Showing posts with label catatan harian. Show all posts
Showing posts with label catatan harian. Show all posts

Thursday, October 1, 2015

(Batal) Pergi ke Ustralia

Sudah beberapa kali suamiku mengunjungi negeri kangguru. Mendengar berbagai ceritanya, ada sedikit keinginan, barangkali ada waktunya giliranku.
Sepertinya kesempatan itu berbentang di depan mata.
Beberapa bulan yang lalu ada EO yang mengontak untuk kami mengelola Family ghathering di Perth dan Melbourne.
Persiapan pun dilakukan. Mengurus visa dan renik-reniknya.
Panitia lokal disana terus menjalin komunikasi. Kami merancang acara terbaik untuk audien nantinya. Kami pun berbelanja keperluan untuk acara fam-gath dan work shop.
Tapi siapa sangka, jika takdir berkata lain. H-2 visa baru kelar. Panitia pun jungkir balik cari tiket.
Naah, masalah baru muncul.
Ternyata paspor saya berakhir bulan Januari 2016. Kurang dari 6 bulan, jadi dianggap kadaluarsa. Agen tiket dari Indonesia, tidak bisa melanjutkan proses tiketing.
Panitia disana berusaha mencarikan tiket dari Perth.
H-1 yang lumayan menegangkan. Selain problem tiket, ada situasi lain yang diluar kendali. Ibu mertuaku kritis. Mendengar itu, suamiku sangat sedih. Semalam memang beliau menunggui ibundanya. Melihat sendiri bagaimana keadaan ibu.
Siang menjelang sore, tiba-tiba suamiku berkata,
"Umi berangkat sendiri saja," katanya dengan kesedihan yang amat sangat.
Gludak!

Tentu saja saya yang terkejut. Kurang dari 6 jam keberangkatan,  ke Perth dan Melbourne sendirian?
Hmm. Berbekal bahasa inggris yang minim dan paspor yang limit.
Sambil melanjutkan packing, membongkar barang lagi, saya menata keberanian. Sore ini menjadi sore yang menegangkan. Panitia tetap minta kita menanti di Bali. Menanti tiket lanjutan ke Perth. Sementara tiketnya belum dapat. Hotel dan penerbangan ke Bali sudah dibooking.
Habis maghrib masih belum jelas. Akhirnya kami berterus terang kepada EO tentang kondisi ibu mertua dan udzur suamiku.

Tuesday, September 8, 2015

Gondongen

Bangun tidur, Revo tidak segera bangkit. Ia masih saja berbaring sambil memegangi pipinya.
"Umi, aku keram?"
"Kram?" Spontan saya memijit betisnya. Revo memang pernah kram kaki.
"Bukan kaki, tapi di sini" ia menunjuk pipinya.
Waah...

Beberapa hari yang lalu, di grup ortu siswa, ramai pembicaraan tentang gondong, karena ada satu siswa yang kena. Jadi...kini giliran Revo.

Itu Jumat pagi. 

Sebenarnya rumus untuk inveksi virus itu jelas, tingkatkan imunitas, kendalikan panasnya, banyak istirahat dan gizi yang memadai. Sekalipun demikian, karyawan, supir, tetangga memiliki saran kearifan lokal.

"Dikalungi pace bu!"
Pace alias buah noni, diikat tali dan dijadikan kalung. 


"Diolesi blawu, bu!"
Blawu itu pewarna biru untuk menjadikan pakaian putih, nampak lebih biru...haha.

Yaah...terserahlah. Saya agak sulit menerima kearifan lokal tersebut.

Alhamdulillah, makan, minum semuanya mudah kecuali satu hal saja: istirahat.
Revo sudah lama menantikan saat menjenguk abangnya. Ya Sabtu-Ahad itu.

Jogja-Semarang tidak dekat. Macet wiken bisa memakan waktu tempuh 4 jam. Apakah ia akan kuat. 


"Aku kuat!"
Waah semangat '45.

Jadilah kami berombongan berangkat ke Semarang pada Sabtu pagi jam 08.00. Saya sendiri sedang flu berat plus sesak nafas dan tensi menjulang. #penyakit tua.

Alhamdulillah ada dua kakak yang ikut, jadi bisa gantian mengurus Revo selama perjalanan.

Panas tinggi dan bengkak besar di kelenjar parotis.
"Umi, aku seperti kodok!" Keluhnya.
Memang wajahnya jadi gendut lucu. Sekalipun makin ganteng, tapi ya enggak maulah, sakit sih!

Ahad malam panas makin tinggi. Bangun tidur, ia memegangi lehernya.
"Umi, kodoknya makin besar..."
Kuelus dia dengan prihatin. Pagi itu, kita semua mengaji, mendoakan kesembuhan untuk Revo.
Sekalipun menginap di hotel dengan fasilitas kolam renang yang aduhai, semua terpaksa gigit jari karena saya larang berenang.

