Anda
perempuan? Pernah terlambat bulan?
Atau anda
laki-laki, istri anda pernah terlambat bulan?
Atau anda
tidak tahu apa itu terlambat bulan?
#halah.
Ini
kisah kecemasan ibu-ibu berumur saat terlambat bulan. Beberapa waktu yang lalu
seorang teman yang usianya belum lagi 50 tahun dan telah memiliki satu cucu,
terlambat bulan. Saya tidak tahu persis apakah ia resah, panik atau bagaimana.
Yang jelas,
kemudian ybs melakukan tes urin. Tes.
Negatif.
Horee...
Lho kok
hore?!
Konon itu yang
membedakan tua atau muda. Konon keluarga muda akan bersorak saat positif dan
yang afkiran akan bersorak ketika negatif....
Entahlah kalau ada pasangan muda yang
cemberut saat melihat dua strip merah.
Dalam kisah
ini sang bulan tak juga datang. Beliau mengira tanda-tanda menopause telah
menghampirinya lebih dini.
Bulan
berikutnya mengetes lagi. Negatif. Kali ini tidak bersorak, tapi membeli obat
peluruh haid. diminum, dan tidak haid.
Habis,
membeli lagi, diminum dan keluar flek disertai rasa sakit yang luar biasa. Luar
biasa hingga ia harus ke dokter.
Ajaibnya
saat ke dokter dinyatakan positif. Sudah 3 bulan bahkan.
Kok bisa?
Bukankah dua kali tes urin dan negatif?
Bisa saja,
mungkin test packnya telah
kadaluwarsa, jadi tidak lagi akurat.
Betapa
terkejutnya sang bunda dan bersegera memperbaiki pola hidupnya demi
mempersiapkan kehamilan. Saya tak perlu cerita ruang perasaannya karena bukan
yang mengalami. Setiap dua pekan sekali beliau periksa ke dokter. Selalu
dinyatakan janinnya bagus. Sehat. Alhamdulillah. Beliau makan yang bergizi dan
minum vitamin dari dokter.
Kali ke tiga
periksa, dokter masih USG dan menyatakan bayinya tumbuh baik. Alhamdulillah.
Namun
beberapa hari kemudian bunda ini merasakan keanehan karena tak ada denyutan
atau gerakan si dedek janin. Beliau kontrol ke dokter kandungan dan dinyatakan janin
telah meninggal. Innalillahi wainnailaihi rajiuun.
Dengan
pertolongan medis, bunda ini melahirkan.
Terpukul?
Iya.
Ibu mana
yang tak sedih kehilangan bayinya, setelah ia mencintai janin yang tak disangkanya
hadir di usia senja.
Allah yang
berkehendak dan ia telah menerima
takdirNya. Itu sebulan yang lalu.
Tamat?
Enggak. Ada yang
lebih penting. Ternyata saya mengalaminya!
Uhuk.
Setelah
mantu, saya terlambat bulan. Berhubung cerita diatas masih hangat, saya
langsung kepikiran. Sepekan, saya hanya simpan keraguan sendiri. Hanya saja
saya menjadi lebih berhati-hati. Tidak mengangkat barang berat, maklum biasanya
jualan buku packing yang berat-berat.
Saya hentikan obat darah tinggi. Batukpun hanya minum jeruk nipis. Pokoknya sampai
jelas hamil atau enggak, saya harus menganggap diri hamil.
Dua pekan
saya enggak tahan lagi, jadi mulai bisik-bisik ke suami.
"Aku
kok telat ya, biasanya kalau si nomer satu selesai aku segera nyusul. Ini dia
sudah suci, aku belum juga..."
"Di tes
saja..." jawabnya standar dan datar.
Kubeli test
pack, kupilih yang harganya lumayan mahal dengan harapan hasilnya valid. Sudah
kusiapkan diri menerima takdirku, hamil atau enggak. Biarlah apa kata orang,
habis mantu malah hamil. Yang dimantu enggak segera hamil, malah ibunya yang
hamil. Saya tak ambil pusing. Toh punya suami hihihi...
Bahkan saya membayangkan jika beneran hamil, bikin catatan harian atau blog baru pastilah menarik mengingat usiaku yang sudah tidak muda lagi.....
Ternyata...negatif.
Horee?
Tidak. Saya
tidak bersorak. Malah cemas. Sudah lebih dua pekan dan tidak positif, tidak
pula haid.
Sementara
itu sudah sekitar sepekan merasakan kurang enak di daerah peranakan. Rasa
kencang diperineum juga makin terasa. Nyeri di area dada. Saya bahkan mencari
ingatan pengalaman hamil, seperti apa dulu rasanya...
Heheheh
walaupun enam kali hamil, ternyata bisa lupa.
Puncaknya hari
Rabu, tanggal 24 September 2014, pagi ini nyeri di bagian perut.
"Bi,
aku sudah tes, negatif, tapi kok enggak datang bulan juga. Udah beberapa hari
aku merasa tidak enak badan, sekarang malah kesakitan. Di perut, di pinggang,
di dada dan di kaki juga...."
Saya sampai
membungkuk-bungkuk. Badan juga demam.
Belum pernah
mengalami yang seperti ini sepanjang hidupku.
"Kita
ke dokter SpOG saja...pagi ini..." begitulah suami siaga, enggak bisa
lihat istrinya menderita...heu...heu...
"Ya deh
makan dulu....entar aku ndaftar via telpon dulu"
Kami memang
sedang bersiap sarapan.
Belum lagi
menelepon kenalan yang praktek, saya merasakan sesuatu telah merembes dari
tempatnya.
"Sebentar
ya...aku tengokin..." Saya interupsi acara sarapan dan bergegas ke toilet.
Huahh....ada
bercak yang telah kunanti. Alhamdulillah.
Melihat aku
balik ke meja makan, suamiku melihat dengan ingin tahu.
"Pantesan
sakit...haid..."
Lega
sudah...alhamdulillah, bahkan tawa kami pecah. Entah kami menertawakan apa.
Mungkin
repotnya mantu telah menimbulkan stressor yang tak kusadari. Efeknya muncul
dalam bentuk kekacauan hormonal. Akibat semua penghentian itu, tensiku naik
tinggi, pusing dan berbagai keluhan lain membuat saya berhenti ngeblog sepuluh
hari....
Sekarang
hidupku telah kembali, doakan saya sehat dan bisa terus berbagi cerita.
Semoga bermanfaat
ya. Pelajarannya apaan sih?
 |
Pengantin Tua Gagal hamil |
 |
Lucu-lucuan saja |
 |
Gak bisa nahan geli |
 |
Akting serius |
 |
Masih muda lah yau. |
Terimalah
taqdir anda dan mozaik rasa yang menyertainya dengan penuh kesyukuran.
Itu saja.
Tamat.