peluk kecil dari reader yang satu ini,, hihihi
ReplyDeletepeluuuk big hug...
Deletelanjut lagi ya mba... benar2 penasran nih.. :)
ReplyDeletemari mak santi
DeleteGregetan baca tulisan ibu ini dan makin buat ku penasaran. Ditunggu ya bu cerita lanjutannya .
ReplyDeleteudah tayang kok, silahkan...
DeletePenasaran bu lanjutannya...
ReplyDeletesukses dong bikin penasaran...makasih sudah mampir
DeleteUmii... :D :D *inspiring* *nunggukelanjutan*
ReplyDeleteudah tayang kok...silahkan mampir
DeleteHuhuuuu...bacanya deg2an. Soalnya anak saya sudah besar-besar. Ini pelajaran baget! saya kudu siap-siap. Trmks banget Mak Ida... *Segera meluncur ke cerbung nya
ReplyDelete