"Kasihan Revo kalau kalian berenang" kata saya.
"Kenapa aku enggak boleh berenang?" Tanya Revo.
"Pertama, kamu sedang demam tinggi. Kedua, nanti orang se-kolam renang jadi kodok juga..."
Revo tertawa dengan cara saya memberi alasan.

Tak urung kami harus membawanya jalan-jalan seputar kota. Revo tak mau tinggal di kamar hanya dengan saya. Ia ingin selalu bersama abangnya.

Setidaknya, ia gembira menikmati kebersamaan yang langka.

Sekarang sudah Selasa, panasnya sudah sangat berkurang. Tapi bengkaknya masih ada. Masih sakit untuk mengunyah makanan.

Oya, hal yang semestinya tidak dilakukan adalah banyak omong, banyak tertawa, berteriak, menangis keras atau makan yang keras. Karena akan terasa makin menyakitkan. Namun tentu berat untuk menghindari itu dalam acara liburan keluarga. Masak sih, enggak boleh melucu.

Begitulah kisah gondongen Revo. Hari ini 2 temannya juga terkena. Adapun Revo, biarlah agak lama liburan di rumah. Khawatir membawa wabah jika segera bersekolah.

Akibatnya....akibatnya adalah, uminya pusing tujuh keliling mencarikan kesibukan untuk Revo yang bete.

Btw, hati-hati  terhadap penderita gondongen, karena mudah menular. Semoga yang membaca ini jauh dari semua penyakit, amiin.

Mohon doa juga ya...untuk kesembuhan Revo.

Wednesday, December 3, 2014

Doa Revo Vs doa Umi



Kadang butuh waktu lama untuk mewujudkan sesuatu atau menghilangkan sesuatu. Ini tentang Revo, sholat dan game.  Kami melakukannya dengan usaha dan doa. Ya doa.

Sampai ulang tahunnya yang ke 7 kemarin Revo masih sulit untuk anteng dalam melaksanakan sholat. Ia tak tahan untuk diam dan kalau berjamaah di masjid seringkali pulang duluan saat jamaah lain baru rekaat pertama atau ke dua.

Di rumah pun seringkali meninggalkan acara sholat berjamaah dengan saya. Ia membubarkan diri saat rekaat pertama atau kedua dengan kalimat
“Nanti aku sholat sendiri saja...”

Sholat berjamaah di kelas

Saya terus saja mendoakan dan membujuknya melalui dialog. Jika malam hari ia tengan tidur pulas, saya elus dadanya dan kepalanya sambil mendoakan agar ia mudah bangun pagi dan mau sholat dengan tertib. Saya juga membisikkan kata-kata motivasi. Saya meyakini fisiknya memang tidur, tetapi jiwanya tidak tidur.

Adapun diantara dialog kami misalnya:
“Po, sholat itu tiket untuk masuk surga lho...maukan sayang-sayangan sama Umi di surga?”
Atau begini:
“Po kalau sholatnya bener itu, doa dan keinginan akan lebih mudah dikabulkan.”

Mungkin penjelasan ini masuk juga ke fikirannya. Sudah beberapa pekan ini ia rajin pergi ke masjid, setidaknya sholat maghrib. Di rumah juga sholat dengan tertib baik sendiri maupun berjamaah.
Apakah ada hubungannya dengan keinginannya agar internet wifi di rumah dihidupkan lagi...entahlah.

Kemarin siang ia bercerita.
"Umi tadi aku berdoa terus dikabulkan..." kata Revo yang akhir-akhir ini sudah sholat dengan bener.

Bener minimalnya seluruh bacaan yang wajib dan sunah dibaca dari takbir sampai salam. Seluruh gerakan dilakukan tanpa menengok atau melirik. dan bacaan favoritnya surat Al-Ghoshiyah dan Al Fajr.

"O ya doamu apa?" 
"Aku berdoa agar skorku tinggi dan skorku memang paling tinggi."
Memang Revo dapat skor tertinggi saat olah raga melempar sasaran.
"Alhamdulillah...kalau sholatnya bener doanya in sya Allah dikabulkan..."
kataku sambil menghadiahi pelukan dan ciuman.

"Kalau Umi kok doanya ada yang belum dikabulkan....?"
Ia menyeletuk mengagetkan. Maksudnya Uminya kalau sholat bener, tapi doanya tidak dikabulkan.

"Apa ya...?" tanyaku mencari arah pembicaraannya.
"Itu Umi kan selalu berdoa agar aku lupa pada game...aku enggak lupa-lupa...hehe aku masih seneng main game..."
"O iya soalnya kamu terus berdoa ya biar tetep bisa main game...?" Revo mengiyakan sambil cekikikan.

"Mungkin Umi itu kebanyakan doa...jadi yang dikabulkan sudah banyak..." kata Revo..Gantian saya yang terbahak dengan analisanya.
"Kalau aku kan doanya cuma satu jadi langsung dikabulkan...."
Haha...aku makin tergelak. Ada-ada saja.

Memang saya terkadang mengeraskan doa dan harapan kebaikan untuk Revo selepas kami sholat atau kalau akan tidur.

Misal doa saya:
"Ya Allah jadikan Revo anak solih, rajin mengaji, rajin sekolah, sayang keluarga. Lupa sama game dan internet..."
Dan Revo akan menimpali doaku.
"Ya Allah jadikan aku tetep seneng sama game dan internetnya bisa hidup..."
Walaupun sebagian doa kami bertentangan tetapi kami tetap berpelukan dan tertawa-tawa.

Memang sudah berbulan-bulan speedy di rumah dimatikan dan saya tak pernah online di hadapan Revo. Saya ngenet menggunakan PC hanya jika Revo sekolah atau Revo sudah tidur.

Revo menjalankan diet internet dan diet game untuk mengembalikan aktivitas yang lebih sehat dan terarah.

Game di mana saja

Kemarin Revo berkata:
"Umi, sepertinya doanya umi sekarang dikabulkan..."
"Doa apa Po?"
"Doa agar aku lupa sama game...aku berhari-hari enggak main game dan aku tetap senang-senang..."
"Alhamdulillah..." Aku memeluknya senang.

"Sekarang kamu bantu doanya terus berlanjut ya...kamu juga doa agar lupa sama game..."
"Iya aku bantu doanya..."
Dan kami berpelukan lagi. Banyak pelukan...banyak ciuman, itu terapi cinta untuk Revolusi.

Semoga seterusnya ya Allah, jauhkan putraku ini dari game dan pengaruh negatif dunia maya. Amiin. 

Perjuangan masih panjang. Setidaknya Revo bertambah keyakinannya tentang berdoa. Eh kita orang tua harus makin yakin ya pada kekuatan doa.


Wednesday, November 26, 2014

Rampok

"Bapak ini siapa?" Tanya ibuku yang kaget terjaga dari tidur. Seorang lelaki tinggi besar telah berdiri di samping tempat tidur ibu. jam 01.00 dini hari.
Wajahnya tak jelas, tertutup skebo. Lampu kamar dimatikan dan lelaki asing itu membawa senter kecil yang diarahkan ke wajah ibu.

"Ssstt diam saja.Tidur...ayo tidur lagi. Rumahmu sudah dikepung anak buahku...!" gertaknya dengan berbisik. Ibuku sudah ketakutan. Apalagi mengingat empat cucunya tidur di kamar sebelah tanpa dikunci.
Pencuri itu terus mengancam sambil mencari barang berharga. Ia juga meminta cincin yang dipakai ibu.

Setelah membongkar lemari dan menemukan barang berharga, ia melempar dompet ke arah ibu dan berlalu. Mungkin ia kecewa lantaran tak banyak yang diperolehnya.
"Kalau teriak...cucumu tak bunuh!" gertaknya sambil berlalu.

Sunday, October 26, 2014

Lelucon yang Meretakkan Keluarga

Kemarin saat menanti penerbangan ke Gorontalo, kami singgah di warung makan langganan kami, di Jogja.
Sebenarnya lebih tepat langganan suamiku, karena beliau yang sering bepergian.
"Kok berdua pak Ustadz? Biasanya sendirian?" Sapa seorang pelayan berbasa-basi.
Kami menjawab seperlunya.
Setelah pelayan itu berlalu, kami berbincang tentang sapaan tersebut.
"Wah dia panggil aku ustadz..." kata suamiku.
"Iya, tahu dari mana ya..."
"Btw kemarin dapat cerita.seorang
dosen, pejabat di kampus, dia sering bepergian. Dan punya tempat langganan makan. Saking seringnya sampai pelayan hafal dan akrab"
Aku masih menanti kelanjutan cerita suamiku dan menebak arahnya.
"Suatu ketika ia mampir bersama istrinya. Pelayan menyapanya: 'Kok yang dibawa ganti pak?' Trus istrinya marah. Istrinya curiga dan itu jadi persoalan mereka hingga kini belum selesai...."

Sunday, October 5, 2014

Maut dan Dara

Part 1.
Pernahkan anda merasa sangat dekat dengan maut?
Apa yang anda rasakan?

Biasanya hanya pada situasi khusus orang merasa dekat dengan maut. Misal dalam keadaan sakit keras, mendapat mushibah seperti kecelakaan atau dalam situasi sulit berhadapan dengan penjahat.

Orang yang sedang berada di atas pesawat yang sedang mengudara di ketinggian, kemudian mengalami cuaca buruk, turbulensi hingga kondisi darurat...


Dokpri

Monday, September 29, 2014

Terlambat Bulan, Menopause atau Hamil?


Anda perempuan? Pernah terlambat bulan?
Atau anda laki-laki, istri anda pernah terlambat bulan?
Atau anda tidak tahu apa itu terlambat bulan?
#halah.

Ini kisah kecemasan ibu-ibu berumur saat terlambat bulan. Beberapa waktu yang lalu seorang teman yang usianya belum lagi 50 tahun dan telah memiliki satu cucu, terlambat bulan. Saya tidak tahu persis apakah ia resah, panik atau bagaimana.
Yang jelas, kemudian ybs melakukan tes urin. Tes.


Negatif. Horee...
Lho kok hore?! 

Konon itu yang membedakan tua atau muda. Konon keluarga muda akan bersorak saat positif dan yang afkiran akan bersorak ketika negatif....

Entahlah kalau ada pasangan muda yang cemberut saat melihat dua strip merah.
Dalam kisah ini sang bulan tak juga datang. Beliau mengira tanda-tanda menopause telah menghampirinya lebih dini.

Bulan berikutnya mengetes lagi. Negatif. Kali ini tidak bersorak, tapi membeli obat peluruh haid. diminum, dan tidak haid.
Habis, membeli lagi, diminum dan keluar flek disertai rasa sakit yang luar biasa. Luar biasa hingga ia harus ke dokter.
Ajaibnya saat ke dokter dinyatakan positif. Sudah 3 bulan bahkan.
Kok bisa? Bukankah dua kali tes urin dan negatif?

Bisa saja, mungkin test packnya telah kadaluwarsa, jadi tidak lagi akurat.
Betapa terkejutnya sang bunda dan bersegera memperbaiki pola hidupnya demi mempersiapkan kehamilan. Saya tak perlu cerita ruang perasaannya karena bukan yang mengalami. Setiap dua pekan sekali beliau periksa ke dokter. Selalu dinyatakan janinnya bagus. Sehat. Alhamdulillah. Beliau makan yang bergizi dan minum vitamin dari dokter.

Kali ke tiga periksa, dokter masih USG dan menyatakan bayinya tumbuh baik. Alhamdulillah.

Namun beberapa hari kemudian bunda ini merasakan keanehan karena tak ada denyutan atau gerakan si dedek janin. Beliau kontrol ke dokter kandungan dan dinyatakan janin telah meninggal. Innalillahi wainnailaihi rajiuun.
Dengan pertolongan medis, bunda ini melahirkan.
Terpukul?
Iya.

Ibu mana yang tak sedih kehilangan bayinya, setelah ia mencintai janin yang tak disangkanya hadir di usia senja.
Allah yang berkehendak  dan ia telah menerima takdirNya. Itu sebulan yang lalu.
Tamat?

Enggak. Ada yang lebih penting. Ternyata saya mengalaminya!
Uhuk.
Setelah mantu, saya terlambat bulan. Berhubung cerita diatas masih hangat, saya langsung kepikiran. Sepekan, saya hanya simpan keraguan sendiri. Hanya saja saya menjadi lebih berhati-hati. Tidak mengangkat barang berat, maklum biasanya jualan buku packing yang berat-berat. Saya hentikan obat darah tinggi. Batukpun hanya minum jeruk nipis. Pokoknya sampai jelas hamil atau enggak, saya harus menganggap diri hamil.  

Dua pekan saya enggak tahan lagi, jadi mulai bisik-bisik ke suami.
"Aku kok telat ya, biasanya kalau si nomer satu selesai aku segera nyusul. Ini dia sudah suci, aku belum juga..."
"Di tes saja..." jawabnya standar dan datar.

Kubeli test pack, kupilih yang harganya lumayan mahal dengan harapan hasilnya valid. Sudah kusiapkan diri menerima takdirku, hamil atau enggak. Biarlah apa kata orang, habis mantu malah hamil. Yang dimantu enggak segera hamil, malah ibunya yang hamil. Saya tak ambil pusing. Toh punya suami hihihi...

Bahkan saya membayangkan jika beneran hamil, bikin catatan harian atau blog baru pastilah menarik mengingat usiaku yang sudah tidak muda lagi.....

Ternyata...negatif.
Horee?
Tidak. Saya tidak bersorak. Malah cemas. Sudah lebih dua pekan dan tidak positif, tidak pula haid.

Sementara itu sudah sekitar sepekan merasakan kurang enak di daerah peranakan. Rasa kencang diperineum juga makin terasa. Nyeri di area dada. Saya bahkan mencari ingatan pengalaman hamil, seperti apa dulu rasanya...
Heheheh walaupun enam kali hamil, ternyata bisa lupa.

Puncaknya hari Rabu, tanggal 24 September 2014, pagi ini nyeri di bagian perut.
"Bi, aku sudah tes, negatif, tapi kok enggak datang bulan juga. Udah beberapa hari aku merasa tidak enak badan, sekarang malah kesakitan. Di perut, di pinggang, di dada dan di kaki juga...."
Saya sampai membungkuk-bungkuk. Badan juga demam.
Belum pernah mengalami yang seperti ini sepanjang hidupku.

"Kita ke dokter SpOG saja...pagi ini..." begitulah suami siaga, enggak bisa lihat istrinya menderita...heu...heu...
"Ya deh makan dulu....entar aku ndaftar via telpon dulu"
Kami memang sedang bersiap sarapan.

Belum lagi menelepon kenalan yang praktek, saya merasakan sesuatu telah merembes dari tempatnya.

"Sebentar ya...aku tengokin..." Saya interupsi acara sarapan dan bergegas ke toilet.
Huahh....ada bercak yang telah kunanti. Alhamdulillah.
Melihat aku balik ke meja makan, suamiku melihat dengan ingin tahu.
"Pantesan sakit...haid..."

Lega sudah...alhamdulillah, bahkan tawa kami pecah. Entah kami menertawakan apa.
Mungkin repotnya mantu telah menimbulkan stressor yang tak kusadari. Efeknya muncul dalam bentuk kekacauan hormonal. Akibat semua penghentian itu, tensiku naik tinggi, pusing dan berbagai keluhan lain membuat saya berhenti ngeblog sepuluh hari....

Sekarang hidupku telah kembali, doakan saya sehat dan bisa terus berbagi cerita.
Semoga bermanfaat ya. Pelajarannya apaan sih?


Pengantin Tua Gagal hamil

Lucu-lucuan saja

Gak bisa nahan geli

Akting serius

Masih muda lah yau.

Terimalah taqdir anda dan mozaik rasa yang menyertainya dengan penuh kesyukuran.
Itu saja.
Tamat.


Monday, September 1, 2014

Grow Old With Me

Pekan kemarin suamiku pulang dari Singapura.
"Ada oleh-oleh apa Bi?"
Iseng aku bertanya. Jarang-jarang aku menagih oleh-oleh saking seringnya beliau pergi.
"Tuuh di laci paling atas, sebelah kiri.."
Penuh harap aku menengok isi laci...dan kudapati sebentuk gantungan kunci.
Duuh jadi terharu. Berasa aku istimewa baginya.
Memang tak perlu baju, sepatu atau tas untuk membuatku merasa dicintai.
Anda mau tahu?
Inilah little book yang cantik, imut, penuh cinta. Segera kusemat di tas kesayangan. Kufotokan sebagian quote manisnya untuk anda.

Thursday, August 7, 2014

Rumah Tanpa Pagar dan Winnie Mandela



Tentang halaman belakang rumah, pernah saya tulis di sini.
Sekarang giliran halaman depan.

Sejak semula kami menginginkan rumah yang terbuka, dimana tak ada sesuatu yang menghalangi para tetangga yang ingin berkunjung. Memang ketika kami menempati rumah baru, ada juga kasus kehilangan gara-gara halaman yang terlalu terbuka. Namun kemudian tak pernah terjadi lagi, hingga kini.

Seru-seruan dengan emak Blogger

Saat kehilangan, walaupun hanya sepasang sepatu baru milik anakku, terasa jengkel juga. Kami membicarakannya dan membawaku pada kesimpulan untuk membuat pagar.
“Kita buat pagar saja mas...” kataku sambil menunjukkan aneka model pagar di majalah.
Saat itu ada momen yang tepat karena pagar samping rumah roboh akibat gempa, jadi sekalian saja bikin pagar depan. Apa kata suamiku?

“Tetangga saja gak punya rumah kok kita malah bikin pagar...”
Iya benar juga. Kampung kami dan Jogja secara umum sedang dapat musibah gempa yang meratakan separuh desa kami.

Sesuai juga dengan pesan almarhum bapakku, pagar mangkok lebih kuat daripada pagar tembok. Artinya kalau kita menjaga hubungan baik dengan tetangga maka akan dijagalah rumah kita.

Maka kami bersepakat tak akan membuat pagar. Kenyataannya beberapa rumah sebelah menyebelah juga tak memiliki pagar.

Mengundang anak-anak bermain

Kuingat biografi Winnie Mandela, mantan istri Nelson Mandela, saat berada di pengasingan. Pada awalnya Winnie tidak punya kamar mandi dan harus mencuci baju serta mengambil air ke sungai atau sumber air. Akibatnya ia memiliki pengaruh yang kuat karena interaksinya dengan masyarakat.

Pemerintah yang mengasingkannya lantas membuatkan saluran air dan kamar mandi sehingga Winnie tak harus keluar dari rumahnya untuk keperluan mck. Dan itu membawa ide lain.

Winnie rajin menyiram dan merawat halaman rumahnya. Ia juga memesan beberapa teman untuk mengiriminya bibit buah dan sayur. Jadilah halaman rumahnya satu-satunya halaman berumput hijau dan penuh tanaman sayur dan buah. Tentu saja itu menarik banyak masyarakat sekitar yang tergolong miskin dan tak pernah memikirkan halaman rumahnya.

Setiap hari ada saja anak dan perempuan yang berkeliaran di sekitar rumahnya. Maka Winnie membuka aneka kursus dan pelatihan hingga mereka belajar banyak. Para wanita diajari cara membuat roti untuk makan sehari-hari agar mereka tak harus membeli ke toko. Diajari juga cara menjahit dan bertanam sayur...

Walaupun kelanjutannya kurang enak, karena pemerintah lantas menutup rumahnya dengan pagar berduri, agar masyarakat tak lagi mengunjunginya, namun Winnie selalu punya cara untuk menyelundupkan orang.

Tanpa pagar

Kembali ke halaman rumahku sendiri. Kisah Winnie itu yang menginspirasi untuk membuat halaman rumah yang mengundang. Tetanggaku jarang yang memikirkan halaman rumahnya. Mungkin mereka memang tidak sempat. Kami rawat aneka tanaman dan kami taruh beberapa mainan sehingga selalu saja ada anak-anak atau tetangga yang datang bertandang sekedar duduk di taman atau bermain ayunan.


Kalau ada istilah “rumput tetangga lebih hijau” memang benarlah itu kata tetanggaku, karena mereka tak ada yang menanam rumput.

Mungkin hanya kebahagiaan kecil yang kami berikan dengan memberikan keteduhan yang memandangnya, atau hawa sejuk untuk rehat di kala panas menyengat. Namun kami bahagia bisa berbagi halaman depan rumah, dengan siapa saja yang menginginkannya.

Mari yang mau bertandang. Halaman rumah kami sungguh mengundang. Oya yang berkunjung dan komen saya doakan punya rumah lapang, nyaman dan berkah amiin.


Kesejukan di siang hari



Mungkin anda meminati lanjutan tulisan
Kedua: http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/08/menjadi-kontraktor-selama-15-tahun.html
Ketiga: http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/08/inspirasi-keyakinan-dan-doa-untuk-rumah.html
Keempat: http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/08/rumah-hadiah.html

Thursday, June 19, 2014

Mengapa ada 5000 kunjungan di blogku dalam sehari?


Bagi blogger pemula seperti saya yang nggak faham SEO dan kurang memikirkan trik-trik meningkatkan jumlah kunjungan, tentu mengejutkan.
Ya ini yang ke dua kali kunjungan di blogku melonjak.
Dulu pernah sehari mencapai 7000 kunjungan. Dan sekarang berulang.
Selidik punya selidik, ternyata artikel yang sama yang ku-share lagi ke beberapa komunitas.

Statistik hingga pukul 09.00

Monday, June 16, 2014

Be Wonderful Mom: Behind The Scene


Tet...tet..tet..tet.
Suara nada SMS masuk. Kutengok dan tertawa lebar. Kutunjukkan pada sulungku.
“Nih ada ajang pemilihan Wonderful Mom....masak umi ikutan ya...”

Kami berhaha-hihi. SMS itu dari RSCM. Rumah Sehat cantik Muslimah, salon langgananku. Mungkin tiap pelanggan dapat kiriman SMS itu.
Peristiwa itu berlalu sebulan.

Tgl 7 Mei, saya bertemu dengan bunda Prapti. Itu Supervisor saya di PT Sygma Daya Insani yang superbaik. Kami ada acara pelatihan marketing yang diisi oleh manager pemasaran Ibu Ari dari Jakarta.

Bunda Prapti mengeluarkan selembar brosur....ternyata pubikasi dan form pemilihan Wonderful Mom.
“Bu Ida ikut ini ya...bla....bla....”
“Lho kok njenengan bawa ini?”
“Ini kan proyeknya Syqma kerjasama dengan RSCM....ikut ya...bla...bla...”
Kami berdebat sejenak karena saya bersikukuh tidak.


“Saya malu lah mbak...ikutan seperti ini. Lagian nggak boleh tuh seseorang mencari gelar ....”
“Enggak, bu Ida sediakan bahan saja, saya yang mengajukan....bla...bla...bla....”
Akhirnya saya setuju.

Tanggal 8 saya hanya mengunduh tulisan dari blog untuk semua penugasan itu. Narasi diri, kegiatan, aktivitas, tokoh yang diidolakan....Tidak sulit karena semua tersedia di blog. Sebagian besar adalah bahan saat saya mengikuti event Srikandi Blogger2014.

Tgl 10 hari terakhir pendaftaran, bunda Prapti mengambil berkas dan menyerahkan.
Setelah itu saya melupakan urusan itu karena aktivitas harian yang padat.

Sampai ada kabar saya masuk finalis 10 besar. Alhamdulillah yach...#mode Syahrini.
Dilakukan wawancara dan pembuatan video oleh tim dari RSCM. Semua berjalan baik pada waktu yang disepakati.

Sementara itu saya kembali tenggelam dalam berbagai aktivitas rutin.
Hingga datang  SMS yang mengejutkan karena peserta diminta fitting baju untuk fashion show.
Oww ...tidaak.....!

Saya menyampaikan keberatan untuk melakukan Fashion Show. Kalau pakai baju butik Arofah oke saja. Bajunya bagus-bagus dan termasuk yang cukup sesuai dengan kaidah syariat .
“Bukan kayak fashion show kok bu, cuma jalan biasa ke panggung...”

Busana butik Arofah

Setelah diskusi dengan seorang teman dekat yang kupercayai, beliau menyarankan untuk datang dulu, melihat  situasinya dan mencari lebih banyak informasi agar saya bisa memutuskan. Oke. Saya datang dalam acara fitting baju dan gladi resik pada H-1.

Hmm ternyata ada acara jalan-jalan muterin peserta untuk memamerkan baju butik Arofah yang memang aduhai. Saya menjalani gladi resik dengan penuh kebimbangan. SMS suami, katanya tidak apa-apa jika memang tidak ada lelaki di ruangan itu.
Hati tetap tidak tenang.

Malam hari saya SMS panitia bahwa saya akan istikharah, untuk datang atau tidak.
Mereka bertanya apakah ada yang tidak nyaman? Saya menjelaskan situasinya. Mereka keberatan jika saya tidak datang.

Pagi hari, sambil memasak, saya sms teman dekat yang lain.
“Kalau secara syar’i menurut Pak Cah tidak apa-apa...monggo bu. Yang penting ibu merasa nyaman secara intrapersonal dan ekstra personal.....”

Hmm ...bener banget, sekalipun ijin suami sudah turun, saya merasa tidak nyaman.
Merasa belum bisa memutuskan, saya melempar kebimbangan itu di forum WA para ustadzah.

Dan bla...bla...bla...terjadilah diskusi pagi yang hangat dan seru. Sebagian besar sepakat, hanya dua orang yang keberatan.
Bagi saya, satu orang saja teman dekat yang keberatan, saya sudah tidak nyaman.
“Lah bagaimana seorang ustadzah kok fashion show...”
Mungkin tidak ada yang salah dengan fashion show ini...hanya akunya yang tidak tepat untuk melakukannya.

Jam 08.00 saya berangkat dari rumah sambil terus komunikasi dengan forum diskusi pagi itu.
Sudah dekat lokasi, masih saja bimbang hati. Saya merenung dan Allah tunjukkan jalan.
“Para ustadzah tercinta...saya datang sebagai penonton dan peserta seminar, tidak ikut fashion show...”
Dan tepuk tangan bergemuruh seolah kudapatkan dukungan di grup WA itu. Alhamdulillah.


Kusampaikan bulat tekatku pada panitia, mereka bisa menyetujui. Panitianya baik ya...
“Biarlah saya sembunyi dari peserta lain untuk tidak mempengaruhi situasi, saya duduk di bangku penonton...”
Alhamdulillah semua berjalan baik. Mereka tetap meminta saya mengenakan busana butik Arofah dan make up natural...yang itupun kuhapus lagi di ruang ganti...hihihi sstt!

Seminarnya bunda Kurnia yang mengupas aspek kepribagian sungguh dasyat, demikian pula dr Yuli yang mengupas aspek kesehatan. Berasa rugi banget jika tidak mengikuti. Pokoknya top markotop deh.

Dan tibalah acara puncak...para peserta tampil dengan busana cantik mereka dan dikomentari oleh bunda Anteng sang desainer. 

Aku? Ya ngintip saja dari balik kamar ganti. Panitia konsisten ’mengusir’ semua lelaki dan menutup pintu-pintu. Saluut.
Saat pengumuman barulah saya nongol, dan tebak siapa pemenangnya.

Terjawab sudah mengapa panitia keberatan kalau saya absen.
Semoga keberkahan menyertai setiap langkahku. Itu saja.
Hadza min fadhli Rabbiy.


Selamat buat RSCM yang telah sukses menggelar ajang Wonderful Mom dan seminar hebat. Semoga kedepan makin berkah untuk muslimah. Doakan saya ya, agar istiqomah, amiin.

Monday, June 9, 2014

Merawat Diri dan beruntung...bersama RSCM

Duluu saya bukanlah orang yang peduli dengan perawatan tubuh, wajah dsb. Mungkin karena nggak sempet dan nggak ada prioritas dana.Dan sepertinya tanpa keluar uang untuk ini itu...bawaan masih muda kali ya...saya tetap merasa baik-baik saja dengan wajah saya.

Bersama jajaran team RSCM dan Bunda Kurnia

Sejalan dengan usia, maka baru terasa bahwa saya butuh sekedar facial...dan telat banget ya, saya mulai mengurus wajah setelah punya anak lima....eh jangan ditiru! Walau sampai sekarang juga belum tentu tiap bulan ngapelin salon buat cuci muka.

Monday, June 2, 2014

Syukuran


Hari kelahiran tentu menjadi hari istimewa bagi yang mengalami. Seperti si nomer 3 yang lahir di penghujung bulan Mei.

“Aku nggak usah dibeliin hadiah. Minta uang saja buat traktir teman-teman...” begitu katanya.
Karena saya tetap ingin menunjukkan cinta dan perhatian, maka saya batal ikut suami ke acara gathering di Semarang. Saya ingin masak besar.

Sebenarnya juga tidak terlalu besar karena hanya nasi uduk, ayam pedas, ayam goreng, sambel goreng kentang dan telur coklat.


Sunday, June 1, 2014

Semangat Besar Tenaga kurang


Maaf ya, jangan berfikir negatif dengan ungkapan itu. Senyatanyalah hal tersebut saya alami haru Sabtu-Ahad akhir bulan November 2013. Eh sudah setengah tahun ya, baru dimuat sekarang.

Sebagai orang tua dan dituakan, (sayangnya belum merasa tua), saya dan beberapa teman masih juga menjadi panitia suatu hajatan acara untuk satu hari setengah.

Friday, May 23, 2014

Senyum Sehat bersama Air zam-zam




Anak-anakku sangat mempercayai khasiat air zam-zam.
Revo yang jarang mau minum air putih, sekarang sering meminta minum air zam-zam.

" Umi, besok aku sekolah bawa air zam-zam ya..."
Demikian hampir setiap pagi ia memohon.
Bahkan ketika kami akan pergi ke luar kota, ia juga minta bekal sebotol air zam-zam agar sehat dan tidak muntah.
Semua jadi meminta, lalu meminum dan berdoa sesuai adabnya.

Pagi tadi kulihat si no 1 berlari menaiki tangga sambil membawa sebotol air.
" Mau ngapain kak...?  " tanyaku
" Ngasih minum Sushi..." Sushi adalah kucing kami.

Thursday, May 22, 2014

Mengantri Periksa dokter



Memang perlu kesabaran saat kita membutuhkan sesuatu. Jangan selalu berharap instan. Seringkali yang instan itu kurang baik.

Makanan instan misalnya, biasanya telah melewati berbagai proses yang menyebabkan kurang optimal dalam kandungan gizi. Apalagi jika sudah instan masih awetan. Waah tentu sudah dicampur berbagai zat pengawet, perasa , pewarna...

Eh kok ngelantur. Ini ceritanya saya sedang mengantri periksa dokter spesialis jantung yang terkenal.


Jadi jika anda sedang mengantri dan diuji kesabarannya maka saatnya menikmati. Bawalah buku bacaan, untuk yang suka membaca. Laptop, tablet atau ipad untuk yang suka menulis atau ngenet. Mungkin notes dan pulpen juga bermanfaat.

Sering saya perhatian orang yang menghabiskan waktu menunggu dengan sibuk berhp ria. Kadang saya juga melakukan. Karena sempatnya menghapus sms atau menjawab beberapa pertanyaan konsultasi justu saat menunggu.

Jadi menunggu, bagi saya kadang justu menyenangkan. Banyak tulisan yang terlahir saat menunggu. Banyak ide yang bisa tertuang saat menunggu. Banyak sms dsb yang terjawab sàat menunggu.

Yaah namun baik juga tidak sering-sering menunggu.

Kadang saya juga merasa aneh. Saat mendaftar dapat no kecil. Eh kirain begitu datang esoknya akan didahulukan. Ternyata tidak. Petugas tetap memanggil sesuai nomer antrian.

Hmmm gak apa-apa juga. Melihat teman antrian yang rata-rata nenek-nenek dan kakek-kakek yang memakai kursi roda, atau jalan saja harus dituntun. Maka tak apa bagiku duduk manis. Mengetik dan berbagi cerita dengan sesama pasien.

Apa yang anda lakukan saat mengantri?

Suatu hari menjelang Ramadhan tahun 2013.
Alhamdulillah kini sudah putus hubungan dengan antrian dokter tersebut.